Jumat, 28 Februari 2014

Manajemen Penerbitan Pers

0 komentar

Manajemen Penerbitan Pers

1.      Berbisnis Melalui Pers
Pers menurut leksikon komunikasi ditinjau dari segi kelembagaan merupakan kependekan dari istilah persuratkabaran, yaitu suatu lembaga yang mengelola informasi terdiri dari fakta dan opini, yang disajikan kepada masyarakat sebagai salah satu komoditi. Dengan demikian pers sebagai lembaga, seperti halnya dengan lembaga-lembaga lainnya dapat dikelola secara tata laksana dan tata administrasi yang baik melalui manajemen profesional untuk dijadikan ajang bisnis. Sebelum membicarakan pers sebagai ajang bisnis, kita melihat ke belakang tentang sejarah perkembangan pers.

  • Zaman prasejarah : Pedagang Eropa menggunakan pers sebagai alat untuk menyampaikan informasi harga-harga dagangannya
  • Zaman Romawi Kuno : Julius Caesar memanfaatkan pers sebagai kegiatan propaganda senatornya.
  • Zaman modern : Pers dijadikan sebagai alat politik pemerintahan
  • Era informasi : Awal tahun 1980-an, masyarakat menjadikan pers sebagai lembaga bisnis dengan menjual informasi baik dalam bentuk berita maupun iklan.
Surat kabar sebagai komoditi (diperjualbelikan) kali pertama, dibuat di Amerika Serikat, ketika seorang tukang cetak berkebangsaan Inggris Benyamin Harris hijrah ke Amerika tahun 1690. Surat kabar pertama yang diterbitkannya diberi nama “Public Occurrences Both Foreign and Domestic”. Sekarang ini, Rupert Murdoch, seorang berkebangsaan Australia yang kini menetap di Amerika sukses dengan bisnis informasinya. Dengan meluncukan satelit komunikasi STAR TV, dan B Sky B yang berkapasitas 180 channel, Murdoch menguasai dunia dengan kegiatan bisnis informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan demikian, jelas bahwa pers baik cetak maupun elektronik bisa dikelola secara bisnis karena mempunyai peluang menghasilkan banyak sumber penghasilan,  diantaranya:
1.   Medianya : Sebenarnya, antara surat kabar, majalah dan televisi dalam hal menyampaikan informasi, tak ada bedanya. Sistem penyajiannyalah yang berbeda. Ini yang membuat diantaranya harus saling bersaing guna memenuhi target audiensnya. Persaingan inilah yang membuat mereka harus mengelola secara bisnis.
2.   Isinya : surat kabar dan majalah menjual kolom dengan diisi berita dan iklan. Televisi menjual waktu dengan diisi iklan dan sponsor. Persaingan menjual informasi dan berebut iklan inilah merupakan kegiatan yang dapat menghasilkan uang. Itu pula sebabnya pengelola pers, harus mengelola medianya itu secara bisnis.
3.  SDM-nya : pekerja pers merupakan aset perusahaan yang amat menentukan maju dan tidaknya penerbitan pers tersebut. Pengelola SDM penerbitan ini, memacu perusahaan untuk mengelola secara bisnis. Profesionalisme SDM ini, dapat pula dijadikan ajang bisnis.

Kesulitan, kemunduran usaha, dan kegagalan menjual produknya, harus dipandang sebagai sukses yang tertunda. Krisis moneter dan krisis ekonomi perlu dijadikan modal untuk memaksa diri berubah mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, pengusaha penerbitan pers perlu memperhatikan :
1)      Keinginan costumer (pembaca)
2)      Kecenderungan perubahan sosial
3)      Kiat-kiat kompetitor
4)      Mengamati perubahan teknologi, ekonomi, politik, dan sosial.
Jika ada pembaca yang menghentikan langganannya atau pindah ke penerbitan lain, perlu disikapi sebagai bagian dari perubahan perilaku konsumen. Perubahan perilaku konsumen semacam ini harus dilihat sebagai kenyataan yang buruk, bukan sekedar mimpi buruk. Dari situasi krisi moneter dan krisis ekonomi seperti ini, manajemen penerbitan pers harus menata ulang proses bisnis yang selama ini diterapkan dengan melihat momentum, penghematan sumber daya yang dimilikinya, khususnya dana. Langkah efektif dalam penataan ulang proses bisnis penerbitan pers, antara lain :
a.       Memulai dari top management. Tanpa ada komitmen dari top management, pemikiran para               pelaksana lapangan tentang layanan pelanggang tidak akan membuahkan hasil yang efektif.
b.      Merapatkan barisan pelaksana tingkat menengah (middle management). Manager harus                    meningkatkan pembinaannya terhadap staf-staf yang selama ini cenderung menolak perubahan organisasi.
c.       Membentuk tim evaluasi pengembangan usaha, yang terdiri dari tiga kelompok kerja :
Kelompok satu : Mencakup manajemen tingkat menengah.
Kelompok dua : Manajemen tingkat bawah.
Kelompok tiga : Tim kasus atau tim pemecah masalah.
Agar kerja tim tetap solid dan saling mengisi, tiap tim harus terdiri dari unit-unit kerja yang terkait dalam proses bisnis yang dilakukan kelompok satu dan kelompok dua yang terdiri atas bagian produksi, pembelanjaan, pemasaran, dan keuangan. Sedangkan kelompok tiga atau tim kasus, bertugas khusus menganalisis peningkatan proses kerja yang berkaitan dengan pencapaian target usaha yang jelas serta terjaminnya penataan ulang organisasi.

