Jumat, 10 Februari 2012

0 komentar
MAKALAH
HAKIKAT TASAWUF IRFANI
BESERTA TOKOH-TOKOHNYA

DOSEN PEMBIMBING : M. SOLIHIN MUSTAQIM,S.Ud






Disusun Oleh :

Nama : Arjamudin
NIM    : UR 110973



JURUSAN PUBLIC RELATION FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AKADEMIK
2011/2012




KATA PENGANTAR

Assalamualikum wr.wb
Pertama-tama, kami mengajak semua untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih dalam perlindungan-Nya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Solihin, S.Ud selaku dosen mata kuliah Tasawuf yang memberikan pelajaran serta bimbingan yang tidak pernah putus kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna dan tentu masih banyak kesalahan, kejanggalan dan kehilafan serta kekurangan disana sini. Tapi ini bukan lah halangan untuk memahami tasawuf irfani dan tokoh-tokohnya justru ini akan menjadi pendorong semangat dalam mengejar pengetahuan di maksud untuk di mengerti dan di pahami secara utuh.
Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan. Untuk menjadi bahan acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya.


Wassalamu’alaikum Wr.Wb
                                                                                                                         Jambi, 21 November 2011
                                                                                                                                         Penulis


                                                                                                                                      Arjamudin


DAFTAR ISI


Kata Pengantar ………………………………………………………….. i
Daftar Isi ………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….........… 1
B. Tujuan ……………………………………………………….........…. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Irfani ……………………………………………..........…….. 2
B. Tokoh-Tokoh Tasawuf Irfani ……………………………............……. 3
1. Rabi’ah Al-Adawiyah …………………………………..................….. 3
2. Dzu Al-Nun Al-Misri …………………………………..................…... 5
3. Abu Yazid Al- Bustami ………………………………….................…. 7
4. Abu Mansur Al-Hallaj …………………………………..................….. 7
BAB III PENUTU P
A. Kesimpulan ……………………………………………….........……. 11
B. Saran ……………………………………………………….......…… 11
Daftar Pustaka ……………………………………………………….…. 12









BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Latar belakang masalah ini adalah untuk membantu kita dalam memperbanyak pengetahuan tentang aliran asal usul aliran tasawuf.
Inzaallah dengan makalah ini kita dapat memahami sekilas tentang asal usul aliran tasawuf, dan para tokoh-tokohnya.
B. Rumusan Masalah
1. Agar mengetahui pengertian tasawuf ?
2. Pembedaan unsur-unsur tasawuf ?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui tujuan dan manfaat bejar tasawuf .
2. Agar dapat membedakan unsur-unsur tasawuf dari asal mulanya.
D. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah agar kita lebih mengetahui dan memahami apa itu asal usul tasawuf itu sendiri.















BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Dan Asal - Usul Tasawuf

Menurut bahasa, istilah tasawuf berasal dari kata shaf, shuf, dan shuffah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan - Nya dalam barisan ( shaffan ) yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.”

Jika dilihat dari asal kata shaf, maka tasawuf berarti menyusun barisan di jalan Allah. Shuf adalah bulu domba yang sering digunakan oleh pemimpin Yahudi dan Kristen sebagai simbol kesederhanaan. Jika ditinjau dari asal kata shuf, maka tasawuf berarti hal yang identik dengan kesederhanaan.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia Islam, dari segi sumber perkembangannya, ternyata memunculkan pro dan kontra, baik dikalangan musli maupun nonmuslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf Islam merupakan sebuah paham yang bersumber dari agama-agama lain.
Mereka mengatakan bahwa tasawuf dalam Islam (misticisme, sifisme) tumbuh karena terpengaruh oleh ajaran luar Islam, antara lain ajaran agama Hindu, agama Persia, ajaran agama Masehi, pemikiran filsafat Yunani, dan ajaran Neo Platonisme.
Sebagian beranggapan bahwa tasawuf berasal dari Masehi (Kriten), sebagian lagi mengatakan dari unsur Hindu-Budha, Persia, Yunani, Arab, dan sebagainya.

C. UNSUR NASRANI (KRISTEN)
Pertama, adanya interaksi antara orang Arab dan kaum Nasrani pada masa Jahiliah maupun zaman Islam. Kedua, adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau sufi dalam hal ajaran cara mereka melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri (khalwat) dengan kehidupan Al-Masih dan ajaran-ajarannya, serta dengan para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.
Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf merupakan buah kenasranian pada zaman jahiliah. Sementara itu, Goldziher berpendapat bahwa sikap fakir dalam Islam merupakan pengaruh dari agama Nasrani. Goldziher membagi tasawuf menjadi dua: Pertama, asketisme. Menurutnya, sekalipun telah terpengaruh oleh kependetaan Kristen, aliran ini, lebih mengakar pada semangat Islam dan para Ahli Sunnah. Kedua, tasawuf dalam arti lebih jauh lagi, seperti pengenalan kepada Tuhan (Ma’rifat), pendakian batin (hal), intuisi (wijdah), dan rasa (dzauq), yang terpengaruh oleh agama Hindu disamping Neo-Platonisme.
Abu Bakar Aceh, sebagaimana dikutip Abdul Qadir Zaelani, pernah menulis bahwa agama Yahudi dan agama Kristen mempengaruhi pula cara berfikir dalam Islam.

