1. Asal Usul
Logika ada semenjak manusia ada di dunia, walaupun
dalam tingkat yang sederhana, dalam kehidupan manusia pasti mempraktikkan
hukum berpikir, persoalannya.. Manusia itu tidak menyadari ia
telah melakukan kegiatan berpikir.
Hal yang
seperti itu disebut sebagai logika naturalis atau logika alamiah.
|
Manusia berkembang semakin kompleks. Sejalan dengan itu
manusia seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan olah pikir untuk
menyelesaikan maslahnya.
Masalah yang konpleks itu terpecahkan secara benar,
maka manusia membuat aturan-aturan berpikir, hal inilah yang biasa
dikenal dengan sebutan logika artificialis / logika buatan
|
2. Zaman Yunani
Sebagaimana ilmu lainnya, pemikiran ttg logikapun
berawal dari Yunani, semenjak zaman Kuno Yunani orangnya pun telah
mengusahakan tentang logika artificialis
a. Zaman Sophistika (abad ke 5 SM) telah tercatat dan
menalarkan hukum berpikir yang bertujuan awalnya hanya untuk mencari
kebenaran, tetapi bergeser diplesetkan dalam pengertian politis, yaitu ingin
mencari kemenangan dalam sebuah perselisihan.
|
Contoh:
Bentuk pemikiran yang diusahakan
masa lalu hanyalah pada permainan kata-kata demi kemenangan dalam
perselisihan
- Barangsiapa yang lupa itu bodoh
-
Barangsiapa
yang banyak belajar, banyaklah tahunya dan banyaklah lupanya
-
Maka orang
yang banyak belajar akan makin bodoh
|
b. Socrates, Plato dan Aristoteles
Permainan kata kaum shopistika menimbulkan reaksi
dikalangan filsuf, dengan diawali Socrates (469 – 399 sm) membangun logika
dalam arti yang benar sebagai kritik terhadap kaum shopistika.
Usaha Socrates dilanjutkan oleh muridnya Plato (427 –
347 sm) berlanjut ke Aristoteles dan berhasil menyusun logika yang hingga
saat ini dipakai dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya disebut Logika
Aristoteles yang buah pikirannya disebut Organon yang berarti alat
untuk mencapai pengetahuan yang benar.
|
• Posisi
Aristoteles sebagai guru Alexander (putra raja Macedonia, Philip) dan guru
filsafat di sekolah yang didirikannya di Athena, the Lyceum, menjadikan
pemikirannya banyak dikenal di tengah-tengah masyarakat Yunani.
• Logika
Aristoteles mendapatkan tempat yang sangat prestis khususnya dalam dunia
pengetahuan. Logika Aristoteles telah mampu merapikan ‘muntahan ide’ Plato
yang terabadikan dalam “dialog”nya. Pemikirannya mampu menghegemoni
rasionalitas bangsa Yunani, bahkan seolah-olah menutup bayang-banyang dua
filsuf besar sebelumya, Socrates dan Plato.
• Masyarakat
Yunani menganggap Aristoteles sebagai Tuhan dan Dewa rasionalitas. Jargon
rasionalitasnya mampu meluluhkan ilmuwan pada zamannya demi mengungkap
hakekat sebuah kebenaran. Rasionalitas dalam ilmu akan selalu diagungkan
seperti halnya demokrasi dalam politik.
|
Logika
Aristoteles
• Perumusan logika oleh Aristoteles sebagai dasar ilmu
pengetahuan secara epistemologi bertujuan untuk mengetahui dan mengenal cara
manusia mencapai pengetahuan tentang kenyataan alam semesta -baik sepenuhnya
atau tidak- serta mengungkap kebenaran. Akal menjadi sebuah neraca, karena
akallah yang paling relevan untuk membedakan antara manusia dengan segala
potensi yang dimilikinya dari makhluk lain.
• Wa Ja’ala Lakum al-Sam’a wa al-Abshâr wa al-Af`idah” ( QS: 67 Ayat 23). Oleh Ibnu Khaldun kata “af`idah”
bermakna akal untuk berfikir yang terbagi dalam tiga tingkatan.
|
Tingkatan
Akal Menurut Ibn Khaldun
• Pertama,
akal yang memahami esensi di luar diri manusia secara alami. Mayoritas
aktifitas akal di sini adalah konsepsi (tashawwur), yaitu yang
membedakan apa yang bermanfaat dan apa yang membawa petaka.
• Kedua, akal yang
menelorkan gagasan dan karya dalam konteks interaksi sosial. Aktvitas akal di
sini adalah sebagai legalitas (tashdiq) yang dihasilkan dari
eksperimen. Sehingga akal di sini disebut sebagai akal empirik.
• Ketiga, akal yang menelorkan ilmu dan
asumsi di luar indera, lepas dari eksperimen empirik atau yang biasa disebut
“akal nazhari”. Di sini konsepsi (tashawwur) dan legalitas (tashdiq)
berkolaborasi untuk menghasilkan konklusi.
|
Aristoteles mengenalkan logika sebagai ilmu (logica
scientica), logika disebut analitica, yang meneliti berbagai argumentasi
berdasarkan proposisi yang benar sedangkan dialektika meneliti
argumen yang proposisinya masih diragukan kebenarannya. Inti logika
Aristotels adalah silogisme.
Buku Aristotels to Oraganon (alat):
|
Pelopor
Logika
§ Plato (427SM
– 347SM).
§ Theophrastus (370SM
– 288SM), mengembangkan logika Aristoteles
§
Zeno (334SM –
226SM) mengenalkan istilah logika.
§
Galenus (130 – 210)
dan Sextus Empiricus (200) dua orang dokter medis mengembangkan logika
menggunakan metode geometri dan mengenalkan sistematisasi logika.
§
Porohyus (232 – 305)
membuat pengantar pada Categoriae.
§ Boethius (480
– 524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius dalam bahasa Latin dan
mengomentari.
§ Johanes Damascenus (674
– 749) menerbitkan Fons Scienteae.
|
c. Abad Pertengahan (800 – 1600 m)
Masa ini logika dikembangkan dan dihargai, orang Erofa
belajar dengan orang Islam. Diantaranya dinasti Abasiyah dikenal Ibnu Sina
dan Ibnu Rusyd dengan mengajarkan logika yang berasal dari Aristoteles, namun
karena ajaran mereka sudah tidak murni lagi, maka orang Erofa pada abad ke 13
mencari sumber aslinya.
Aristoteles dianugrahkan sebagai bapak Logika, di abad
pertengahan dikembangkan logika modern, hingga dewasa ini logika dikembangkan
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang luas.
|
• Perkembangan
ilmu berawal dari penerjemahan gede”an masa Al-Ma’mun (dimulai masa
al-Mansur) dari Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, Al-Ma’mun bermimpi bertemu dg
Aristoteles. Perbincangan mereka mengarah pd sumber kebenaran adlh akal.
Al-Ma’mun mengirim delegasi ke Roma guna mempelajari bbrp ilmu kemudian diterjemahkan
ke dlm bhs Arab. Yahya bin Khalid bin Barmak ‘Sang Hero’ pd masa itu, karena
dia telah berhasil membujuk bahkan membebaskan karya para intelektual Yunani
dari genggaman Romawi. Hal yg ditakutkan oleh Raja Romawi dari karya para
intelektual Yunani adah ketika buku” tersebut dikonsumsi rakyatnya dan mulai
tersebar maka agama Nasrani kemungkinan akan ditinggalkan, dan kembali pd
agama Yunani.
• Ilmu asing
yang diadopsi Arab diklasifikasikan oleh Khawarizmi berjumlah sembilan cabang
ilmu, dan mantik adalah salah satu di antaranya. Ayyub bin al-Qasim al-Raqi
yang menerjemahkan Isagog dari bhs Suryani ke Arab yang awalnya telah
diadopsi dari Madrasah Iskandariah.
|
• Pindahnya
Madrasah Alexandria ke Syria membawa banyak pengaruh dalam dunia pengetahuan.
Penertiban dan penyusunan ketika itu menjadikan logika sebagai pedoman dan
ilmu dasar dalam bidang astronomi, kedokteran dan kalam yang berkembang pesat
di Arab sekitar abad IX-XI M. Sarjana Islam mulai proaktif dalam
mengembangkan ilmu yang bernafaskan sains, termasuk Ibnu Sina (1037 M.),
seorang filsuf muslim yang juga dokter dan Abu Bakar al-Razi yang mengawali
pembukuan ilmu kedokteran dan farmasi. Ibnu Rusyd (1198 M.) kemudian ikut
andil dalam mengkolaborasikan logika Aristoteles dengan ilmu Islam termasuk
filsafat dan nahwu. Al-Ghazali juga mulai mengkolaborasikan mantik dengan
ilmu kalam pada periode selanjutnya.
|
• Dalam riwayat
al-Qadli al-Sha’id al-Andalusi (1070 M./462 H.) dijelaskan, bahwa Ibnu
Muqaffa’ (760 M./142 H.) diyakini sebagai penerjemah awal ilmu mantik. Ia
telah menerjemahkan tiga buku karya Aristoteles yaitu, Categorias, Pario
Hermenais, Analytica, serta Eisagoge karya Porphyry.
• Hunain bin
Ishaq, salah satu ahli bhs, jg berpartisipasi menerjemahkn berbagai disiplin
ilmu Yunani ke dlm bhs Arab. Bahkan Ishaq jg ikut menerjemahkan dari bhs
Suryani. Dalam buku Thatawwur Mantiq al-Araby dijelaskan, sekitar
tahun 800 M. adlh awal penerjemahan buku” Yunani.