Menurut perhitun gan bisnis yang sehat, esensi “mutu percetakan prima” dan “kepuasan konsumen” dengan meningkatkan teknologi cetak yang canggih adalah kebutuhan manajemen., bukan sekedar memenuhi tantangan investasi dari para kompetitor. Manajemen yang sehat selalu mempertimbangkan :
  • Peluang usaha
  • Kemampuan sumber daya manusia
  • Perhitungan modal
  • Unsur-unsur depresiasi di perusahaan
Dalam mengidentifikasi kemajuan teknologi era globalisasi, intinya adalah mendekatkan jarak antara pelanggan dengan penerbit. Perusahaan penerbitan pers harus sadar adanya implikasi dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, penerbit surat kabar atau majalah pun harus secara sungguh-sungguh memenuhi selera konsumen melalui bentuk dan cara-cara kerja yang inovatif.

2.      Terapan Manajemen Pada Penerbitan Pers
Manajemen dilihat dari bahasanya berasal dari bahasa Inggris management. Semula bahasa Italia manaj(iare), bersumber dari bahasa latin mamis, artinya tangan. Management atau Manaj(iare) berarti memimpin, membimbing, dan mengatur. Tokoh-tokoh ekonomi seperti George R. Derry, Harold Koontz & Cyril O’Donnell, E.F.L Brech, atau Millon Brown, mempunyai definisi manajemen yang berbeda-beda.
Salah satu definisi manajemen yang cukup menarik adalah definisi dari Henry Fayol yang berbunyi : “Manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian”. Menurut Henry Fayol, setidaknya ada 14 asas dalam manajemen yaitu :

1)     Pembagian tugas
2)     Wewenang dan tanggung jawab
3)     Disiplin
4)     Kesatuan perintah
5)     Kesatuan pengarahan
6)     Ketertiban
7)     Keadilan
8)     Prakarsa
9)     Stabilitas masa jabatan
10) Kesatuan
11) Jenjang kepangkatan
12) Penggantian pegawai
13) Pemindahan wewenang
14) Pengutamaan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

Dari 14 asas tersebut oleh Henry Fayol diringkas menjadi 4 yang disebut fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Acting, dan Controlling (POAC). Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan, penyusunan rencana dan sebagainya. Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian, pembagian tugas, pengelompokan pegawai dan lain-lain. Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas produk, menjual produk. Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi produk, mengevaluasi penjualan dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, POAC yang dicetuskan Henry Fayol, dikembangkan oleh Luther Gulic menjadi POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Planning artinya merencanakan pekerjaan. Organizing mengorganisasikan pekerjaan. Staffing mengisi pegawai atau tenaga kerja pada pekerjaan. Directing memberi wewenang pada orang-orang tertentu untukmemimpin pekerjaan. Coordinating menyatukan persepsi atau pengertian/pemahaman antarbagian dalam suatu pekerjaan terhadap langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran atau produk. Reporting membuat laporan tentang hasil pekerjaan. Budgeting menentukan pembiayaan yang diperlukan dalam mengoperasionalkan pekerjaan.
Manusia dalam melaksanakan hajat hidupnya membutuhkan media untuk memperoleh informasi sekaligus bisa berkomunikasi dengan lingkungannya. Maxwell E. McCombs dan Lee B. Becker dalam bukunya “Using Mass Communications Theory” menyebut ada tujuh sebab mengapa manusia membutuhkan media massa :
1.  Untuk mengetahui apa yang penting dan perlu baginya
2.  Untuk membantunya mengambil keputusan (media jadi bahan rujukan sebelum mengambil keputusan)
3.  Untuk memperoleh informasi sebagai bahan pembahasan
4.  Memberikan perasaan ikut serta dalam kejadian
5.  Memberikan penguatan atas pendapatnya
6.  Mencari konfirmasi atas keputusan yang diambilnya
7.  Memperoleh relaksasi dan hiburan