Pokok-pokok ajaran tasawuf yang diklaim berasal dari agama Nasrani antara lain adalah:

1. Sikap fakir. Al-Masih adalah fakir. Injil disampaikan kepada orang fakir sebagaimana kata Isa dalam Injil Matius, “Berntunglah kamu orang-orang miskin karena bagi kamulah kerajaan Allah… Beruntunglah kamu orang yang lapar karena kamu akan kenyang.”

2. Tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan. Para pendeta telah mengamalkan dalam sejarah hidupnya, sebagaimana dikatan dalam Injil, “Perhatikan burung-burung dilangit, dia tidak menanam, dia tidak mengetam dan tidak duka cita pada waktu susah. Bapak kamu dari langit memberi kekutan kepadanya. Bukankah kamu lebih mulia daripada burung?”

3. Peranan Syeikh yang menyerupai pendeta. Perbedaanya pendeta dapat menghapuskan dosa.

4. Selibasi, yaitu menahan diri tidak menikah karena menikah dianggap dapat mengalihkan diri dari Tuhan.

5. Penyaksian, bahwa syufi menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dengan Allah. Injil pun telah menerangkan terjadinya hubungan langsung dengan Tuhan.

D. UNSUR HINDU BUDHA
Tasawuf dan Kristen kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan kebadan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Salah satu maqamat syufiyah, yaitu al-Fana memiliki persamaan dengan ajaran tentang nirwana dalam agama Hindu. Menurut Harun Nasution, ajaran nirwana agama Budha mengajarkan umatnya untuk meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplatif.
Goldziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Budha Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham, tokoh syufi yang muncul dalam sejarah umat Islam sebagai seorang putra mahkota dari Balkh yang kemudian mencampakkan mahkotanya dan hidup sebagai darwish.
Qamar Kailani dalam ulasannya tentang asal-usul tasawuf menolak pendapat mereka yang mengatakan tasawuf berasal dari agama Hindu-Budha. Menurutnya, pendapat ini terlalu ekstrim. Kalau diterima bahwa ajaran tasawuf itu berasal dari Hindu-Budha, berarti pada zaman Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu-Budha ke Mekkah. Padahal, sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.

E. UNSUR YUNANI
Kebudayaan Yunani, seperti filsafat, telah masuk kedunia Islam pada akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa Daulah Abasyiah ketika berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani.
Metode-metode berfikir filsafat ini juga turut mempengaruhi pola piker sebaian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada persoalan ini, boleh jadi tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat.
Mungkin saja ajaran tasawuf itu dimasuki oleh paham pemikiran Yunani. Misalnya, perkataan, “Apabila sudah baik, seseorang hanya memerlukan sedikit makan. Dan apabila sudah baik, hati manusia hanya memerlukan sedikit hikmat.” Ahli-ahli sejarah, seperti Syaufan menerangkan bahwa banyak bagian dari cerita “Seribu Satu Malam” berasal dari Yahudi.
Selain itu, ada yang mengatakan bahwa masuknya filsafat kedunia Islam melalui mazhab peripatetic dan Neo-Platonisme. Mazhab yang pertama (peripatetic) kelihatannya lebih banyak masuk kedalam bentuk skolastisisme ortodoks (kalam), sedangkan untuk Neo-Platonisme lebih masuk kepada dunia tasawuf.
Filsafat emanasinya plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancarkan dari Dzat Tuhan Yang Maha Esa menjadi salah satu dasar argumentasi para orientalis dalam menyikapi asal-mula tasawuf di dunia Islam.
Ketika ajaran Neo-Platonisme ini berhasil menyusup kedalam tasawuf, hal yang pertama terjadi adalah penolakan terhadap “keberbedaan” benda-benda (ghairiyat) dari Allah.
Al-Ghazali menegaskan bahwa cahaya kenabian mustahil di dapat oleh sufi yang terkenal dengan keganjilan atau keekstriman konsep-konsepnya. Ia mengambil contoh ungkapan keganjilan yang dibawakan oleh Al-Hallaj, “Aku Yang Maha besar”, atau ungkapan Abu Yazid Al-Busthami, “Maha Suci Aku.” Karena mengaku “Mahasuci”, mereka merasa tidak perlu lagi syari’at Isalam. Ini pulalah yang dikatakan “nihilisme syari’at.”
Neo-Platonisme, menurut mir Valiudin, adalah benda yang bukan merupakan satu-satunya objek mulai di anggap sebagai satu-satunya objek yang sebenarnya justru diabaikan.
Ungkapan Neo-Platonisme, “Kenalilah dirimu dengan dirimu”, diambil oleh para sufi menjadi ungkapan, “siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.” Hal ini bias jadi mengerah munculnya teori Hulul, Wahdat Asy-Syuhud, dan Wahdat Al-Wujud. Tidak dapat disangsikan lagi bahwa cara berfikir kelompok Neo-Shopi (Sufi berketuhanan dan filosof), seperti Al-Farabi, Ibnu Arabi, dan Al-Hallaj, banyak dipengaruhi oleh filsafat.

F. UNSUR PERSIA
Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab.
Sejak zaman klasik, bahkan hingga saat ini, terkenal sebagai wilayah yang melahirkan sufi-sufi ternama. Dalam konsep ke-fana-an diri dalam universalitas, misalnya, salah seorang penganjurnyaadalah seorang ahli mistik dari Persia, yakni Bayazid dari Bistam, yang telah menerima dari gurunya, Abu Ali (dari Sind).
Kebanyakan ahli tasawuf muslim yang berpikiran moderat mengatakan bahwa factor pertama timbulnya tasawuf hanyalah Al-Quran dan As-Sunnah, bukan dari luar Islam.