• Organon adlh
kitab pertama yg diterjemahkan ke Arab. Orang-orang Nasrani ketika itu jg
banyak membantu dalam proses penerjemahan, yg secara tidak langsung pemikiran
Aristoteles berkembang biak tidak hanya dlm kedokteran, astronomi dan
matematika melainkan mulai menyentuh wilayah teologi Kristen.
|
• Sejak saat
itu, mantik menjadi pemeran utama dlm ilmu kedokteran dan mulai berkembang
dalam bahasa Arab sekitar abad ke-9 hingga abad ke-11 M. yg diprakarsai oleh
Yahya bin Musawiyah, spesialis penerjemah ilmu kedokteran dari Yunani ke
Arab.
• Hadirnya
madrasah di Jundisapur (Persia) yg mengawali pelatihan penerjemahan dari teks
Yunani pd awal abad pertama yg akhirnya berpindah ke Bagdad. Dari sinilah
lahir sarjana muslim yang berkompetensi tinggi untuk mengenalkan mantik dalam
ilmu keislaman, sebut saja Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Razi,
Al-Ghazali dst.
|
• Stoicisme
mengklasifikasikan ilmu menjadi 3, yaitu metafisika, dialektika dan etika.
Dialektika adlh logika. Mereka cenderung memasukkan logika bagian dari
Filsafat.
• Berbeda dg
Ibnu Sina (1037 M.) dlm bukunya al-Isyârât wa al-Tanbîhât yg
memisahkan logika sbgai ilmu independen sekaligus sbgai pengantar.
• Al-Farabi
(950 M.) berpendapat bahwa mantik adalah Ra’îs al-‘Ulum yg independen.
Keterpengaruhan mantik arab dengan neo-platonisme dan Aristoteles sangat
jelas jika dilihat dlm hal ini, krn essensi logika itu sendiri adlh ketetapan
hukum untk mengetahui sst yg belum diketahui.
|
Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu ada dua;
•
pertama ilmu
murni-independen (‘ulûm maqshûdah bi al-dzât) seperti ilmu syari’at
yang mencakup ilmu tafsir, hadits, fikih dan kalam, dan ilmu filsafat yg
mencakup fisika dan ketuhanan.
•
Kedua, ilmu
pengantar (âliyah-wasîlah) bagi ilmu-ilmu murni-independen, seperti
bhs Arab dan ilmu hitung sebagai pengantar ilmu syari’ah, dan mantik sbg
pengantar filsafat.
• Pengkajian
ilmu pengantar hendaknya hanya sebatas kapasitasnya sebagai sebuah alat bagi
ilmu independen. Jika tidak, ilmu alat atau pengantar akan keluar dari arah
dan tujuan awal, dan bisa mengaburkan pengkajian ilmu-ilmu independen.
|
• Perjalanan
mantik Arab mengalami sedikit goncangan dari ulama klasik. Bantahan dan
sanggahan terhadap al-Kindi tak dapat dihindari. Menurut mereka belajar
filsafat sama halnya belajar sesuatu yang menyesatkan. Parahnya, mereka
mengklaim bahwa mempelajari filsafat dan mantik adalah bagian dari perbuatan
setan.
• Imam
al-Syafi’i banyak mengeluarkan hadist-hadist larangan terhadap pembacaan
logika dan filsafat. Salah satunya berbunyi “akan dianggap bodoh lagi
diperdebatkan bagi mereka yang mulai meninggalkan bahasa Arab dan berganti
mempelajari filsafat Aristoteles”.
• Padahal Imam
Syafi’i banyak menggunakan metode eksplorasi (istiqrâ`) untuk
mengambil istinbath hukum. Ada pula riwayat yang berbunyi “barang siapa
yang mempelajari logika, maka disamakan dengan kaum zindiq”. Intinya,
menyatakan pelarangan terhadap mantik dan filsafat, seperti yang sudah
dikemas oleh Syeikh Islam Ismail Harawi dalam periwayatannya.
|
• Kecaman dan
penolakan terhadap mantik berawal ketika Al-Mutawakkil mulai menduduki
kekhalifahan Abbasiyah (846 M/232 H). Penentang terbesar terhadap pemikiran
Yunani adalah golongan teolog Asy’ariyah terutama Al-Ghazali (1059-1111 M).
• Mantik dan filsafat
terus dikecam oleh doktrin ke-salafan, sampai pada akhirnya muncul Ibnu Rusyd
pemikir besar Islam yang berani melawan mainstream tersebut dengan bukunya Tahâfut
al-Tahâfut. Yang juga menjadi komentator atas aliran Aristoteles –selain
Ibnu Sina dan Ibn Rusyd- adalah Suhrawardi dengan magnum opusnya “Hikmat
al-Isyraq”, yang berisikan kritikan terhadap aliran Paripatetik dan
filsafat materialisme yang dianut oleh aliran Stoicisme.
|
• Perlawanan
terus berlanjut bahkan sampai puncaknya pada abad ke-13 dan ke-14 M. Apalagi
setelah terbunuhnya filsuf muslim Sahruwardi pada akhir abad ke-12 M., muncul
dua penentang papan atas yaitu, Ibnu Sholah (1244 M.) dan Ibnu Taimiyah (1328
M.). Adapun Ibnu Taimiyah melakukan pemboikotan terhadap buku-buku filsafat dan
mantik, serta melontarkan predikat ‘kafir’ terhadap Ibnu Sina dalam bukunya “Majmu’ah
Rasâ`il al-Kubrâ” (terbitan Kairo, hal 138).
• Pada masa
inilah, pengikisan mantik mulai terlihat. Muncul setelahnya, abad ke-14 M.
Imam Al-Dzahabi yang juga melakukan perlawanan terhadap perjalanan filsafat
dan mantik Yunani. Hal-hal seperti itulah yang dilakukan ulama salaf guna
membendung fitnah dalam pentakwilan teks-teks suci al-Qur’an dan Hadist.
|
• Al-Ghazali
menyatakan bahwa teologi retoris sangat kering jika hanya berkutat dgn logika
tanpa menyentuh epistem demonstratif, shg butuh sebuah upaya harmonisasi demi
mencapai teologi yang mampu menghilangkan skeptisisme.
• Mantik dalam
pandangan al-Ghazali terbagi dua, yaitu mantik Aristoteles yang mencakup
segala pengetahuan kecuali teologis, dan mantik “kasyfi” yang hanya mencakup
masalah ketuhanan.
• Menurut Ibnu
Khaldun, logika empirik (mantiq hissi) juga dapat diklasifikasikan
sebagai bagian dari mantik, yang mendasari problematika kemasyarakatan.
• Dalam ilmu
kalam, al-Ghazali lebih mengunggulkan metode analogi (qiyâs) dari pd
eksplorasi (istiqrâ’) karena dianggap tidak dapat membenarkan teori
ketuhanan, terwujud dari ketidakseragaman antara dunia metafisis dan realita.
|
Perkembangan
di Barat
• Pengaruh rasionalitas Aristoteles terhdp peradaban Eropa
secara periodik terbagi 3, yaitu permulaan abad Masehi (abad ke-2 dan ke-3
M.) ; pertengahan abad (sekitar abad ke-13 - abad ke-16 M.) ;
akhir abad ke-19 M.
• Otoritas gereja pd abadvpertengahan menghegemoni hampir
semua wilayah Eropa dgmengusung etika rasional sbg titik tolak pemikiran, shg
wahyu Tuhan seakan dipaksakan untuk memasuki wilayah akal. Inilah yg
menimbulkan perpecahan dlm gereja.
• Abad ke-12 M,
gereja mulai menerjemahkan karya sarjana Muslim yang berpusat di Spanyol dan
Napoli. Orang Yahudi ketika itu banyak mempelopori penerjemahan kitab
kedokteran, logika, matematika, astronomi dan filsafat. Buku filsafat pertama
yang diterjemahkan adalah al-Syifa’ karya Ibnu Sina (1037 M.) yang sangat
melegenda kemudian mulai melebarkan sayap terhadap karya Al-Farabi dan Al-
Kindi.
|
• Adopsi karya”
tersebut didukung dg hadirnya Madrasah Paris yg sedang naik daun dan dpt
‘restu’ dari Raja Philip dan Agustus. adopsi karya sarjana muslim tidak
berjalan mulus bahkan mendapatkan penyangkalan dan pembantahan dari pihak
gereja yang masih fundamentalis yg dianggp berlawanan dg hasil konsensus
gereja, maka secara resmi gereja mengeluarkan pelarangan dan pemboikotan
terhadap karya Aristoteles pada tahun 1210 M.
• Kemudian
menerjemahkan karya Aristoteles langsung dari buku Yunani, inilah yg banyak
membantu Thomas Aquinas dlm pembaruan gereja. Di sinilah awal permulaan
terbaginya madrasah Eropa menjadi empat pusat keilmuwan, yaitu madrasah
Agustine, Dominika, Rasional Latin dan Oxford.
|
Logika
Modern
q Buku-buku Aristotels masih digunakan
q Thomas Aquinas (1224-1274)
mengadakan sistematisasi logika
q Tokoh-tokoh Logika Modern
q Petrus Hispanus (1210-1278)
q Roger Bacon (1214-1292)
q
Raymundus
Lullus (1232-1315) menemukan Ars Magna sejenis aljabar pengertian.
q William Ocham (1295-1349)
q Thomas Hobbes (1588-1626) menulis Leviatan dan John Locke (1632-1704) menulis
An Essay Concerning Human Understanding.
q
Francis Bacon
(1561-1626) mengembangkan logika induktif dengan bukunya Novum
Organum Scientarium.
q
J.s. Mills
(1806-1873) menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System
of Logic.
|
q Tokoh-tokoh Logika Simbolik
q G.W. Leibniz (1646-1716)
q George Boole (1815-1864)
q John Venn (1834-1923)
q Gottlob Frege (1848-1925)
q Chares Sandres Peirce (1839-1914) filsuf USA memperkenalkan dalil Peirce.
q Alfred North Whitehead (1861-1914) dan Bertrand Arthur
William Russel (1872-1970) puncak
kejayaan logika simbolik dengan terbitnya Principia Mathematica.
q Ludwig Wittgenstain (1889-1951), Rudolf Carnap
(1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dll
q Logika sebagai matematika murni, matematika adalah logika
yang tersistimatisasi, matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu
ukur menggunakan simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistimatisasi dikenalkan oleh Galenus dan Sextus Empiricus.
|
• Pada
hakekatnya relasi mantik dan filsafat tidak akan terpisahkan, karena
‘berfilsafat’ harus menggunakan akal sehat dg melepas subjektifitas.