3.      Perencanaan Bisnis penerbitan Pers
Sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis penerbitan pers, pengusaha atau investor hendaknya melihat terlebih dulu perkembangan situasi yang terjadi pada kehidupan masyarakat. Ini penting karena pangsa bisnis penerbitan pers adalah masyarakat. Meskipun “kran” kebebasan sudah dibuka, kesempatan berkembang juga ada, ternyata perkembangan pers nasional belum menunjukkan kemajuan, terutama jika dilihat dari jumlah penerbitan yang ada. Memang koran-koran baru, majalah-majalah baru serta penerbitan pers lainnya banyak bermunculan, tetapi kontinyuitas penerbitan mereka tidak bertahan lama. Persis bagai jamur di musim semi, terbit secara bersama-sama, tetapi habis dalam waktu sekejap pula. Ketika belenggu kebebasan pers belum dibuka, kehidupan perusahaan penerbitan pers di Indonesia sudah mengalami goncangan akibat adanya krisis ekonomi yang membuat naiknya bahan baku penerbitan pers. Ironisnya, kenaikan harga koran atau majalah hampir tidak bisa dilakukan karena juga terimbas krisis ekonomi dimana daya beli masyarakat semakin menurun.
Tantangan-tantangan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya :
1)      Harga bahan baku melonjak sampai empat kali lipat, dibandingkan harga sebelumnya.
2)      Kontribusi biaya kertas koran mencapai 40-45% dari komponen biaya produksi.
3)      Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, daya beli masyarakat terhadap koran menjadi menurun. Penurunan daya beli ini terdiri dari berbagai strata, antara lain :
  • Pembaca kelas atas, yang semula berlangganan dua sampai tiga koran, menyeleksi kembali langganannyadan hanya memilih berlangganan satu surat kabar saja.
  • Pembaca kelas menengah, memilih surat kabar yang murah karena sadar akan penghematan pengeluaran.
  • Pembaca kelas bawah, meninggalkan langganannya, memilih beli koran eceran. Itupun jika mereka merasa sangat perlu informasi dari media cetak dan tidak diperoleh dari produk elektronika.
4)      Menurunnya daya beli masyarakat ditambah dengan melonjaknya bahan baku koran, membuat biaya produksi tiap eksemplar koran atau majalah menjadi besar.
5)      Bagi penerbitan pers beroplah kecil langsung menunda atau bahkan menutup penerbitannya.
Untuk mengatasi permasalahn tersebut, sebelum meluncurkan produksinya, perusahaan penerbitan pers, baik yang akan tampil maupun yang sudah lama ada, harus memperhitungkan secara matang rumusan laba rugi usahanya. Setidaknya ada tiga langkah yang bisa dimanfaatkan guna mempertahankan kehidupan pers tersebut, yakni :
a.       Langkah pertama, mengalihkan perhatian secara eksternal, mendulang pendapatan dari menjual ikan
b.      Secara internal, melakukan efesiensi di semua unit usaha
c.       Berusaha memperoleh suntikan (internal)
Penerapan langkah pertama dan kedua dengan asumsi mengabaikan pendapatan yang selama ini menjadi andalan, yaitu dari penjualan koran baik melalui langganan maupun eceran. Sementara langkah ketiga sangat diperlukan, mengingat banyaknya produk lain sebagai kompetitor sehingga menyebabkan menjual koran saja, tidak bisa diharapkan. Agar perusahaan tetap berdaya guna, pemecahan masalah ini harus meningkatkan kinerja internal di dalam perusahaan itu sendiri dengan menciptakan pangsa pasar baru melalui marketing mix.
Dalam manajemen penerbitan pers modern yang sekarang ini sedang ditekuni para penerbit surat kabar atau majalah, strategi yang diterapkan adalah menempatkan redaksi sebagai kepala bagian yang setingkat dengan bagian iklan, sirkulasi dan sebagainya. Tetapi dalam operasionalnya, pengasuh penerbitannya mengikuti aturan yang selama ini sudah ada, yakni redaktur pelaksana sebagai kepala bagian produksi, yaitu memproduksi berita dan informasi. Sedangkan unit kerja lainnya adalah sirkulasi dan iklan, menjalankan tugasnya berjualan kepada masyarakat. Manajemen modern penerbitan pers seperti ini, menempatkan pemimpin redaksi lebih bersifat politis dan policy sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tapi yang berperan dalam perusahaan adalah direksi perusahaan tersebut. Sebab perusahaan itulah yang membiayai dan memodali usaha penerbitannya.
Mendirikan suatu penerbitan sebuah surat kabar, terutama yang terbit harian, harus memperhitungkan pendekatan usaha jangka pendek, baru kemudian jangka panjang. Sebagai pengelola yang berbentuk badan usaha, yang melengkapinya dengan manajemen, paling tidak harus membaca tren-tren bisnis media cetak tahun-tahun terakhir yang menggambarkan komposisi sebagai berikut :
1.   Iklan-iklan umum nasional sekarang ini, cenderung diarahkan ke televisi.
2.   Iklan umum nasional untuk media cetak hanya diprioritaskan bagi surat kabar utama nasional.
3.   Pembaca harian umum sudah jenuh dengan isi surat kabar yang menyajikan pemberitaan peristiwa yang sudah terjadi. Masyarakat lebih senang mendapatkan sajian berita dari televisi, yang memberitakan peristiwa yang terjadi, baik pagi, siang, sore maupun malam.
4.   Perilaku masyarakat yang cenderung bergaya hidup visual (pengaruh dari kebiasaan nonton televisi).