E. UNSUR ARAB.
Mengingat kehadiran Islam bermula dari daratan Arab maka uraian tentang sejarah Tasawuf ini pun bermula dari tanah Arab. Untuk melacak perkembangan tasawuf tidak hanya memperhatikan ketika tasawuf mulai dikaji sebagai ilmu, melainkan sejak zaman Rasulullah SAW. Memang pada masa Rasulullah dan masa sebelum datangnya Islam, istilah “tasawuf” itu belum ada. (Muhammada Yasir Syarf). Istilah sufi itu sendiri baru pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang zahid dari Syiria (w.780 h).
Akan tetapi tidak dapat di sangkal lagi bahwa hidup seperti yang digambarkan dalam kalangan sufi itu sudah ditemukan orang, baik pada diri Nabi Muhammad SAW sendiri maupun pada diri sahabat – sahabatnya. Sikap – sikap Rasulullah SAW dan para sahabat ini kemudian dipraktekkan pula oleh kaum sufi berikutnya. Para tabi’in merupakan perintis dalam usaha sendiri – sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa melepaskan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai poko syariat Islam.
















BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan

Menurut bahasa, istilah tasawuf berasal dari kata shaf, shuf, dan shuffah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan - Nya dalam barisan ( shaffan ) yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.”
Bahwa tasawuf terdapat beberapa unsure-unsur diantaranya:
1. Unsur Persia
2. Unsur Yunani
3. Unsur Hindu Budha
4. Unsur Nasrani ( Kristen)
5. Unsur Arab

b. Saran

Setelah tersusunnya makalah ini saran kami sebagai penyusun makalah ini, setidaknya dari berbagi pihak yang telah membaca makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Amin-Amin Yarobal Alamin…



DAFTAR PUSTAKA



http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-asal-usul-tasawuf.html

http://www.scribd.com/doc/45012825/Aliran-Aliran-Tasawuf-Dan-Tokoh-Tokohnya 5 oktober 2011

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-asal-usul-tasawuf.html
http://persatuanislam72.blogspot.com/2010/02/sejarah-perkembangan-tasawuf.html



Suku Semendo

0 komentar
SUKU SEMENDO
Sumatera Selatan

Letak : Sumatera Selatan
Populasi : 105.000 jiwa
Bahasa : Semendo
Anggota Gereja : 10 (0,01%)
Alkitab dalam bahasa Semendo : Tidak Ada
Film Yesus dalam bahasa Semendo : Tidak Ada
Siaran radio pelayanan dalam bahasa Semendo : Tidak Ada

Suku Semendo berada di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Semendo terbagi menjadi 3 wilayah kecamatan yaitu : 1 Kecamatan Pusat dan 2 Kecamatan perwakilan, jumlah desa 31 buah, luasnya 900 km2, ibukotanya Pulau Panggung. Menurut sejarahnya, suku Semendo berasal dari keturunan suku Banten yang pada beberapa abad silam pergi merantau dari Jawa ke pulau Sumatera, dan kemudian menetap dan beranak cucu di daerah Semendo.
SOSIAL BUDAYA

Hampir 100% penduduk Semendo hidup dari hasil pertanian, yang masih diolah dengan cara tradisional. Lahan pertanian di daerah ini cukup subur, karena berada kurang lebih 900 meter di atas permukaan laut. Ada dua komoditi utama dari daerah ini : kopi jenis robusta dengan jumlah produksi mencapai 300 ton per tahunnya, dan padi, dimana daerah ini termasuk salah satu lumbung padi untuk daerah Sumatera Selatan. Ada kurang lebih 5000 bidang sawah produktif yang ditanami dan dipanen 1 kali dalam setahun.

Adat istiadat serta kebudayaan daerah ini sangat dipengaruhi oleh nafas keIslaman yang sangat kuat. Mulai dari musik rebana, lagu-lagu daerah dan tari-tarian sangat dipengaruhi oleh budaya melayu Islam. Bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Semendo. Setiap kata pada setiap bahasa ini umumnya berakhiran "e."

Salah satu adat yang masih dipegang kuat secara turun temurun oleh suku Semendo ialah Adat "Tunggu Tubang", yaitu adat yang mengatur hak warisan dalam satu keluarga, dimana yang berhak atas warisan tersebut adalah anak wanita yang paling tua (sulung). Warisan yang dimaksud adalah terdiri atas satu bidang sawah, dan satu buah rumah yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya secara terus menerus. Hal tersebut menjadi penyebab tingginya dorongan untuk merantau bagi anak laki-laki dari masyarakat suku ini.
AGAMA/KEPERCAYAAN

Orang Semendo secara turun temurun beragama Islam. Ajaran Islam ini cukup berakar dalam masyrakat. Ajaran Islam ini cukup berakar dalam masyarakat.Hal ini dapat terlihat dari betapa patuhnya sebagian dari masyarakat menjalankan syariat Islam secara rutin dan teratur, sesuai dengan rukun Islam. Di mana-mana kita bertemu dengan tempat ibadah baik besar maupun kecil.