Sedangkan agama dasar utamannya adalah kekuatan iman, bukan akal.
• Pergolakan
iman Kristiani banyak tercabik-cabik dalam pertengahan abad pertama, yaitu dg
munculnya asumsi gereja yg menyatakan tidak adanya filsafat dlm agama krn itu
sangat mustahil. Melihat tujuan utama agama nasrani adalah “fikratul
khallash”, yg menurut sebagian tokoh gereja tidak ada sangkut-pautnya dengan
filsafat.
• Berbeda dg
pemikiran Agustine yang banyak menghubungkan wilayah agama dan rasionalitas.
Dalam bukunya “De Civitate Dei” dikatakan bahwa filsafat Kristen adalah cinta
akan kebenaran, dan kebenaran merupakan ‘kalimah’ yg menyatu dlm tubuh
al-Masih. Argumen selanjutnya, Agustine tidak mengakui otoritas wahyu, karena
nasrani adalah agama yang rasional.
• Agustine
menjelaskan korelasi antara rasionalitas dan iman, bahwa fungsi akal mendahului
iman (Ratio antecedit fidem) guna menjelaskan nilai-nilai kebenaran dalam
akidah, sedangkan tujuan iman mendahului akal (Credo ut intelligam) hukumnya
wajib agar akal digunakan untuk memikirkan akidah.
|
• Dan dari sini
dapat ditarik benang merah bahwa tujuan hakiki filsafat adalah bukan berpikir
untuk berakidah, melainkan berakidah untuk berpikir. Hal ini sangat
berlawanan dengan pernyataan Thomas Aquinas (1274 M.), bahwa berpikir
merupakan titik pemberangkatan untuk berakidah.
• Pemisahan
rasionalitas dengan agama juga menjadi bahasan utama oleh Dr. Zaki Najib
Mahmud, sejatinya agama berangkat dari wahyu disertai nash-nash ilahiyah yang
terjaga, maka ketika membahas ‘rasionalitas agama’ lebih ditujukan kepada
proses penalaran yang berangkat dari agama. Nash agama selalu bersifat
tunggal, tetapi nash yang berangkat dari penalaran agama akan bervarian
selaras dengan perbedaan segi pandangan akal terhadap agama.
• Zaman
Renaissance adalah yang menjembatani perkembangan rasionalitas dari abad
pertengahan ke era modern sekitar tahun 1400-1600 M. dengan tokoh utama
Francis Bacon (1562-1626 M.), Nicollo Machiavelli (1469-1527 M.). Mereka
mulai menguak kebudayaan klasik Yunani-Romawi kuno yang dihidupkan kembali
dalam kesusastraan, seni dan filsafat. Jargon utamanya adalah
“Antroposentris” ala mereka, pusat perhatian pemikiran tidak lagi wilayah
kosmos, melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang dianggap sebagai
titik fokus dari kenyataan.
|
SISTEMATIKA
LOGIKA
Untuk mempermudahkan dalam
mempelajari Logika, maka yang pertama dalah membaginya menjadi dua bagian,
yaitu logika formal dan logika material.
Logika
Formal: bidang pengetahuan yang
mempelajari dan mengajarkan formal (sesuai dengan aturan yang sah), yaitu
bentuk pekerjaan akal, asas berpikir, hukum berpikir dan patokan berpikir
yang memberikan pedoman agar dapat berpikir secara runtut dan benar sehingga
hasil pemikiran terhindar dari keliru. Yang selanjutnya disebut Logika
Minor
|
Logika Material: Bidang kajian yang membicarakan
materialnya/bahannya di dalam kenyataannya yang berhubangan dengan pekerjaan
berpikir. Di sini terlihat seakan logika material mencocokkan apakah hasil
logika formal itu sesuai dengan kenyataan. Yang selanjutnya di sebut Logika
Minor
Logika
material melahirkan filsapat pengetahuan
Logika formal menitik beratkan pada pekerjaan akal
Logika Material menitik beratkan
pada hasil pekerjaan akal
|
BAGIAN LOGIKA
Ada tiga pekerjaan akal yang biasa disebut dengan
Mengerti, Berpendapat dan Bernalar. Kesemuanya tercakup dalam aktivitas akal
kita
Sepanjang manusia dalam kesadaran, maka akalnya terus
berjalan, akal bekerja tiada lain melakukan kegiatan menimbang, membanding
dan berkeputusan. Untuk dapat melakukan hal itu ia harus berpendapat terlebih
dahulu, dan akal baru bisa berpendapat apabila ia sudah mempunyai pengetian
dan Tahu tentang sesuatu.
Maka jelas: orang tidak dapat berpikir atau menalar
apabila ia tidak mempunyai pengertian.
|
Ilmu dan Dilalah
Nur Mukhlish Zakariya
|
KONSEP
ILMU
• Ilmu sering
disebut science dan dibedakan dengan pengetahuan.
• Ilmu
merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu
• Menurut Prof. KH. M Taib Thahir Abd. Mu’in, ilmu adalah mengenal sesuatu
yang belum dikenal.
|
• Menurut
Muhammad Nur Al-Ibrahim mengemukakan pengertian ilmu menurut ahli mantik sb :
Pencapaian objek yang belum diketahui dengan cara meyakini atau menduga
keadaannya bisa sesuai dengan realita atau sebaliknya.
• Ilmu
pengetahuan merupakan cara untuk menghasilkan dan menguji kebenaran
pernyataan mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dunia pengalaman
manusia.
|
• Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil dari aktifitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan
ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya.
• “Ketidakraguan”
merupakan syarat mutlak bagi jiwa unt dpt dikatakan “mengetahui”. Contoh :
Bilangan 3, lebih kecil dari 5 dan lebih banyak dari 1.
• Pengetahuan (knowledge) sudah
puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sst, sedang ilmu (science)
mengehendaki penjelasan lebh lanjut dari sekedar apa yang dituntut
pengetahuan (knowledge). Contoh
: Ban pelampung yg terapung di air
|
Cara untuk menghasilkan dan menguji kebenaran
pernyataan empiris
• Otoriter, pencapai pengetahuan yang berbobot (ketua adat,
uskup, raja, dll).
• Mistik,
sebagian dihubungkan dengan cara otoriter seperti para wali, pelantara,
dewa-dewa, dll. Otoriter lebih berorientasi bagaimana sosial sedangkan mistik
bersumber dari bribadi pemakai.
• Logika
Rasional, sejalan dengan pemikiran sosial.
• Cara Ilmiah,
menggabungkan suatu kepercayaan terhadap akibat yang diamati.
• Ilmu menurut
para pakar Mantiq, adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan)
mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita
maupun tidak
|
Contoh: Ketika sinar cahaya bulan yg samar”, kebetulan
melihat bayang” hitam setinggi manusia.
•
Pemahaman
bahwa bayang” itu adlah bayangan manusia dan anda yakin akan paham anda itu.
Kebetulan, ternyata bahwa bayang” itu adalah benar bayangan manusia.
Pemahaman anda itu merupakan lmu yg yakin dan sesuai dg realitas (ilmu
yaqini muthabiq lil-waqi’)
•
Jika anda
mempunyai pengertian yang mendekati yakin (zhan) bahwa bayang” itu adlah
bayangan manusia. Kebetulan, ternyata bahwa bayang-bayang itu adalah benar
bayangan manusia, maka pengertian anda itu merupakan ilmu yg mendekati yakin
(zhan) dan sesuai dg realitas (ilmun zhanni muthabiq lil-waqi’).
|
Pembagian Ilmu Menurut Pakar Mantiq
1.Tashawwur, yaitu memahami sst tanpa meletakkan
sesuatu (sifat) yg lain kpdnya, seperti memahami kata Husein, manusia,
kerbau, rumah, gunung dsb. Tashawwur juga bisa diartikan
dengan mengetahui hakikat-hakikat objek tunggal dengan tidak menyertakan
penetapan kpdanya atau meniadakan penetapan drinya
|
2.Tasdhiq, yaitu memahami hubungan antara dua
kata, atau menempatkan sesuatu (kata) atas sesuatu (kata) yang lain.
Ketika memahami Husein tanpa menetapkan sesuatu yang lain kepadanya
maka ilmu anda mengenai Husein itu Tashawwur. Tetapi, ketika
anda mengatakan Husein sakit, berarti anda memahaminya dengan
menetapkan (meletakkan) sakit kepada Husein. Pemahaman anda
pada waktu itu sudah berpindah dari Tashawwur kepada Tashdiq.
|
Pembagian
Ilmu Tashawwur dan Tashdiq
1. Badihi
Pemahaman tentang sst yg
tidak memerlukan pikiran atau penalaran (sst yg unt mencapainya tanpa
memerlukan susah payah), seperti mengetahui diri merasa lapar karena
terlambat makan; mangetahui diri merasa dingin karena tidak memakai jaket, mengetahui
satu adlh setengah dari dua, dan semacamnya.