4.      Perhitungan Profit Center
Setiap kegiatan bisnis yang berkaitan dengan penanaman modal, investor (penanam modal) tentu ingin mendapatkan hasil dari usahanya itu karena kegiatan bisnis adalah kegiatan yang berorientasi pada mencari keuntungan (profit oriented). Oleh sebab itu, pebisnis harus mampu memperhitungkan apakah modal yang diterimanya dari investor itu dapat memperoleh keuntungan atau setidak-tidaknya modal bisa kembali.
Demikian juga dengan bisnis penerbitan pers apakah itu surat kabar atau majalah. Jika dalam perhitungan bisnis, usaha mendirikan penerbitan pers itu akan dapat menghasilkan keuntungan maka langkah yang akan dilakukan dalam menghitung seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Sesuai tidak dengan jumlah yang ditanam, seberapa lama usaha itu mendapat keuntungan, hambatan apa yang akan dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya. Untuk itu, sebelum bisnis penerbitan pers ditekuni, pebisnis perlu melakukan study kelayakan, untuk menentukan laba-rugi pada perusahaannya nanti.
Perhitungan rugi-laba dapat diperhitungkan dengan memperkirakan pendapatan yang bakal diperoleh dari penjualan produk serta berapa biaya produksi dan pemasaran yang diperlukan. Pendapatan dapat diperhitungkan berdasarkan hasil perkiraan dari studi pasar. Sedangkan pembiayaan perhitungannyaberdasarkan besarnya biaya produksi yang meliputi pembelian bahan baku, ongkos cetak, tenaga kerja, promosi, dan pemasaran.
Pendapatan perusahaan penerbitan pers baik surat kabar maupun majalah dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu:
a.       Menjual Produk
Kegiatan menjual produk penerbitan, baik surat kabar/majalah, umumnya dilakukan dengan tiga cara, yakni :
  • Penjualan tetap (langganan)
  • Penjualan tidak tetap (retail/eceran)
  • Penjualan secara barter (tukar barang)
b.      Menjual Kolom
c.       Menjual Jasa

Istilah istilah dalam Komunikasi

0 komentar

Istilah istilah dalam Komunikasi


1. WWW = (World Wide Web) Suatu spesifikasi atau protokol yang digunakan untuk membuat website dalam Internet.

2. WLAN = (Wireless Local Area Network) Suatu spesifikasi transfer data wireless untuk LAN.

3. Wireless = Suatu teknik komunikasi atau pertukaran data jarak dekat/jauh tanpa menggunakan kabel.

4. WiFi = (Wireless Fidelity) Suatu spesifikasi transfer data WLAN. WiFi terdapat dalam IEEE 802.11 yang memiliki jarak komunikasi wireless yang pendek, spesifikasi 802.11g dapat mencapai kejauhan hingga 100 meter dengan kecepatan 54 Mbps.