Di daerah ini juga terdapat banyak sekali pesantren yang secara khusus mendidik putra putri remaja dan pemuda suku Semendo menjadi penyebar agama Islam di daerahnya.
KEBUTUHAN

Suku Semendo membutuhkan peningkatan pengolahan lahan pertanian agar dapat dikerjakan dengan lebih modern. Saat ini telah ada proyek kerja sama yaitu : proyek penggilingan kopi, perikanan dan percontohan perikanan. Proyek ini perlu didukung dan dikembangkan lagi untuk lebih meningkatkan taraf hidup masyarakat. Mereka juga membutuhkan peningkatan dalam bidang pendidikan.

POKOK DOA

Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)

1. Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Semendo, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
2. Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Semendo
3. Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Semendo yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri

Hak Asasi Perempuan VS Hak Asasi Manusia

0 komentar

Hak Asasi Perempuan Vs Hak Asasi Manusia
Setiap 8 Maret beberapa kalangan memperingati hari perempuan internasional. Apakah hari selain 8 Maret adalah hari laki-laki? Semua kita pasti sudah tahu jawabannya, sehingga tidak perlu untuk diulas.
Salah satu yang mendasari lahirnya hari perempuan tersebut adalah ketidakadilan yang dialami perempuan sehingga perlu diperjuangkan untuk direformasi. Di Indonesia, sejak reformasi, bergulir ide keterwakilan 30% perempuan di lembaga publik maupun politik. Tahun berganti tahun, ide ini berhasil direstui negara berkat teman-teman aktivis LSM perempuan dan para perempuan di parlemen. Namun, ide ini justru melemahkan kapasitas perempuan, karena terkesan kaum perempuan tidak mampu menghadirkan dirinya di lembaga-lembaga pengambil kebijakan sehingga minta tolong pada negara untuk memprioritaskan keterwakilannya.
Patut ditelaah kembali, konstitusi kita tidak pernah menyebut jender untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. Perempuan dan laki-laki adalah manusia yang harus dihormati hak asasinya, bukan karena ia perempuan atau karena ia laki-laki. Klausul 30 % keterwakilan perempuan di undang-undang tidak sesuai dengan UUD 1945 Amandemen pasal 28D ayat (2) dan ayat (3). Seandainya kaum laki-laki mengajukan hak konstitusionalnya ke Mahkamah Konstitusi (MK), maka MK sangat berdasar untuk mengabulkannya.
Perempuan dan laki-laki dalam berkompetisi seharusnya bermain sehat, agar eksistensinya bermanfaat dan berwibawa. Perempuan memang harus mewakilkan dirinya untuk bermusyawarah dengan kaum laki-laki, karena perempuan memiliki kepentingan mendasar yang berbeda dengan kaum laki-laki.
Dalam sebuah seleksi di lembaga publik yang diikuti 2 pelamar perempuan, untuk memperebutkan 5 kursi, salah satunya seakan menjadi wajib untuk diloloskan. Padahal keduanya atau salah satunya tidak memiliki intelektual yang memadai, akibatnya, proses pengambilan kebijakan yang menjadi alasan perlunya keterwakilan perempuan tidak berjalan efektif. Mayoritas perempuan yang berhasil duduk di lembaga publik pun politik tidak dapat bersuara lantang untuk memperjuangkan kepentingan kaumnya, bahkan kehadirannya seakan hanya sebagai pemanis.
Ada perbedaan mendasar antara hak laki-laki dan hak perempuan. Melahirkan dan menyusui sesungguhnya adalah paket alamiah yang tidak harus terpisahkan. Untuk menghasilkan generasi yang unggul, persiapan dini mulai dari memilih pasangan, perencanaan kehamilan dan pemberian ASI eksklusif hingga penyapian selama 2 tahun harus dilakukan perempuan, tentu dengan bekerja sama dengan laki-laki (baca : sang suami). Namun, peran dan pro aktiv perempuan lebih dominan daripada laki-laki, karena janin itu tumbuh di ladang perempuan dan disusui oleh perempuan.
Waktu yang dibutuhkan idealnya ± 3 tahun, yakni 9 bulan kehamilan dan 2 tahun penyusuan, plus 40 hari perawatan pasca melahirkan. Disinilah perempuan bekerja menjadi sulit membagi waktunya antara pekerjaan di kantor dengan urusan domestiknya, karena terbatasnya waktu cuti/libur yang diberikan negara. Inilah salah satu contoh hak perempuan yang telah ditelantarkan negara. Negara tidak memberikan cuti yang panjang buat perempuan, akibatnya salah satu kewajibannya atau bahkan keduanya menjadi tidak maksimal. Contoh lainnya, negara kita, Indonesia yang tercinta ini juga tidak peka jender misalnya pada kasus ketika perempuan menstruasi. Tidak sedikit remaja putri yang bersekolah mengalami sakit perut, bahkan emosinya meledak-ledak, dan lain sebagainya, sementara ia terikat aturan untuk tetap bersekolah. Apakah ia maksimal menerima pelajaran?
Masih banyak hak-hak perempuan yang selama ini kurang mendapat perhatian pejuang hak perempuan, sebut saja kesehatan reproduksinya yang perlu mendapat perhatian dan perlakuan khusus. Bagaimana karena kurangnya pengetahuan, banyak perempuan yang terjebak dengan penyakit keperempuanan seperti kanker rahim, kanker payudara, keputihan, menstruasi yang tidak teratur, dan lain sebagainya. Materi ini justru lebih penting daripada kuota 30%. Belum lagi masalah kehamilan, persalinan, penyusuan, yang kadang hadir tidak seperti yang diharapkan.
Perempuan akan tampil dengan sendirinya sebagai manusia yang utuh apabila masalah keperempuanannya berlangsung normal ataupun kalau bermasalah dapat teratasi. Dan hanya negara yang baiklah, yang peduli pada kaum perempuan bisa memberikan pengetahuan, perawatan ataupun pengobatan yang GRATIS atas masalah-masalah perempuan.
Untuk hak-hak yang mendasar pada laki-laki, saya serahkan pada kaum laki-laki saja, karena saya tidak bisa menyampaikan fakta yang tidak pernah saya alami.
Yang membuat sumir perdebatan adalah tuntutan persamaan hak dengan kaum laki-laki. Secara biologis, perempuan dan laki-laki itu berbeda. Dan karena bentukan biologis itulah, aspek psikologi yang berdampak pada sosiologinya pun menjadi berbeda. Jadi, hak karena jendernya pun menjadi berbeda. Namun, dalam kapasitasnya sebagai manusia, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama khususnya hak atas akses informasi publik.
UUD 1945 dalam amandemennya pada 18 Agustus 2000, menjelaskan dalam pasal 28I ayat (1) bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Untuk itulah kaum perempuan yang lantang memperjuangkan hak perempuan, perlu meninjau kembali apakah hak perempuan atau hak asasi manusia yang diperjuangkan. Apa yang terjadi selama ini yakni diskriminasi, kekerasan, pelecehan, dan lain sebagainya terhadap perempuan adalah pelanggaran HAM, bukan HAP ( Hak Asasi Perempuan ).

Semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat untuk kita semua, Aminnnn …….
salam kenal an. Arjamudin...

Cara Mengganti Warna Background Header Blog

0 komentar

Cara Mengganti Warna Background Header Blog

Supaya blog kita lebih menarik, yang kita ubah terlebih dahulu pasti header blog kan??? Hayo ngaku...hehehehehehe...
Bagian ini memang sangat penting karena selain sebagai tempat judul blog, header blog juga mewakili karakteristik dari blog kita. Banyak sekali cara supaya header blog kita terlihat lebih menarik dan salah satu caranya yaitu mengganti warna background header blog.

O iya, sebelum Sobat mengikuti tutorial ini, sebaiknya terlebih dahulu Sobat baca bagian-bagian template Blogger untuk lebih memahami bagaimana struktur template Blogger. Jika sudah selesai membaca, silakan Sobat simak cara mengganti warna background header blog di bawah ini

Langkah 1
Login ke akun Blogger milik Sobat > Tata Letak > Edit HTML. Klik Download Full Template untuk membackup template blog Anda.

Langkah 2
Cari kode berikut ini


#header-wrapper {
width:660px;
margin:0 auto 10px;
border:1px solid $bordercolor;
}

Untuk mengganti warna background header blog, tambahkan kode background: kode warna ; pada kode tersebut. Sehingga kode nya jadi seperti ini

#header-wrapper {
background: kode warna ;
width:660px;
margin:0 auto 10px;
border:1px solid $bordercolor;
}

Silakan ganti kode warna dengan warna sesuka apa saja. Setelah itu jangan lupa klik tombol Simpan. Jika Sobat masih bingung dengan kode warna, Sobat bisa mencari lewat Google. Semoga bermanfaat...

Filsafat Helenisme (Public Relation IAIN STS Jambi 2011)

0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Latar belakang masalah ini adalah untuk membantu kita dalam memperbanyak pengetahuan tentang filsafat umum, dan yang terkhusus ialah Filsafat Helenisme. Untuk ini kami akan mencoba menyampaikan apa itu Filsafat Helenisme, Fase Helenisme, Periode Etik dan Periode Relegi.

B.       RUMUSAN MASALAH
A.       Apa tujuan mempelajari filsafat helenisme ?
B.       Apa pengertian filsafat helenisme ?
C.       Ada berapa macam pembagian Nasikh itu sendiri ?
D.       Apa  sebab terjadianya Nasikh dan Mansukhh ?



C.      TUJUAN
A.       Agar mengetahui tentang filsafat helenisme.
B.       Agar dapat mengetahui priode etik.
C.       Mengklasifikasikan pandangan antar aliran.
D.       Mengetahui priode religi.

D.      MANFAAT
A.       Dapat  mengetahui pengertian filsafat helenisme
B.       Dapat mengetahui tokoh-tokoh pilsafat helenisme
C.       Dapat memahami antar pendapat para tokoh filsafat helenisme