2. Nazhari
Pemahaman (Ilmu) yg memerlukan
pemikiran, penalaran atau pembahasan (diperoleh pemahaman dg susah payah),
seperti bumi berputar, tapi air di atasnya tdk tumpah, teknologi radio,
televisi, komputer dll. Demikian juga halnya dengan ilmu pengetahuan tentang
alam sebagai sst yg baharu yg harus ada penciptanya, termasuk ilmu pngetahuan
tentang alam kubur dan kebangkitan di hari akhirat.
|
LANDASAN DAN TOLOK UKUR KLASSIFIKASI ILMU
• Para filosof
mengklassifikasikan ilmu seperti halnya klassifikasi filsafat yaitu: ilmu”
teoritis dan ilmu” praktis. Al-Farabi dlm ihsa al-ulum telah melakukan
klassifikasi ilmu sbb :
– Ilmu
ketuhanan yg terdiri dari 3 : yg membahas semua wujud dan yg terkait
dgnya, yg membahas tentang prinsip” argumentasi (seperti ilmu mantik dan
matematika), yg membahas semua wujud yg tidak berupa benda” ataupun berada
dlm benda”.
– Ilmu” praktis seperti ilmu politik yg
meneliti berbagai bentuk tindakan dan cara hidup, ilmu fiqih yaitu ilmu yang
membahas tentang penyimpulan syariat dan pelaksanaanya, ilmu kalam yang
menkaji tentang dasar” agama dlm hal teoritis maupun praktisnya (Al-Farabi,
Perincian Ilmu Pengetahuan, dalam Nurcholish Madjid. Ed. Khazanah Intelektual Islam. (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), h.121-133.
|
Ibnu Khaldun membagi ilmu scr umum menjadi dua
bagian yaitu :
– Ilmu-ilmu naqli
(al-ulum al-naqliyah). ilmu-ilmu naqli diantaranya ilmu tafsir, ilmu
qiraat, ilmu hadits, ushul fiqh, fiqih, ilmu kalam, ilmu-ilmu bahasa
(linguistic, gramatika, retorika, sastra).
– Ilmu-ilmu aqli (al-ulum
al-aqliyah). Ilmu-ilmu aqli adalah ilmu hikmah dan filsafat, yang terdiri
dari tujuh yaitu : ilmu mantik (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan
(metafisika), matematika (arimatika, geometri, astronomi, dan musik). (Ibnu
Khaldun, “Tentang Ilmu Pengetahuan dan Berbagai Jenisnya, dalam
Nurcholish Madjid (ed.) Khazanah
Intelektual Islam. (Jakarta: BB, 1984), h. 310-326.
|
Klassifikasi Ilmu berdasarkan konsepsi
1. Tashawwur (konsepsi) yaitu ilmu yg
bebas dari penilaian benar-salah. Tashawwur itu sendiri dibagi 4
bagian :
–
Konsepsi yang
tidak memiliki relasi dan bersifat independen, seperti konsepsi tentang
manusia, hewan, dll.
– Konsepsi yang memiliki diferensia (fashl),
seperti : hewan rasional.
–
Konsep yang
memiliki relasi perintah, seperti: pukullah, pergilah.
–
Konsepsi yang
memiliki relasi berita, seperti : Zaid berdiri.
2. Tashdiqi adalah ilmu yang
didasarkan pada penilaian benar-salah. Contohnya : Ahmad adalah anak pintar.
|
Pembagian Ilmu Tashawwur dan Tashdiq
1. Dharuri (keharusan) atau badihi. Dharuri/badihi
yaitu ilmu yang didapat tanpa proses berpikir dan mengkonsepsi, melainkan
langsung hadir pada mental. Selanjutnya,
ilmu dharuri terdiri dari enam bagian :
– al-Awwaliah
(permulaan) yaitu aksioma yang diperoleh akal dengan selintas pikiran saja
tanpa bentuan sesuatu yang eksternal darinya, seperti : satu lebih kecil dari
dua, ayah lebih tua dari anaknya.
– al-Musyahadah batiniah
(penyaksian batin) yaitu aksioma yang didapat tanpa penilaian akal, melainkan
dapat dirasakan batin. Contohnya: lapar, haus, sedih, takut.
– al-Mahsusat (empirisme)
yaitu aksioma yang didapat berdasarkan penilaian akal dengan bantuan indera.
Contohnya: api itu panas; madu itu manis.
|
–
al-Tajribiah (eksperimental)
yaitu aksioma yg didapat karena telah dieksperimen melalui percobaan dan
pengalaman. Contohnya: air menguap jika dipanaskan, bodrek dapat menyenbuhkan
sakit kepala.
–
al-Hadsiah (dugaan; speculation)
yaitu aksioma yg didpt berdasarkan perkiraan-perkiraan yg cermat, seperti :
cahaya rembulan berasal dari cahaya matahari; bumi ini bulat.
– al-Fitriah (fitrah)
yaitu aksioma yg didapat melalui kehadiran proposisinya dlm mental. Artinya,
proposisi yg deduksinya terikut bersamanya atau yg had ausath (middle
term) selalu hadir di dalam benak. Hal ini merupakan sejenis proposisi
‘spontan’ yg penelarannya terjadi secara sangat cepat dan setengah sadar. Contohnya: dua setengah dari empat.[4]
– Selain enam hal di atas ada juga yg menambahkan mutawatirah
yakni sesuatu yg diyakini karena adanya berita yg berulang-ulang dan
laporan yg banyak. Contoh: di Mekah ada Ka’bah; Nabi Muhammad itu ada.
|
2. Iktisabi (proses) atau nazhari (teoritis)
adalah ilmu yang didapat melalui proses berpikir, seperti : rotasi bumi
mengelilingi matahari. Iktisabi ini terbagi pada dua bagian, yaitu :
– al-tashawwur al-kasbi (konsepsi
proses) yaitu konsepsi yang didasarkan pada dua unsur utama yaitu had
(batasan substansial) dan rasm (batasan aksidental).
– al-Tashdiq al-kasbi
yaitu penilaian terhadap konsepsi yang didasarkan pada qiyas (silogisme),
intiqra (induktif), dan tamsil (analogi).
|
Klassifikasi ilmu berdasarkan eksistensi
§ Ilmu hudhuri (kehadiran) yaitu ilmu yang objeknya
langsung hadir pada diri subjek. Pada ilmu hudhuri ini tidak ada
keterpisahan antara subjek dan objek ilmu pengetahuan, melainkan terjadi
kesatuan eksistensial antara keduanya.
§ Ilmu hushuli (korespondensi) yaitu ilmu yang
didapat melalui proses korespondensi yang terjadi antara subjek dengan objek
eksternal yang mana yang hadir adalah gambaran objeknya tersebut, bukan
objeknya langsung.(Khalid al-Walid, Tasawuf Mulla Sadra. (Bandung:
Muthahhari Press, tt), h. 105-109.
|
Klassifikasi berdasarkan metode dan prosedur penelitian
§ Ilmu-ilmu
rasional yang diselidiki lewat bukti-bukti rasional dalam penyimpulan mental
seperti logika dan filsafat ketuhanan.
§ Ilmu-ilmu
empiris yang diverifikasi lewat metode-metode empiris dan eksperimentasi
seperti fisika, kimia, dan biologi
§ Ilmu-ilmu
nukilan (narrative science) yang ditilik lewat dokumentasi naratif
atau historis seperti sejarah, biografi, dan fiqih.
|
DILALAH
|
PENGERTIAN
DILALAH
§ Dilalah adalah memahami sst dari sst yg lain. Sesuatu yg
pertama disebut al-madhul (yg ditunjuk, diterangkan atau diberi dalil)
dan sesuatu yg kedua disebut al-dall (penunjuk, penerag, atau yg
memberi dalil).
§ Dilalah, yaitu satu pemahaman yg dihasilkan dari sst atau
hal yg lain. Contoh : Terdengar suara di dalam danau di tengah ladang
adlh dilalah (indikator) bagi adanya orang di dalam danau itu.
|
PEMBAGIAN
DILALAH
1. Dilalah Lafzhiyyah
adalah petunjuk berupa kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian yaitu
:
– Thabi’iyyah
(dilalah lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yg berbentuk alami (‘aradh
thabi’i). Contoh : 1. Ketawa terbahak-bahak menjadi dilalah bagi gembira. 2.
Menangis terisk-isak menjadi dilalah ............. 3. Suara mengerang
dilalah.............
– ‘Aqliyah (dilalah lafzhiyah
aqliyah) yaitu dilalah yg berbentuk akal- pikir. Contoh : 1. Suara
teriakan ditengah hutan menjadi dilalah bagi adanya manusia di sana. 2. Suara
teriakan maling dari sebuah rumah menjadi dilalah ................
|
– Wadh’iyyah
(dilalah lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah yg dengan sengaja dibuat manusia untuk
suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Contoh lafadz (kata) kepada makna yg tlh disepakati :
Orang Sunda sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang Orang Jawa sepakat kata gedang menjadi dilalah bagi pisang Orang Inggris sepakat kata Benana menjadi dilalah bagi pisang |
2. Dilalah Ghairu Lafzhiyyah adalah dilalah
yang tidak berbentuk kata atau suara. Dilalah ini terbagi tiga bagian:
– Thabi’iyyah (dilalah ghairu lafzhiyyah thabi’iyyah) yaitu dilalah (petunjuk) yang bukan kata atau suara yang
bersifat alami. Contoh : 1. Wajah cerah menjadi dilalah bagi orang yang
senang ; 2. Menutup hidung menjadi dilalah ........3. wajah merah menjadi
dilalah........
– ‘Aqliyah (dilalah ghairu lafzhiyah ‘aqliyah)
yaitu dilalah bukan kata atau suara yang berbentuk akal- pikir. Contoh : 1.
Hilangnya barang-barang di rumah menjadi dilalah bagi adanya orang yang
mencuri ; 2. Terjadinya
kebakaran di hutan menjadi dilalah ..........