5. WiMAX = (Worldwide Interoperability for Microwave Access) Suatu spesifikasi untuk komunikasi data wireless. Spesifikasi WiMAX terdapat dalam IEEE 802.16. WiMAX adalah suatu penyempurnaan WiFi, WiMAX dapat berkomunikasi pada jauh hingga 5 Miles (kurang lebih 8 Kilometer) pada kecepatan transfer data 10 Mbps.

6. WCDMA = (Wideband Code Division Multiple Access) Suatu protokol transfer data pada sistim jaringan UMTS

7. WAP = (Wireless Application Protokol) Sebuah standard yang digunakan pada selular agar pengguna dapat mengakses halaman Internet yang berformat WML (format data yang telah disederhanakan/dikecilkan agar dapat diterima oleh selular).

8. VGA = (Video Graphics Array) Suatu resolusi image atau video yang berukuran 640 x 480 pixel.

9. VOD = (Video On Demand) Suatu fasilitas video streaming melalui jalur data, pengguna harus memilih video (channel) yang ingin ditonton sebelum video streaming terjadi, kurang lebih sama seperti memilih TV program sebelum menonton.

10. USIM = (Universal Subscriber Identity Module) Mirip dengan SIM tapi khusus untuk telepon selular UMTS.

11. UMTS = (Universal Mobile Telecommunications System) Suatu sistim komunikasi wireless generasi ketiga (3G). UMTS pada dasarnya ditujukan untuk menggantikan GSM yang masih berada dalam kategori generasi selular kedua. Pada mulanya UMTS akan berkerja pada frekuensi sekitar 2100 Mhz.

12. UFB = (Ultra Fine and Bright) Suatu teknologi layar LCD yang dibuat oleh Samsung. UFB adalah peningkatan kualitas CSTN tapi masih memiliki kualitas warna yang kurang dibanding TFT.

13. TFT = (Thin Film Transistor) Suatu jenis atau tipe layar LCD yang memiliki kualitas warna yang lebih baik dan memiliki sudut pandang yang lebih lebar dibanding CSTN, hal ini membuat warna pada layar TFT dapat dilihat dengan jelas dari samping.

14. STK = (SIM Tool Kit) Spesifikasi pada kartu SIM selular GSM, hal ini bertujuan agar mobile operator GSM dapat menambahkan data atau fungsi kedalam kartu SIM, contohnya seperti menu operator, mobile banking, email dan lain lain.

15. SMS = (Short Message Service) Suatu format text yang dikirim dan diterima melalui selular, text dalam SMS mempunyai panjang maximum 160 huruf.

16. Smartphone = Suatu kata yang digunakan untuk menjelaskan (berarti) produk selular yang memiliki OS.

17. SIM = (Subscriber Identity Module) Kartu identitas kecil yang dimasukkan pada handset selular, setiap pengguna selular memiliki SIM yang berlainan (unik) datanya. Data yang terekam pada SIM antara lain yaitu nomor telpon selular pengguna, nomor kode jaringan operator yang digunakan, nomor PIN, data kontak (buku telpon) pengguna dan lain lain. Kartu SIM hanya digunakan pada handset selular GSM.

18. RUIM = (Removable User Identity Module) Kartu identitas selular seperti SIM. Kartu RUIM dan istilahnya hanya digunakan pada handset selular CDMA.

19. Roaming = Fungsi untuk berkomunikasi dengan selular pada daerah diluar layanan tempat mobile operator milik pengguna, contoh roaming internasional adalah pengguna selular di Indonesia menggunakan selular-nya diluar negeri dengan bantuan operator luar negeri yang telah mengadakan perjanjian dengan operator selular pengguna, biasanya Roaming dikenakan biaya extra.

20. PTT = (Push To Talk) Fungsi komunikasi suara dengan menggunakan data yang bisa dilakukan pada jaringan selular. PTT adalah half-duplex yang berarti kita tidak bisa mendengar dan berbicara pada waktu yang bersamaan, hal ini mirip dengan walkie-talkie. PTT digunakan untuk menekan biaya komunikasi karena penggunaan jalur data lebih murah dibanding jalur suara.