BAB II
PEMBAHASAN
A.           PENGERTIAN FILASFAT HELENISME
Sebelum lahirnya filsafat islam, baik di dunia Timur maupun di dunia Barat telah terdapat bermacam-macam alam pikiran.
Sebelum melangkah lebih jauh membahas tentang pemikiran filsafat helenisme, tentunya akan lebih baik jika kita memahami terlebih dahulu apa itu filsafat dan apa itu helenisme, agar pembahasan ini dapat difahami secara sistematis dan secara kronologis.
Berbicara tentang filsafat, sebenarnya kita sedang berbicara mencari hakikat sesuatu. Dan sesuatu inilah yang pada akhirnya menjadi objek pembahasan filsafat, yaitu hakikat Tuhan, hakikat Manusia dan hakikat Alam. Diawali dari rasa ingin tahu akan hakikat sesuatu, dan rasa ketidak pastian atau ragu-ragu, seseorang secara terus menerus berfikir untuk mencari jawabannya. Maka upaya seseorang untuk mencari hakikat inilah sebenarnya ia sedang berfilsafat. Dan upaya–upaya untuk menyingkap hakekat segala sesuatu yang wujud, telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu Philein yang berarti cinta dan Shopos yang berarti hikmat, kebijaksanaan (wisdom).
Filosop Yunani, seperti Plato misalnya memberikan definisi filsafat sebagai suatu pengetahuan tentang segala sesuatu. Sedangkan Aritoteles beranggapan, bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
Yunani adalah sebuah Negara di Eropa yang telah memiliki pemikiran peradaban yang maju sejak berabad-abad tahun yang lalu (Yunani kuno).
Jadi pemikiran filsafat helenisme adalah filsafat Yunani untuk mencari hakikat sesuatu atau sebuah pemikiran untuk mencari suatu kebenaran yang terjadi pada masa Yunani kuno. Nah bagaimanakah pemikiran filsafat helenisme tersebut, secara singkat akan dibahas di makalah ini.
B.            FASE HELENISME
Yang dimaksud fase Helenisme adalah fase dimana pemikiran filsafat hanya dimiliki orang-orang Yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau ke-5 sebelum Masehi sampai akhir abad ke-4 sebelum Masehi.[1]
C.           PERIODE ETIK
Periode ini terdiri dari tiga sekolah filsafat, yaitu Epikuros, Stoa dan Skeptis. Nama sekolah yang pertama diambil dari kata pembangun sekolah itu sendiri, yaitu Epikuros. Adapun nama sekolah yang kedua diambil dari kata”stoa” yang berarti ruang. Sedangkan nama skeptis diberikan karena mereka kritis terhadap para filosof klasik sebelumnya. Ajarannya dibangun dari berbagai ajaran lama, kemudian dipilih dan disatukan. Untuk lebih jelasnya, dari ketiga macam sekolah tersebut, pemakalah akan merincinya satu-persatu.
D.           EPIKUROS DAN AJARAN-AJARANNYA PADA MASA ETIK
Epikuros dilahirkan di samos pada tahun 341 SM. Pada tahun 306 ia mulai belajar di Athena, dan di sinilah ia meninggal pada tahun 270. Menurut pendapatnya ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham Atheis.
Epikuros adalah seorang filosof yang menginginkan arah filsafatnya untuk mencapai kesenangan hidup. Oleh karena itu tidak heran jika filosof yang satu ini menganut paham atheis. Hal ini semata-mata ia lakukan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, tanpa ada yang membatasi. Menurutnya pendapat Epicuros, filsafat harus merintis jalan kearah mencapai kesenangan hidup. Ia membagi filsafat dala tiga bagian, yaitu logika, fisika, dan etika. Pelajaran fisika yang diberiak kepada murid-muridnya didasarkan kepada ajaran logikannya, dan fisika merupakan landasan etika.[2]
1)        Ajaran  Logika
yang dimaksud dengan logika oleh Epikuros adalah” Kanonika”, sebagai norma yang membangun pengetahuan. Norma dan kreteria adalah sesuatau yang terpandang, karena segala macam pandangan adalah benar, benar pula jiwa orang yang memandang. Bakan, pandangan orang gila pun merupakan kebenaran.sesuai dengan pendapat Demokritos, ia mengatakan bahwa pandangan itu tidak lain dari cetakan atau gambaran barang yang sudah ada. contohnya atom
2)        Fisika.
Teori fisika yang ia ciptakan adalah untuk membebaskan manusia dari kepercayaan pada dewa-dewa. Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika. Maka hidup itu adalah barang sementara yang tidak ternilai harganya.
Oleh sebab itu, menurutnya hidup adalah untuk mencari kesenangan.
3)        Etik.
 Ajaran etik epikuros tidak terlepas dari teori fisika yang ia ciptakan. Pokok ajaran etiknya adalah mencari kesenangan hidup. Kesenangan hidup ialah barang yang paling tinggi nilainya. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Badan terasa enak, jiwa terasa tentram. Yang paling penting dan mulia menurutnya ialah kesenangan jiwa.
Dari ketiga ajaran Epikuros, jika diaktualisasikan ke dalam agama Islam maka akibatnya bisa fatal sekali. Seorang muslim akan menjadi atheis ketika mengikuti ajaran Epikuros ini. Di sinilah bahaya filsafat jika kita telan mentah-mentah tanpa ada proses penyaringan terlebih dahulu. Apalagi jika tidak dilandasi dengan akidah yang kuat.
E.       STOA (340 SM)
Pendirinya adalah Zeno dari Kition. Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 sebelum Masehi. Awalnya ia hanyalah seorang saudagar yang suka berlayar. Suatu ketika kapalnya pecah di tengah laut. Dirinya selamat, tapi hartanya habis tenggelam. Karena itu entah mengapa ia berhenti berniaga dan tiba-tiba belajar filsafat. Ia belajar kepada Kynia dan Megaria, dan akhirnya belajar pada academia di bawah pimpinan Xenokrates, murid Plato yang terkenal.[3]
Setelah keluar ia mendirikan sekolah sendiri yang disebut Stoa. Nama itu diambil dari ruangan sekolahnya yang penuh ukiran Ruang, dalam bahasa Grik ialah “Stoa”. Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Ajarannya tidak jauh beda dengan Epikuros yang terdiri dari tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik.
1. Logika : Menurut kaum Stoa, logika maksudnya memperoleh kriteria tentang kebenaran.
2. Fisika   : kaum Stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi juga meliputi teologi. Zeno sebagai pendiri Stoa, menyamakan Tuhan dengan dasar pembangun. Dasar pembangun ialah api yang membangun sebagai satu bagian daripada alam.
3. Etik. Inti dari filsafat Stoa adalah etiknya. Maksud etiknya itu ialah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Kemudian malaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan. Kaum Stoa juga berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi adalah memperoleh “harta yang terbesar nilainya”, yaitu kesenangan hidup. Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum Stoa.[4]