– Wadh’iyyah (dilalah ghairu lafzhiyah wadh’iyyah) yaitu dilalah bukan kata atau suara yg dengan sengaja
dibuat manusia untuk suatu isyarah atau tanda apa saja berdasar kesepakatan.
Conth : petunjuk bagi lafadz (kata) kpd makna yg telah disepakati : 1.
Secarik kain hitam yg dipakai orang Cina di tangan kirinya menjadi dilalah
bagi kesedihan. 2. Merahnya lampu perempatan .............
|
Pembagian Dilalah Lafzhiyah Wadh’iyah
1.
Muthabaqiyyah (dilalah lafzhiyah
wadhiyyah muthabaqiyyah) yaitu
dilalah lafazh (petunjuk kata) kepeda makna selengkapnya. Contoh : Kata rumah
memberi dilalah bangunan yg lengkap terdiri dari, dinding , jendela, pintu,
atap dll. Jika kita menyuruh membuat rumah, adlh rumah yg lengkap, bukan
hanya satu bgn saja (dinding atau atapnya) saja.
2. Tadhammuniyyah (dilalah lafzhiyyah wadh’iyyah
tadhammuniyah) yaitu dilalah lafazh (petunjuk
kata) kepada bagian” maknanya.Contoh : Ketika kita bermaksud untuk
memperbaiki rumah, maka hanya bagian” tertentu saja yg diperbaiki. Jika kita
meminta dokter mengobati badan, maka bagian badan yg sakit saja yang diobati.
|
3. Iltizamiyyah
(dilalah lafzhiyyah wadh’yyah iltizamiyya), yaitu dilalah lafazh kpd sst yg
ada di luar makna lafazh yg disebutkan, tetapi terikat amat erat dg makna yg
dikandungnya. Contoh : Jika kita menyuruh tukang memperbaiki asbes atap rumah
yg runtuh, maka yg dimaksud bukan hanya asbes saja, tetapi kayu-kayu asbes yg
melekat dan kebetulan sudah patah pun harus diganti. Asbes dengan kayu yang
menjadi tulangnya terkait amat erat (iltizam)
|
PENGERTIAN
BERFIKIR
Pada
hakikatnya manusia adalah makhluk berfikir, bernalar, beremosi, bersikap, dan
beramal. Sikap dan pengalaman manusia berasal dari pengetahuannya melalui
aktivitas berpikir. Berpikir merupakan tanggapan atas realitas atau fakta yg
dialami manusia melalui panca inderanya. Aktivitas berfikir manusia berguna
untuk menghasilkan pengetahuan yg benar, ilmiah, dan tepat sebagai landasan
penemuan kebenaran.
|
PENGERTIAN
BERFIKIR
§ Berfikir adalah kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan
yg telah kita terima melalui indra, dan ditunjukkan unt mencapai kebenaran.
§ Menurut Plato dan Aristoteles, berfikir adalah “bicara
dengan dirinya sendiri didalam batin” yaitu mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisis, membuktikan sesuatu, menunukkan alasan”, menarik kesimpulan,
meneliti suatu jaln pikiran, mencari berbagai hal yang berhubungan satu
dengan yg lain, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, serta membahas suatu
realitas. ( Poespoprodjo&Gilarso, 1999:13)
§ Berpikir adalah suatu proses mental dalam membuat reaksi,
baik terhadap benda, tempat, orang, maupun peristiwa. ( Burhanuddin Salam,
1997:141 )
§ Berfikir adalah aksi ( act ) yang menyebabkan fikiran
mendapatkan pengertian baru dg perantaraan hal yg sudah diketahui. Yg beraksi
disini bukan hanya budi atau akal,namun seluruh manusia (The Whole Man )
yaitu dorongan” yg ada pd manusia yg sering kali mempengaruhi jalan fikiran
manusia atau isi fikiran. ( Poespoprodjo, 1999:178 )
|
§
Menurut M.
Ngalim, MP, berfikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
§
Menurut
Psikologi Gestalt, berfikir adalah keaktifan psikis yang abstrak, yang
prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra.
§
Berfikir
merupakan pembentukan ide, pembentukan semua pengalaman dan penyusunan
maklumat dalam bentuk tertentu.
§
Berfikir
adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara
pengetahuan-pengetahuan kita. Berfikir merupakan suatu proses dialektis,
artinya selam kita berfikir, fikiran kita mengadakan tanya jawab pikiran
kita. Untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita dengan
tepat.( no.4-8 Evi Yuni Imaroh,www.google.co.id )
|
Proses
Berfikir
1.
Pembentukan pengertian. Artinya
dari suatu masalah,fikiran kita membuang ciri” tambahan, sehingga tinggal
ciri-ciri yang tipis (yg tidak boleh tidak ada ) pada masalah itu. Misalnya,
aku menangkap apa arti 'aku','mobil','membeli' dsb. Mengerti kenyataan
(misalnya aku menangkap apa itu mobil ) dan membentuk pengertian” atas dasar
pengetahuan keindraan dg melihat fisik mobil dll.
2.
Pembentukan pendapat dan
keputusan. Artinya fikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa
pengertian, yg menjadi tanda khas dari masalah itu. Menyatakan hubungan yg
ada antara pengertian” yg telah ditangkap itu, dengan mengatakan bahwa
masalah itu 'demikian‘ (S=P) atau memisahkan / memungkiri dg mengatakan 'ini
tidaklah demikian' (S#P). Misalnya, mobil itu mahal, mobil itu tidak murah.
Pernyataan ini disebut putusan, dan biasanya dlm bentuk kalimat berita.
|
3. Pembentukan
kesimpulan. Artinya fikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan
yg lain. Menghubungkan berbgai hal yg diketahui sedemikian rupa sehingga kita
sampai pd kesimpulan. Jalan fikiran seperti ini tidak perlu diucapkan dg
kata-kata, namun dipikirkan dalam batin. Tetapi dalam berfikir itu, kita
mesti mempergunakan kata-kata ( pengertian-pengertian atau konsep ). dan
apabila ingin disampaikan dg orang lain (komunikasi), isi pikiran itu harus
dikatakan atau dilahirkan dlm kata” (bahasa), istilah (term) atau yang lain.
|
Aspek-aspek
Proses Berfikir
•
Pengetahuan (apa yang anda tahu
tentang objek itu )
•
Kemahiran kognitif (menyoal diri
sendiri tentang objek itu)
• Sikap dan
nilai (keinginan untuk mengetahui objek itu )
|
Komponen
Berfikir Manusia
•
Adanya fakta (waqi')
•
Adanya panca indera (hawas)
•
Adanya otak (ad-dimagh)
•
Adanya pemahaman (ma'lumat as
sabiqah)
|
Tingkatan Proses Berfikir
• Suthi (dangkal),
adalah proses berfikir yg hanya melihat fakta saja.
• 'Amiq (mendalam),
adalah proses berfikir yang mendalami secara detail tentang fakta yg sedang
terjadi.
• Mustaniir (mendalam),
adalah proses berfikir yg bisa membahas sesuatu yg terjadi di balik fakta.
|
Asas-Asas
Berfikir
Asas berfikir
adalah pengetahuan dari mana pengetahuan yang lain tergantung dan dimengerti.
Juga bisa dikatakan pengetahuan yang menunjukkan mengapa pada umumnya kita
dapat menarik kesimpulan.Asas-asas berfikir dibagi menjadi dua :
1. Asas-asas primer
•
Asas identitas (principium
identitatis = qanun zatiyah) atau law of identity, yaitu kaidah
berfikir yg menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan sesuatu itu sendiri.
Jika sesuatu itu p maka p itu identik dengan p atau p adalah p. Dapat
dikatakan ,”jika p maka p dan tetap p”.A
•
Asas kontradiksi (principium
contradictionis = qanun tanaqud) atau law of contradiction, yaitu
kaidah berfikir yang menyatakan bahwa tidak mungkin sesuatu pada waktu yang
sama adalah “sesuatu itu dan bukan sesuatu itu”. Artinya mustahil ada sesuatu
hal yang bersamaan saling bertentangan. Sir William Hamilton menyebutnya
“hukum tanpa pertentangan”. Tidak mungkin p dalam waktu yang bersamaan adalah
p dan bukan p.
|
•
Asas
penyisihan kemungkinan yng ketiga (principium exclusi tertii = qanun
imtina') atau law of excluded middle, yaitu kaidah yg menjelaskan
bahwa kemungkinan yg ketiga itu tidak ada. Apabila terdapat dua proposisi yg
kontradiksionis yg satu merobohkan yg lain, pastilah salah satu diantaranya
itu salah.
•
Asas alasan
yg mencukupi (principium rationis sufficientis) atau law of
sufficient reason
Menyatakan bahwa jika perubahan terjadi pada sst, maka perubahan itu perubahan itu haruslah memiliki alasan yg cukup. Jadi tidak ada perubahan yang terjadi begitu saja tanpa alasan yg memadai sebagai penyebab perubahan itu. |
Dari sudut isinya
• Asas kesesuaian (principium convenientiae),
menyatakan bahwa ada dua hal yang sama, hal yang lain itu sama dengan hal
yang ketiga. Contohnya, jika S=M dan M=P maka S=P (dengan catatan bahwa S dan
P disini dihubungkan satu sama lain dengan satu M )
•
Asas ketidaksesuaian (principium
inconvenientiae), menyatakan bahwa ada dua hal yg sama tetapi salah satu
diantaranya tidak sama dg hal yg ketiga. Dengan demikian hal yg lain itu juga
tidak sama dg yg ketiga tadi. Contohnya, jika A=B tetapi B#C maka A#C
Dari sudut luasnya
•
Asas
dikatakan tentang semua (principium dictum de omni). Apa yg secara
universal diterapakan pd seluruh lingkungan suatu pengertian (subyek) juga
tidak boleh diterapkan pada bawahannya.