21. PSTN = (Public Switched Telephone Network) Suatu sistim komunikasi berkabel, contohnya adalah telpon rumah.

22. PIN = (Personal Identifier Number) Nomor rahasia yang digunakan sebagai password pada SIM card selular.

23. PDA = (Personal Digital Assistant) Suatu perangkat keras yang berkerja mirip seperti komputer/notebook kecil yang hemat energi. Fungsi pada PDA sangat terbatas tidak seperti komputer/notebook.

24.PCS = (Personal Communications Systems) Suatu sistim komunikasi wireless mirip seperti GSM. PCS hanya berjalan pada frekuensi 1900Mhz.

25. OS = (Operating System) OS adalah suatu platform yang digunakan pada selular yang berkelas smartphone, contohnya adalah Symbian (www.symbian.com), Palm (www.palmone.com), Pocket PC (www.microsoft.com), Linux (www.linuxdevices.com) dan Java (www.veloxsoft.com).

26. OLED = (Organic Light Emitting Diode) Jenis layar baru yang berbeda dari monitor CRT, LCD TFT dan layar plasma. Layar OLED bisa mengeluarkan cahaya sendiri tanpa memerlukan tambahan lampu (biasanya pada layar TFT notebook dan handphone ada sebuah inverter yang memberikan cahaya). Maka layar OLED terkenal dengan ketipisannya yang hanya 1 mm bahkan bisa setipis selembar kertas biasa.

27. Network = Bahasa Inggris untuk jaringan. Suatu jaringan berarti adanya lebih dari satu titik/tempat yang berhubungan (bisa menggunakan kabel atau tidak) untuk bisa saling bertukaran data/informasi.

28. MMS = (Multimedia Messaging System) Suatu bentuk format data yang biasa digunakan dalam selular, data MMS bisa berbentuk gambar, suara, video dan text yang lebih panjang dari SMS dan EMS.

29. MIDP = (Mobile Information Device Profile) Java runtime yang digunakan dalam J2ME, suatu spesifikasi untuk pembuatan aplikasi/game selular yang menggunakan bahasa pemrograman Java.

30. LCD = (Liquid Crystal Display) Suatu jenis layar yang menggunakan tenaga yang sedikit (hemat energi).

31. LAN = (Local Area Network) Suatu jaringan network lokal yang terisolasi digunakan untuk keperluan pribadi, contohnya adalah komputer komputer dalam satu kantor yang saling berhubungan dan bisa untuk bertukar informasi/data.

32. Java = Suatu programming language yang digunakan pada teknologi selular (juga pada komputer PC), aplikasi/game yang dibuat dengan Java untuk selular disebut dengan MIDP.

33. J2ME = (Java 2 Platform, Micro Edition) Suatu platform untuk menjalankan aplikasi/game Java, platform ini digunakan/ditargetkan untuk elektronik kecil seperti selular dan PDA.

34. IR = (InfraRed) Suatu sistim komunikasi wireless jarak pendek yang hemat energi. Untuk berkomunikasi menggunakan IR, setiap sensor hardware harus saling berhadap-hadapan, jarak nya hanya bisa mencapai satu meter.

35. IP Address = (Internet Protocol Address) Sebuah alamat (nomor) yang menjelaskan identitas situs (website) tersebut, IP tidak menggunakan huruf atau kata-kata melainkan hanya sebuah urutan nomor, contohnya adalah "69.93.158.58".

36. HTML = (Hyper Text Markup Language) Suatu format data yang digunakan untuk membuat website dalam Internet. Sekarang selular dapat surfing Internet dengan menggunakan aplikasi yang kompatible dengan HTML.

37. HSDPA = (High Speed Uplink Packet Access) Protocol transmisi data secara uplink (memberi) dalam jaringan UMTS/HSPA.

38. HSPSD = (High Speed Packet Switched Data) Suatu protokol transfer data yang digunakan pada sistim komunikasi wireless UMTS. HSPSD lebih cepat dibandingkan WCDMA.

39. HSPA = (High Speed Packet Access) Protokol transfer data dalam jaringan UMTS.

40. HSDPA = (High Speed Downlink Packet Access) Protokol transmisi data secara downllink (menerima) dalam jaringan UMTS/HSPA.

41. HSCSD = (High Speed Circuit Switched Data) Penyempurnaan dan penambahan kecepatan dari protokol CSD. HSCSD dapat mencapai kecepatan transfer data hingga 14.4 Kbps.