F.       SKEPTIS
Skeptis artinya ragu-ragu. Mereka ragu-ragu untuk menerima ajaran-ajaran yang dari ahli-ahli filsafat sebelumnya.
Aliran ini lahir kira-kira seumur orang sesudah Plato meninggal.
Dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatu, mestilah satu yang benar dan yang lainnya salah. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada. Di masa Helen-Romawi ada dua sekolah Skeptis. Kedua-duanya sama pendiriannya, keduanya ragu-ragu tentang ajaran kaum klasik yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diketahui. Tetapi dalam hal apa yang dimaksud dengan sikap ragu-ragu itu, kedua sekolah itu berbeda pahamnya. Sekolah yang satu disebut kaum skeptis aliran Pyrrhon dari Elis. Pyrrhon lahir pada tahun 360 SM dan meninggal pada tahun 270 SM. Sekolah yang kedua disebut Skeptis Akademia, karena aliran ini lahir dalam Akademia yang didirikan oleh Plato. Aliran ini lahir kira-kira seumur orang sesudah Plato meninggal. Untuk lebih lengkapnya, mari kita tinjau satu-persatu.
1. Skeptis Pyrrhon
Skeptisisme sebagai ajaran dari berbagai madzhab, dikemukakan pertama kali oleh Pyrrhon, yang pernah menjadi seradu dalam pasukan Alexandros, dan pernah bertugas bersama pasukan itu sampai ke India. Sampai di India ia mempelajari mistik India. Tidak begitu mendalam, tatapi cukup baginya untuk menentukan jalan pikirannya. Tatkala ia kembali ke Elis, kota tempat ia lahir, didirikannya sekolah filsafat. Muridnya cukup banyak. Ia sendiri tidak pernah menuliskan filsafatnya. Tatapi ajarannya itu diketahui orang dari uraian-uraian para pengikutnya.
Menurut Pyrrhon, kebenaran tidak dapat diduga. Kita harus sangsi terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar. Apa yang orang terima sebagai kebenaran, hanya berdasarkan kepada kebiasaan yang diterima dari orang ke orang. Rupanya saja “benar”. Karena itu orang harus sangsi terhadap hasil pikiran yang disebut benar. Pikiran itu sendiri saling bertentangan. Hal ini cukup ternyata dalam pengalaman.
Dari dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatu, mestilah satu yang benar dan yang lainnya salah. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada. Oleh karena itu kebenaran tidak dapat diketahui. Maka dari itu, menurut Pyrrhon, seorang cerdik pandai hendaklah menguasai diri jangan memberi keputusan. Menjauhkan diri dari sikap memutus adalah jalan yang ditunjukkan Pyrrhon untuk mencapai kesenangan hidup.
2.    Skeptis Akademia
Meskipun sekolah ini didirikan oleh Plato, tetapi generasinya tidak lagi mengusung ajaran-ajaran Plato. Para pengikut Plato, terutama di bawah pengaruh Arkesilaos lebih mengutamakan ajaran Plato yang bersifat negatif. Ajaran Arkesilaos berpangkal kepada ajaran Plato yang mengatakan bahwa dunia yang kelihatan ini adalah gambaran saja dari yang asli, bahwa pengetahuan yang didapat dari penglihatan dan pemandangan adalah bayangan pengetahuan, bukan gambaran dari pengetahuan yang sebenarnya. Pengetahuan yang sebenarnya tidak tercapai oleh manusia.
Arkesilaos dan para pengikutnya tidak sejauh kaum sketis Pyrrhon menolak kemungkinan mencapai kebenaran. Mereka terutama menolak dogma-dogma yang dikemukakan oleh kaum Epikuros dan kaum Stoa, bahwa segala pengetahuan berdasarkan pemandangan. Mereka tidak menolak sama sekali kemungkinan untuk mencapai pengetahuan. Norma pengetahuan itu ialah “kemungkinan. [5]
Kaum Skeptis aliran Arkesilaos berpendapat bahwa cita-cita orang bijaksana ialah bebas dari berbuat salah.
Ketika Arkesilaos talah meninggal, ajaran itu dihidupkan lagi oleh Karneades. Ia mengatakan bahwa kriteria bagi kebenaran tidak ada. Pemandangan-pemandangan tak pernah dapat membedakan dengan shahih pandangan yang benar dan pandangan salah.
Sebagai pegangan dalam hidup sehari-hari dikemukakan oleh Karneades tiga tingkat “kemungkinan.” Pertama, pemandangan itu mungkin benar. Kedua, kemungkinan itu tidak dapat dibantah. Ketiga, kemungkinan itu tidak dapat dibantah dan telah ditinjau dari segala sudut.