•
Asas tidak
dikatakan tentang manapun juga (principium dictum de nullo). Apa yang secara
universal tidak dapat diterapkan pada suatu pengertian (subyek) juga tidak
dapat diterapkan pada semua bawahannya.
|
Syarat Berfikir Benar dan Ilmiah
|
|
LAFAZH
Oleh : Nur Mukhlish Z. M.Ag.
|
Pengertian
Lafadz dalam bahasa arab, adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia. Lafadz
adalah satu nama yang diberikan pada rangkaian huruf abjad atau susunan
beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti maka
rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz.
|
Pembagian Lafazh
|
1. lafazh Mufrad (مفرد )
Lafazh mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad. lafazh artinya
kata-kata, sedangkan Mufrad artinya satu kata. Dlam istilah ilmu mantiq,
lafazh adalah kata-kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian
itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
|
Berdasarkan bagian-bagian katanya lafazh mufrad terbagi
:
|
|
Pembagian Lafazh Mufrad
1. Isim ; adalah lafazh (kata-kata) yang
mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu, seperti: masjid, madrasah,
rumah, gunung dan sebagainya.
2. Fi’il adalah lafazh (kata-kata) yang
mempunyai artis sendiri yang terikat dengan waktu. Seperti : dzahaba =sudah
pergi, Yadzhabu = sedang pergi dll.
3. Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) =
harf seperti Bi, Min, wa, ila dll.
|
Pembagian Isim
Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi ;
1. Kulli (isim kulli) adalah
lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kepada semua arti atau
maknanya. Contoh :
Ketika menyebutkan Nahr (sungai), maka semua sungai terkena Nahr. Ketika
menyebut rumah, maka semua rumah terkena oleh kata rumah tersebut.
2. Juz’i (isim juz’i) adalah
lafazh mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan kpd satu bagian saja
dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafzh kulli. Contoh ketika menyebut
Nahr maka semua sungai akan terkena nahr di dalamnya. tetapi ketika menyebut
Nahr Nil, maka kata ini akan berubah menjadi Juz’i, karena yg terkena hanya
satu bagian saja.
|
Pembagian Kulli dan Juz’i
Kulli dan
Juz’i dilihat dari pengertiannya :
§ Kulli artinya
menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara menyeluruh. Contoh :
Orang kampung itu memindahkan sebuah rumah. maksudnya bahwa smua orang
kampung itu secara masing-masing memindahkan seluruh isi rumah. Ada yang
membawa piring, lemari dan lain-lain.
§ Kulliyat artinya
menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara satu persatu. Contoh : Orang
kampung itu memindahkan sebuah rumah. Maksudnya semua orang kampung itu
(kulli) secara bersam-sama memindahkan sebuah rumah, bukan bagian-bagiannya.
|
Juz’i dan
Juz’iyat
§ Juz’i artinya
menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara keseluruhan dari yg
sebagian itu. Contoh :
sebagian orang kampung itu mengangkat lemari besar dari sebuah gedung.
Maksudnya sebagian orang kampung secar bersama-sama mengangkat sebuah lemari
besar dari sebuah gedung.
§ Juz’iyat artinya
menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari
yg sebagian itu. Contoh : sebagian orang kampung itu masing-masing
memindahkan isi lemari besar dari sebuah gedung. Maksudnya sebagian orang
kampung secara bersama-sama mengangkat sebuah lemari besar dari sebuah
gedung.
|
Bagian
Isim
§ Muhashal
adalah lafazh mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau suatu
sifat yang ada. Contoh : 1) Kota, sungai, neraka, surga. (suatu yang
ada) 2) Alot, dermawan, sombong. (sifat yang ada)
§ Ma’dul
adalah Lafazh mufrad yang menunjuk
kepada ketidakadaan sesuatu atau ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal). Contoh : 1)
Bukan kota, bukan Jakarta, tidak neraka (ketidakadaan benda) ; 2) Tidak
pelit, tidak sombong, tidak jujur (ketidakadaan sifat)
§ ‘Adami adalah
lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang lazimnya ada.
Contoh : 1) Buta menunjuk kepada pengertian tidak melihat, padahal melihat
adalah suatu sifat yang lazimnya ada pada manusia ataupun hewan ; 2) Tuli
menunjuk kepada pengertian tidak mendengar, padahal mendengar adalah salah
satu sifat yang lazimnya ada pada hewan dan manusia.
|
2. Lafazh Murakkab (مركب)
Lafazh
murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafazh dan Murakkab. Lafzah artinya
kata-kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafazh murakkab
artinya kata-kata yang disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun
lebih dari itu.
|
Pembagian Lafazh Murakkab
1. Lafazh Murakkab Tam, adalah
kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa sehingga memberi
pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam disebut kalimat
efektif atau kalimat sempurna. Contoh :
• Drs. H. Humam
adalah Bapak Dosen Ilmu Pendidikan Islam STIT al-Muslihuun Tlogo Blitar.
• Ahmad adalah
Bapak Guru MI Safinatun Najah
Gedung MAN Tlogo
2.
Lafazh Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian
efektif atau sempurna (kalimat gantung). Contoh :
– Orang sombong
itu
– Seorang
pemulung
–
Pujaan hati
|
Pembagian Murakab Tam
1. Murakkab
Khabari, adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan
mungkin juga salah (mengandung keraguan). Contoh :
– Nanas itu
sejenis buah-buahan
– Presiden AS
datang ke Indonesia
2. Murakkab
Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah. Contoh :
– Pergilah ke
luar negeri untuk menambah pengalaman (amr).
– Jangan lekas
putus asa dalam menghadapi lenyataan (nahyi).
– Apakah anda
telah melaksanakan kewajiban dengan baik (istifham).
|
Mafhum dan Mashadaq
§ Pengertian lafazh kulli selalu memberi dua dilalah
(petunjuk). Dilalah pertama menunjuk kepada konsep atau pengertian dan
dilalah kedua menunjuk kepada yang terkena atau yg dikenai konsep atau
pengertian tadi.
Lafazh insan, misalnya, memberi dua dilalah. Pertama, adalah dilalah konsep atau pengertiannya, yaitu bahwa insan adlh hayawanun natiq. Dilalah yg pertama ini dlm ilmu mantiq disebut mafhum. Kedua dilalah kpd diri insan atau yg terkena oleh lafazh insan, yaitu manusia yg sudah milyaran di permukaan bumi. Dilalah yg kedua ini dlm ilmu mantik disebut al mashadaq (benda yg ada dlm realita yg dikenai lafadz).
§ Semakin betambah mafhum (konsep) lafazh kulli semakin
sedikit memberi al-mashadaqnya. Sebaliknya, semakin sedikit penambahan
mafhum kepada lafazh kulli semakin banyak mashadaq-nya.
|
Perbandingan Antara Lafadz Kulli dengan Artinya
1.
Lafazh Mutawathi’. adalah lafazh kulli yg mempunyai makna banyak atau
mafhum-nya satu mashadaq-nya banyak. Contoh : Insan, Hewan, tumbuh-tumbuhan
Lafazh insan mempunyai makna : Hindun, Fathimah,Maimun, Malin, Agung, Karsum,
Iyan, dan lain-lainnya. Hakikat dari nama-nama itu sama dalam hal manusia.
Mereka hanya berada dalam jenis dan sifat-sifat saja. Demikian juga lafazh
hewan, dapat mengandung arti kambing, unta, sapi, burung, dan lain-lain.
Lafazh tumbuh-tumbuhan dapat berupa sawi, kurma, anggur, wortel, kacang, dan
lain-lain.
2.
Lafazh Musyakkik, adalah lafazh kuli yang kualitas artinya berbeda.
Artinya, lafazh musyakkik itu satu, tetapi kualitasnya berbeda. Contoh :
Putih, tinggi, besar.
Lafazh putih mempunyai arti bisa sangat putih, kurang putih, sedikit putih,
atau putih sedang. Lafazh tinggi bisa sangat tinggi, kurang tinggi, dan
seterusnya. Demikian juga halnya dengan lafazh besar, bisa sangat besar,
kurang besar, dan seterusnya.
|
3.
Lafazh Mutabayyin (sama dengan perbandingan tabayun) adalah dua lafazh
yang bacaanya berbeda dan artinya berlainan. Contoh :
– Insan, Ardh,
sama’ (bahasa Arab : manusia, binatang, langit)
– Kuda,
kambing, rambutan, kelapa, (bahasa Indonesia)
Lafazh-lafazh itu memperlihatkan perbedaan dari segi mafhum dan mashadaq-nya. Dengan kata lain lafazhnya berbeda dan artinya pun berlainan. Lafazh jenis ini adalah yang terbanyak
4.
Lafazh Muradif (sama dengan perbandingan taraduf) adalah dua
kata atau lebih lafazh yang berbeda, tetapi mengandung arti sama. Contoh :
– Nar dengan
Sa’ir (neraka)
– Jannah dengan
‘Addn (surga)
–
Arloji dengan
Jam Tangan
|
5. Lafazh
Musytarak, adalah lafazh
kulli yang mempunyai lebih dari satu arti. Contoh :
– ‘Ain, nar,
jannah (bahasa Arab)
– Lagu, saran,
ribut (bahasa Indonesia )
‘Ain (bahasa Arab) bisa mengandung arti mata dan mata air. Nar bisa
mengandung arti api dan neraka. Jannah bisa mengandung arti kebun dan syurga.
Lagu (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti ragam suara, nyanyi, tigkah
laku.
Saran (bahasa Indonesia)bisa mengandung arti pendapat, anjuran, propaganda.