42. GPS = (Global Positioning System) Sistim pendeteksi/pencarian suatu lokasi yang akurat, sistim ini menggunakan satelit.

43. GPRS = (General Packet Radio Service) Protokol untuk transfer data dalam GSM, kecepatan transfer data dalam GPRS dapat mencapai 115 Kbps.

44. GSM = (Global System for Mobile communications) Suatu sistim komunikasi wireless 2G. Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz.

45. Gateway = Suatu "pintu gerbang" yang ditentukan sebagai tempat keluar-masuk untuk bertukaran data. Gateway biasanya juga digunakan untuk mem-filter (menentukan) data dan siapa saja yang boleh bertukaran data melalui pintu gerbang tersebut.

46. EMS = (Enhanced Message Service) Suatu format data yang digunakan dalam GSM, EMS adalah penyempurnaan dari SMS, data EMS dapat berupa gambar, animasi, suara dan text.

47. EDGE = (Enhanced Data rates for GSM Evolution) Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistim wireless GSM. Dalam teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps.

48. DVB-H = (Digital Video Broadcast for Handheld) Suatu fungsi video streaming yang dikhususkan untuk perangkat elektronik kecil yang mudah dibawa bawa.

49. CRT = (Cathode Ray Tube) Suatu jenis layar yang banyak digunakan pada monitor komputer dan TV biasa (yang bertabung).

50. CSTN = (Color Super Twist Nematic) Suatu tipe layar yang banyak digunakan pada selular, biasanya CSTN tidak memiliki warna atau berwarna sedikit. CSTN memiliki kualitas yang lebih rendah dan lebih murah dari TFT