G.      PRIODE RELEGI
Pada masa etik, agama itu dianggap sebagai sesuatu belenggu yang menanam rasa takut dalam hati manusia. Karena itu agama dipandang sebagai suatu penghalang untuk memperoleh kesenangan hidup. Dan tujuan filsafat menurut Epikuros dan Stoa harus merintis jalan ke arah mencapai kesenangan hidup.
Didorong oleh perasaan dan keadaan bangsa Yunani dan bangsa lainnya yang senantiasa merasa tertekan di bawah kekuasaan kerajaan Roma, maka ajaran Etik tidak dapat memberikan jalan keluar. Kemudian perasaan agamalah yang akhirnya muncul sesudah beberapa abad terpendam dapat mengobati jiwa yang terluka. Mulai dari sinilah pandangan filsafat berbelok arah, dari otak turun ke hati.
Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang rasional, melainkan dengan jiwa yang murni. Pada periode ini, ada tiga aliran yang berperan, yaitu aliran Neo-Pythagoras, aliran Philon, aliran Plotinus atau Neo-Platonisme. Tetapi di sini kami hanya menjelaskan dua aliran saja, yaitu Neo Pythagoras dan Philon. [6]
1.          Aliran Neo Pythagoras
Dinamakan Neo Pyithagoras karena ia berpangkal pada ajaran Pyithagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Yang mengajarkannya ialah mula-mula ialah Moderatus dan Gades, yang hidup dalam abad pertama tahun masehi. Ajaran itu kemudian diteruskan oleh Nicomachos dari Gerasa.
Untuk mendidik perasaan cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus menghidupkan dalam perasaannya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia. Makin besar jarak itu makin besar cinta kepada Tuhan. Dalam mistik ini, tajam sekali dikemukakan perbedaan antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan barang. Bedanya Tuhan dan manusia digambarkan dalam mistik neo Pythagoras sebagai perbedaan antara yang sebersih-bersihnya dengan yang bernoda. Yang sebersih-bersihnya adalah Tuhan, yang bernoda ialah manusia.
2.     Aliran Philon Alexandreia
Alexandria terletak di Mesir. Di sana bertemu antara filsafat Yunani yang bersifat intelektualis dan rasionalis, dan pandangan agama kaum Yahudi yang banyak mengandung mistik..
Yang menjadi pokok pandangan filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan. Baginya Tuhan itu Maha Tinggi tempatnya. Tuhan hanya dapat diketahui oleh kata-kata-Nya yang terdapat dalam kitab suci, dari alam dan dari sejarah. Tuhan sendiri tidak dapat diketahui oleh manusia dengan panca inderanya.
Karena Tuhan itu begitu tinggi kedudukannya, perlulah ada perantara yang menghubungkan Tuhan dengan alam. Makhluk terutama yang terdekat dengan Tuhan ialah “Logos”. Logos itu ialah sumber dari segala cita-cita yang sebagai pikiran Tuhan. Logos juga beredar dalam dunia yang nyata sebagai penjelmaan dari akal Tuhan. Kewajiban manusia yang pertama, menurut mereka, ialah mengasuh jiwa mendekati Tuhan. [7]








BAB III

PENUTUP
A.           Kesimpulan
Pola fikir filsafat helenisme Yunani pasca Aristoteles. Diantaranya : Epikuros, Stoa, dan Skeptis dari periode etik. Kemudian ada juga Neo Pythagoras, Philon dan Plotinus dari periode religi.
  • Epikuros: Ia adalah filosof yang memuja kesenangan hidup, ia menafikan dan menihilkan peran Tuhan di dunia. Menurutnya Tuhan hanya menjadi penghalang untuk menikmati kesenangan hidup di dunia. Karena itu, Epikuros adalah salah satu filosof yang beraliran atheis.
  • Stoa: Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Kriterianya tentang kebenaran relatif sama dengan Epikuros yang mengatakan bahwa pemandangan adalah kriteria setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran.
  • Skeptis: Mereka adalah madzhab filsafat yang ragu-ragu terhadap ajaran-ajaran klasik. Menurut mereka, kebenaran tidak dapat diduga. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada.
  • Neo Phytagoras: Ajarannya berpangkal pada Pythagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Mereka juga meyakini bahwa jiwa ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari angkatan makhluk turun temurun. Kepercayaan inilah yang disebut dengan inkarnasi.
·  Philon Alexandreia: Ia adalah seorang pendeta Yahudi, karenanya filsafat yang dipelajarinya terpengaruh oleh pandangan agama. Yang menjadi pokok pandangan filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan.



DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986, cet. 3.
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. 2.
Abd. Rachman Assegaf Dr., Studi Islam Kontekstual, Yogyakarta: Gama Media, 2005, Cet. 1
Panut Panuju, Kuliah Filsafat Islam, Lampung : Gunung Pesagi, 1994

                                                                                                                


[2] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. 2.
[3] Panut Panuju, Kuliah Filsafat Islam, Lampung : Gunung Pesagi, 1994
[4] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986  hlm. 98-101
[5] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Hlm.213-216
[6] Abd. Rachman Assegaf Dr., Studi Islam Kontekstual, Yogyakarta: Gama Media, 2005, Cet. 1
[7] Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1986 hlm.78-79
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com