Ribut (bahasa Indonesia) bisa mengandung arti sibuk, gaduh, kencang.
|
TA’RIF
|
Pengertian
§ secara
lughawi berarti memperkenalkan, memberitahukan sampai jelas dan terang
mengenai sesuatu.
§ Dlm ilmu
mantiq, ta’rif adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan,
yang dengannya diperoleh pemahaman yang jelas tentang sesuatu yang
diterangkan/diperkenalkan.
§ Dalam bahasa
Indonesia, ta’rif tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan atau difinisi.
§ Dalam ilmi
mantiq, ta’rif berperan amat besar, karena istidlal (penarikan kesimpulan)
yang merupakan tujuannya yang paling fundamental, tergantung amat erat kepada
jelasnya ta’rif lafazh yang dipakai untuk menyusun qadhiyah-qadhiyah
(kalimat-kalimat) yang darinya ditarik natijah (kesimpulan). Jika ta’rif
lafaz tidak jelas, maka kesimpulan yang dihasilkan mungkin sekali keliru atau
salah.
|
Pembagian Ta’rif
1. Ta’rif Had, adalah
ta’rif yang menggunakan rangkaian lafazh kulli jins dan fashl. Contoh :
Insan adalah hewan yang berfikir. Hewan adalah jins dan berpikir adalah fashl bagi manusia. Ta’rif had terbagi ke dalam dua bagian :
a. Ta’rif had tam adalah
ta’rif dengan menggunakan lafazh jins qarib dan fashl. Contoh : Insan adalah
hewan yang dapat berpikir. Hewan adalah jins qarib (dekat) kepada insan
karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Artinya, di bawah hewan tidak ada
lagi lafazh kulli yang terkategori jins, kecuali insan yang terkategori nau’.
sedang dapat berpikir adalh fashl.
b. Ta’rif had naqish adalah ta’rif yang : (1) menggunakan
jins ba’id dan fashl, atau (2) menggunakan fashl qarib saja. Contoh (1) :
Insan adalah jism (tubuh) yang dapat berfikir. jism adalah jins ba’id bagi
insan dan dapat berfikir adalah fashl baginya.
Contoh (2) : Insan adalah yang dapat berpikir (tanpa menyebutkan jins).
|
2. Ta’rif Rasm, adalah ta’rif
yang menggunakan jins dan ‘irdhi khas. Contoh : Insan adalah hewan yang bisa
tertawa. Hewan adalah jins dan tertawa adalah ‘irdhi khas (sifat khusus)
manusia.
Ta’rif rasm
terbagi ke dalam dua bagian
a. Ta’rif rasm tam adalah
ta’rif definisi yang menggunakan lafazh jins qarib dan fashl. Contoh : Insan
adalah insan yang dapat tertawa. Hewan adalah jins qarib bagi insan.
Sedangkan tertawa adalah ‘irdhi khas baginya.
b. Ta’rif rasm naqish adalah ta’rif yang menggunakan (1)
lafazh jins ba’id dengan ‘irdhi khas, atau (2) menggunakan lafazh ‘irdhi khas
saja.
– Contoh (1):
Insan adalah jisim yang bisa ketawa.
–
Contoh (2):
Insan adalah yang ketawa
|
3. Ta’rif dengan
Lafadz, adalah
ta’rif yang menggunakan lafazh lain yang sama artinya saja. Contoh : Tepung
adalah terigu Insan adalah manusia
4. Ta’rif dengan
Mitsal, adalah ta’rif
dengan memberikan contoh (mitsal). Contoh : Lafazh kulli adalah insan. Lafazh
juz’i adalah seperti Muhammad, Karsum, Agung, Kosraman
|
Syarat-syarat Ta’rif
Ta’rif
menjadi benar dan dapat diterima, jika syarat-syaratnya terpenuhi :
•
Ta’rif harus
jami’ mani’ : ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari yang
dita’rifkan. Contoh :
manusia adalah hewan yg dapat membaca
•
Ta’rif harus
lebih jelas dan mudah diterima akal. Jadi ta’rif tidak boleh sama samarnya
atau lebih samar dari yang dita’rifkan. Contoh : Mertua adalah nenek dari
anak isteri
|
• Ta’rif harus
sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan.
• Ta’rif tidak
boleh berputar-putar (daur)
• Ta’rif tidak
boleh memakai kata-kata majaz (kiasan atau metaforik). Contoh : Pahlawan
adalah singa yang gugur. Menta’rifi ulama dengan samudra.
• Tidak boleh
mengandung lafadz yang ghaib
•
Tidak boleh menyalahi aturan
bahasa
|
• Ta’rif tidak
boleh menggunakan kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti).
Contoh : Arloji adalah pukul yang dipakai di tangan . Pukul dalam ta’rif
tersebut mempunyai dua arti, yaitu jam dan pukulan. Oleh karenanya, ta’rif
itu tidak benar. Ia akan menjadi benar jika disempurnakan dengan qarinah,
yang memberi petunjuk kepada makna yang dimaksudkan. Contoh : Arloji adalah
pukul yang dipakai di tangan untuk mengetahui waktu (pukul berapa sekarang
?).
|
ISTIDLAL
DAN QIYAS
Nur
Mukhlish Zakariya
|
PENGERTIAN
ISTIDLAL
•
Istidlal scr lughawi : mencari
dalil (petunjuk), keterangan, indikator atau petunjuk sehingga dpt diperoleh
suatu pengertian atau kesimpulan
•
Scr terminologi : berpindahnya
pikiran, dg teknik tertentu, dari sst yg sudah diketahui kpd sst yg belum
dketahui sehingga yg blm diketahui itu dpt diketahui. Atau dg kata lain sst
yg dpt dipakai unt membangun argumentasi unt menyampaikan satu kesimpulan
|
Contoh :
•
Bahwa adanya api dibalik tembok
adalah adanya dalil adanya asap yg mengepul di atasnya.
•
A = B, B = C, kesimpilannya A = C
|
•
Qiyas adalah kumpulan dari
beberapa qadhiyyah yang berkaitan yang jika benar, maka dengan sendirinya (li
dzatihi) akan menghasilkan qadhiyyah yang lain (baru).
•
Manusia disaat ingin mengetahui
hal-hal yang majhul, maka terdapat tiga cara untuk mengetahuinya :
–
Pengetahuan dari juz'i ke juz'i
yang lain. Argumenatsi ini sifatnya horisontal, dari sebuah titik yang
parsial ke titik parsial lainnya. Argumentasi ini disebut tamtsil
(analogi).
–
Pengetahuan dari juz'i ke kulli.
Atau dengan kata lain, dari khusus ke umum (menggeneralisasi yang parsial)
Argumentasi ini bersifat vertikal, dan disebut istiqra' (induksi).
–
Pengetahuan dari kulli ke juz'i.
Atau dengan kata lain, dari umum ke khusus. Argumentasi ini disebut qiyas (silogisme).
|
Qiyas
atau Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
|
Pembagian
Istidlal
•
Istidlal Qiyasi : upaya akal pikir
unt memahami sst yg belum diketahui melalui yg sudah diketahui dg menggunakan
kaidah-kaidah berfikir yg telah diterima kbenarannya
•
Istidlal istiqra’i : penarikan
kesimpulan scr induktif
|
Macam-macam
Qiyas
Qiyas dibagi menjadi dua; iqtirani
(silogisme kategoris) dan istitsna'i (silogisme hipotesis). Sesuai
dengan definisi qiyas, satu qadhiyyah atau beberapa qadhiyyah
yang tidak dikaitkan antara satu dengan yang lain tidak akan menghasilkan qadhiyyah
baru. Jadi untuk memberikan hasil (konklusi) diperlukan beberapa qadhiyyah
yang saling berkaitan. Dan itulah yang namanya qiyas.
|
1.
Qiyas Iqtirani
Qiyas iqtirani adalah qiyas yang mawdhu'
dan mahmul natijahnya berada secara terpisah pada dua muqaddimah.
Contoh: "Kunci itu besi" dan "setiap besi akan memuai jika
dipanaskan", maka "kunci itu akan memuai jika dipanaskan". Qiyas
ini terdiri dari tiga qadhiyyah; [1] Kunci itu besi, [2] setiap besi
akan memuai jika dipanaskan dan [3] kunci itu akan memuai jika dipanaskan.
|
Qadhiyyah pertama disebut muqaddimah
shugra (premis minor), qadhiyyah kedua disebut muqaddimah kubra
(premis mayor) dan yg ketiga adalah natijah (konklusi).
Natijah merupakan gabungan dari mawdhu' dan mahmul yg sudah tercantum pd dua muqaddimah, yakni, "kunci" (mawdhu') dan "akan memuai jika dipanaskan" (mahmul). Sedangkan "besi" sebagai had awshat. Yg paling berperan dlm qiyas adlh penghubung antara mawdhu' muqadimah shugra dg mahmul muqaddimah kubra. Penghubung itu disebut had awsath. Had awsath harus berada pada kedua muqaddimah (shugra dan kubra) tetapi tidak tecantum dalam natijah. |
Empat
Bentuk Qiyas Iqtirani
Qiyas iqtirani kalau dilihat dari letak
kedudukan had awsath-nya pada muqaddimah shugra dan kubra
mempunyai empat bentuk :
1. Syakl Awwal adalah Qiyas yang had awsth-nya menjadi mahmul
pada muqaddimah shugra dan menjadi mawdhu' pada muqaddimah
kubra. Misalnya, "Setiap Nabi itu makshum", dan "setiap
orang makshum adalah teladan yang baik", maka "setiap nabi adalah
teladan yang baik". "Makshum" adalah had awsath, yang
menjadi mahmul pada muqaddimah shugra dan menjadi mawdhu'
pada muqaddimah kubra.