sumber : http://kgiaji.wordpress.com/tag/12-prinsip-komunikasi/

PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI OLEH ARJAMUDIN

0 komentar

PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI

PRINSIP 1 : Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia , seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolis atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang , dan itulah yang membedakan manusia dengan hewan lainnya. Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto Anda pada KTP Anda adalah ikon Anda.
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun, sedangkan asap merupakan indeks api. Namun bila asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama.
Lambang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut.
1. Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang.
2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang memberi makna pada lambang.
3. Lambang itu bervariasi
PRINSIP 2 : Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat berkomunikasi (we cannot communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah Anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk di tafsirkan. Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu, segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak peduli, marah, atau bahkan sebagai malas atau bodoh.
Ketika anda melihat seorang pria yang berdiri di pantai seraya memandang laut lepas dengan melipat kedua tangan di dada, Anda mungkin punya penafsiran khusus terhadap orang itu, misalnya bahwa ia orang yang sedang frustasi, kesepian, romantis, ingin sendirian dan tidak mau diganggu, mencari ilham untuk menulis puisi, dan sebagainya. Seorang tamu restoran yang makan dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada orang yang ia temui menampilkan perilaku yang potensial untuk ditafsirkan, misalnya bahwa ia sedang marah, frustasi, patah hati, sakit gigi atau bisu.
PRINSIP 3 : Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya.
PRINSIP 4 : Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari. Kesengajaan bukanlah syarat untuk berkomunikasi. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen, seperti dalam persuasi.
Jadi, niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi secara antara orang-orang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk diperhatikan. Banyak kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak disengaja yang dipresepsi, ditafsirkan dan direspons oleh orang dari budaya lain.
PRINSIP 5 : Komunikas Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Waktu mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Kunjugan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain bila dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.
Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang- orang yang berkomunikasi. Pengaruh konteks waktu dan konteks sosial terlihat pada suatu keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa siapapun pada hari-hari biasa, tetapi mendadak menjadi ramah pada hari-hari lebaran. Penghuni rumah membuka pintu rumah mereka lebar-lebar, dan mempersilahkan tamu untuk mencicipi makanan dan minuman yang mereka sediakan.
Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi juga suasana komunikasi. Komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan kurangnya uang belanja akan ditanggapi dengan kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau keadaan santai, boleh jadi akan membuat sang suami berang bila istri menyampaikan komentar tersebut saat suami baru pulang kerja dan dimarahi habis-habisan oleh atasannya hari itu.
PRINSIP 6 : Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
Prinsip ini mengansumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Kalau semua perilaku manusia itu bersifat acak, selalu tanpa diduga hidup kita akan sulit.
PRINSIP 7 : Komunikasi Bersifat Sistematik
Terdapat dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi, yaitu Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasim yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Istilah-istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude). Pendeknya, sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik, termasuk ciri-ciri kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif, keinginan, cita-cita, dan semua pengalaman masa lalunya, yang pada dasarnya tersembunyi.
Berbeda dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi. Akan tetapi, karena masing-masing orang mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang tidak akan memiliki bidang perseptual yang sama, meskipun mereka duduk di kursi yang sama dan menghadapi situasi yang sama.
Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan siste eksternal tersebut. lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku.
PRINSIP 8 : Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya, penjual yang datang kerumah untuk mempromosikan barang dianggap telah melakukan komunikasi efektif bila akhirnya tuan rumah membeli barang yang ia tawarkan, sesuai yang diharapkan penjual itu, dan tuan rumah pun merasa puas dengan barang yang dibelinya.
Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yang sama, diberi makan yang sama dan dididik dengan cara yang sama. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingkat ekenomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Kesamaan bahasa khususnya akan membuat orang-orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami bahasa yang sama.
PRINSIP 9 : Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Meskipun terdapat banya model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi tatap-muka) bersifat dua-arah (sifat sirkuler). Ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya, atau kepada sekelompok orang seperti dalam rapat atau kuliah, sebetulnya komunikasi itu bersifat dua-arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka.
Meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses komunikasi, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak berpola secara kaku. Pada dasarnya, unsur-unsur tersebut tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam susanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial alih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses komunikasi.
PRINSIP 10 : Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dengan pernyataan Herclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.” Pada saat yang kedua itu, manusia itu berbeda, dan begitu juga sungainya. Ketika kita menyebrang sungai untuk kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya pada hari yang lan, maka sesungguhnya penyebrangan itu bukanlah fenomena yang sama. Begitu jugalah komunikasi; komunikasi terjadi sekali waktu kemudian menjadi bagian dari sejarah kita.
Dalam proses komunikasi itu, para peserta saling mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verval ataupun lewat komunikasi nonverbal. Pernyataan sayang, pujian, ucapan selamat, penyesalan, atau kemarahan akan membuat sikap atau orientasi mitra komunikasi kita berubah terhadap kita, dan pada gilirannya perubahan orientasinya itu membuat orientasi kita juga berubah terhadapnya, dan begitu seterusnya.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dan perilakunya). Ada orang yang perubahannya sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu, tetapi perubahan akhirnya (secara kumulatif) cukup besar. Namun ada juga orang yang berubah secara tiba-tiba, melalui cuci otak atau kontroversi agama, misalnya dari seorang nasionalis menjadi komunis, atau dari Hindu menjadi Kristen atau Muslim.
Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding). Kedua proses itu, meskipun secara teoritis dapat dipisahkan, sebenarnya terjadi serempak, bukan bergantian. Keserempakan inilah yang menandai komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Pernahkan anda terlibat dalam perdebatan sengit sehingga semakin keras Anda katakan betapa marahnya Anda, semakin marah pula Anda. Jadi, perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianalisis berdasarkan konteks peristiwanya.
PRINSIP 11 : Komunikasi Bersifat Irreversible
Suatu perilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena merupakan suatu peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali.” Bila anda memukul wajah seseorang dan meretakkan hidungnya, peristiwa tersebut dan konsekuensinya telah “terjadi”; Anda tidak dapat memutar kembali jarum jam dan berpura-pura seakan-akan hal itu tidak pernah terjadi.
Senada dengan peristiwa di atas, dalam komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan, Anda tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalahi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali.
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogianya menyadarkan kita bahwa kita harus hati-hati untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab, yaitu tadi, efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Apalagi bila penyampaian itu dilakukan untuk pertama kalinya. Curtis et al., mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi.
Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu akan sulit dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radioatau televisi telah meminta maaf dan memuat hak jawab sumber berita secara lengkap.
PRINSIP 12 : Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelasaikan persoalan atau tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh dan warga Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memberlakukan masyarakat di wilayah-wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya ke pusat.
sumber/referensi : ILMU KOMUNIKASI Suatu Pengantar.PROF.DEDDY MULYANA,M.A.,Ph.D.
sebagai catatan , itu adalah tugas pengantar ilmu komunikasi gua. jadi, siapapun yang mau mengcopy atau menjiplak karya ini harap mencantumkan sumber informasi dan juga meminta izin terlebih dahulu kepada saya selaku author. thanx untuk pengertiannya.
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com