Syarat-syarat syakl awwal. Syakl awwal akan menghasilkan natijah yang badihi (jelas dan pasti) jika memenuhi dua syarat berikut ini:
–
Muqaddimah shugra harus mujabah.
–
Muqaddimah kubra harus kulliyah.
2. Syakl Kedua adalah Qiyas yang had awshat-nya menjadi mahmul
pada kedua muqaddimah-nya. Misalnya, "Setiap nabi makshum",
dan "tidak satupun pendosa itu makshum", maka "tidak satupun
dari nabi itu pendosa".
Syarat-syarat syakl kedua.
–
Kedua muqaddimah harus
berbeda dalam kualitasnya (kaif, yakni mujabah dan salibah).
–
Muqaddimah kubra harus kulliyyah.
|
3. Syakl Ketiga adalah Qiyas yang had awshat-nya menjadi mawdhu'
pada kedua muqaddimahnya. Misalnya, "Setiap nabi
makshum", dan "sebagian nabi adalah imam", maka "sebagian
orang makshum adalah imam". Syarat-syarat Syakl ketiga.
–
Muqaddimah sughra harus mujabah.
–
Salah satu dari kedua muqaddimah
harus kulliyyah.
4. Syakal Keempat adalah Qiyas yang had awsath-nya menjadi mawdhu'
pada muqaddimah shugra dan menjadi mahmul pada muqaddimah
kubra (kebalikan dari syakl awwal.)
Syarat-syarat Syakl keempat.
–
Kedua muqaddimahnya harus mujabah.
–
Muqaddimah shugra harus kulliyyah. Atau
–
Kedua muqaddimahnya harus
berbeda kualitasnya (kaif)
–
Salah satu dari keduanya harus kulliyyah.
|
Contoh
– Contoh
Semua Tanaman membutuhkan air (premis mayor)
...................M.................P Akasia adalah Tanaman (premis minor) ....S..........................M Akasia membutuhkan air (konklusi) ....S.................P (S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term) Hukum-hukum Silogisme Katagoris
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga,
seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan Sebagian makanan tidak menyehatkan, Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan (Kesimpulan tidak boleh : Semua makanan tidak halal dimakan). |
•
Apabila salah
satu premis negatif, kesimpulan harus juga negatif, seperti:
Semua koruptor tidak disenangi. Sebagian pejabat adalah koruptor, jadi Sebagian pejabat tidak disenangi. (Kesimpulan tidak boleh : Sebagian pejabat disenangi) |
• Dari dua
premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan, seperti :
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus, jadi: Banyak cendekiawan tidak jujur. Kesimpulan yang diturunkan dari premis partikular tidak pernah menghasilkan kebenaran yang pasti, oleh karena itu kesimpulan seperti : Sebagian besar pelaut dapat menganyam tali secara baik. Hasan adalah pelaut, jadi : kemungkinan besar Hasan dapat menganyam tali secara baik adalah tidak sah. Sembilan puluh persen pedagang pasar Johar jujur. Qomar adalah pedagang pasar Johar, jadi: Sembilan puluh persen Qumar adalah jujur |
Ketentuan
1) Dari dua
premis yang sama-sama negatit, lidak menp kesimpulan apa pun, karena tidak
ada mata rantai ya hubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila
sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua
premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar. Kucing bukan bunga mawar. ..... (Tidak ada kesimpulan) Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukn Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
2) Paling
tidak salah satu dari term penengah harus : (mencakup). Dari dua premis yang
term penengahnya tidak ten menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Jadi: Binatang ini
adalah ikan. (Padahal bisa juga binatang melata)
|
3)
Term-predikat dlm kesimpulan harus konsisten dg term predikat yg ada pada
premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti : Kerbau adalah
binatang. Kambing bukan kerbau. Jadi: Kambing bukan binatang.
('Binatang' pd konklusi merupakan term negatif sedangkan pd premis adlh positif)
4) Term
penengah harus bermakna sama, baik dlm premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna mka kesimpulan menjadi lain, seperti :
Bulan itu bersinar di langit. Januari adalah bulan. Jadi : Januari bersinar di langit. (Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
5) Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predkat, dan term menengah
(middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term
tidak bisa diturunkan konklusinya.
|
Absah dan Benar
•
Dalam
membicarakan silogisme mengenal dua istilah yaitu absah dan benar.
•
Absah (valid)
berkaitan dg prosedur penyimpln apakah pengambilan konklusi sesuai dg patokan
atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan di atas dan dan
tidak valid bila sebaliknya.
•
Benar
berkaitan dengan proposisi dalam silogisme itu, baik didukung atau sesuai
dengan fakta atau tidak. Bila sesuai fakta, proposisi itu benar, bila tidak
ia salah.
•
Keabsahan dan
kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yg tidak bisa dipisahkan, untuk
mendapatkan yg sah dan benar. Hanya konklusi dari premis yg benar prosedur yg
sah konklusi itu dapat diakui. Mengapa demikian, karena bisa terjadi: dari
premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yg benar, demikian juga
dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar.
|
Variasi-variasinya
1.
Prosedur
valid, premis salah dan konklusi benar.
Semua yang baik itu haram. (salah) Semua yang memabukkan itu baik. (salah) Jadi: Semua yang memabukkan itu haram. (benar)
2.
Prosedur
invalid (tak sah) premis benar konklusi salah
Plato adalah filosof. (benar) Aristoteles bukan Plato. (benar) Jadi: Aristoteles bukan filosof (salah)
3.
Prosedur
invalid, premis salah konklusi benar.
Sebagian politikus adalah tetumbuhan. (salah) Sebagian manusia adalah tetumbuhan. (salah) Jadi: Sebagian manusia adalah politikus (benar)
4.
Prosedur
valid premis salah dan konklusi salah.
Semua yang keras tidak berguna. (salah) Adonan roti adalah keras. (salah) Jadi: Adonan roti tidak berguna (salah) |
2.
Qiyas Istisna'i
•
Qiyas ini terbentuk dari qadhiyyah
syarthiyyah dan qadhiyyah hamliyyah. Misalnya, "Jika Muhammad
itu utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat. Oleh karena dia mempunyai
mukjizat, berarti dia utusan Allah".
•
Penjelasannya: "Jika Muhammad
itu utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat" adalah qadhiyyah
syarthiyyah yang terdiri dari muqaddam dan tali (lihat definisi qadhiyyah
syarthiyyah), dan "Dia mempunyai mukjizat" adalah qadhiyyah
hamliyyah. Sedangkan "maka dia mempunyai mukjizat" adalah natijah.
•
Dinamakan istitsna'i karena
terdapat kata " tetapi", atau "oleh karena".
|
Macam-Macam
Qiyas istitsna'i (silogisme)
1.
Muqaddam positif dan tali positif.
Misalnya, "Jika Muhammad utusan Allah, maka dia mempunyai mukjizat.
Tetapi Muhammad mempunyai mukjizat berarti Dia utusan Allah".
2.
Muqaddam negatif dan tali positif.
Misalnya, "Jika Tuhan itu tidak satu, maka bumi ini akan hancur. Tetapi
bumi tidak hancur, berarti Tuhan satu (tidak tidak satu)".
3.
Tali negatif dan muqaddam negatif.
Misalnya, "Jika Muhammad bukan nabi, maka dia tidak mempunyai mukjizat.
Tetapi dia mempunyai mukjizat, berarti dia Nabi (bukan bukan nabi)".
4.
Tali negatif dan muqaddam positif.
Misalnya, "Jika Fir'aun itu Tuhan, maka dia tidak akan binasa. Tetapi
dia binasa, berarti dia bukan Tuhan".
|
Keterangan
lain
1.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian anticedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak. Sekarang hujan. Jadi saya naik becak.
2.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagiar konsekuensinya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang bumi telah basah. Jadi hujan telah turun. |
3.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan. |
Hukum Silogisme Hipotetis
•
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dgsilogisme
kategorik. Tetapi yg penting di sini adalah menentukan 'kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yg benar.
Bila anticedent dilambangkan dg A dan konsekuen dg B, jadwal hukum silogisme hipotetisnya adlh: 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. |
•
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dg penyelidikan. Seperti : Bila terjadi
peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yg diakui kebenarannya. Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah) Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain. |
Categories
- Albani (5)
- Aqidah Wahabi (1)
- Bid'ah (7)
- Bin Baz (1)
- Dapur Wahabi (2)
- Disiplin Ilmu (1)
- Do'a Bersama (1)
- Fiqih (1)
- Istawa (1)
- Kelicikkan Wahabi (1)
- Kenduri Arwah (1)
- Koleksi Kedustaan Wahabi (1)
- Manipulasi Wahabi (3)
- Maulid (1)
- Mengenal Wahabi (5)
- Ngalap Berkah (2)
- Nur Muhammad (2)
- Selamatan (1)
- Shalawat (1)
- Shalawat Nariyyah (1)
- Tabarruk (2)
- Tahlilan (3)
- Talbis Wahabi (1)
- Tasbih (1)
- Tassawuf (1)
- Tawassul (3)
- Wahabi vs Abu Bakar Shiddiq (1)
- Wahabi vs Ahlul Badar (1)
- Wahabi vs Ali bin Abu Thalib (1)
- Wahabi vs Ibnu Rajab (1)
- Wahabi vs Imam Ahmad bin Hambal (1)
- Wahabi vs Imam Bukhari (1)
- Wahabi vs Imam Quthubiy (1)
- Wahabi vs Imam Suyuthi (2)
- Wahabi vs Khulafaur Rasyidin (1)
- Wahabi vs Muhaddistin (2)
- Wahabi vs Para Sahabat (1)
- Wahabi vs Umar bin Khattab (1)
- Yasinan (1)
Arsip
Selasa, 26 Jumadil Akhir 1434 H
0 komentar:
Posting Komentar