Minggu, 19 Mei 2013

Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik

0 komentar

Bentuk-Bentuk Tulisan Jurnalistik
Efek perkembangan teknologi adalah semakin maraknya jurnalisme warga (citizen journalism) di berbagai media, baik cetak maupun online. Artinya, kebebasan untuk menuangkan ide, atau sekedar berbagi laporan dan pengamatan, menemukan akses yang jauh lebih mudah daripada era sebelumnya. Perkembangan ini, tentu saja berimbas pada kian sulitnya pembaca menentukan dan menyaring tulisan-tulisan yang hendak dibaca lantaran tulisan tersebar dan terserak dimana-mana. Pada beberapa kasus, judul tulisan dianggap menjadi salah satu faktor penentu yang mampu menjadi penarik minat baca. Judul-judul bombastis yang seringkali muatan isinya tidak berimbang.
Jika di media cetak, pewartaan selalu mengalami proses penyeleksian sebelum naik cetak, namun bagaimana halnya dengan media online (dibatasi pada jurnalisme warga dalam blok-blok yang penghuninya mencapai ratusan ribu nama) yang cenderung kesulitan –baca kelelahan– untuk menyeleksi ratusan tulisan yang muncul dalam waktu sekian menit? Bisa saja tulisan hoax yang muncul kemudian dikonsumsi pembaca dengan tanpa sadar. Namun disini, bukan masalah seleksi menyeleksi yang akan diperbincangkan, lantaran hal tersebut berada diluar maksud dan jangkauan dari tulisan ini.
Dalam penulisan jurnalistik, sebenarnya terdapat bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang umum ditemui dalam sebuah media. Media biasanya membagi-bagi ruangan atau rubrikasi untuk jenis-jenis tulisan yang akan dimuat. Rubrikasi dinamai dengan istilah-istilah atau nama yang ditetapkan oleh media itu sendiri. Misalnya rubrikasi tentang olahraga, politik, hiburan dan lain-lain. Yang menjadi fokus perhatian disini adalah, bentuk tulisan seperti apa yang akan mengisi rubrikasi-rubrikasi tersebut? Berikut adalah bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang telah umum dikenal, antara lain:

BERITA (STRAIGHT NEWS)
Sifat tulisan ini lugas, padat, singkat, jelas, memenuhi kaidah 5w + 1h + s (what, when, where, why, who, how, so what happen next). Tulisan jenis ini memiliki struktur piramida terbalik dan berkarakter hardnews. Cara penulisan diawali dengan lead atau teras berita.
Sebagai contoh:
Sabtu, 26 Mei 2012 kemarin, terjadi perampokan di sebuah minimarket X di jalan Bekasi Timur. Perampokan dilakukan oleh dua orang pengendara motor dengan menyandera karyawan minimarket dibawah todongan senjata tajam. Polisi yang menangani kasus ini mengatakan bahwa perampokan dilakukan karena lokasi minimarket berada di daerah sepi.
What : perampokan
Who : dua orang pengendara motor
Where : sebuah minimarket X di jalan Bekasi Timur
When : Sabtu, 26 Mei 2012 kemarin
Why : lokasi minimarket berada di daerah sepi
How : menyandera karyawan minimarket dibawah todongan senjata tajam.
Tulisan jenis ini, umumnya terdapat dalam media harian. Keterbatasan waktu baca ditanggulangi dengan memuat seluruh inti berita pada paragraf pertama. Dengan sekali tegukan kopi, pembaca yang sibuk dapat menangkap isi berita dan langsung bisa berpindah membaca berita lain tanpa meneruskan membaca paragraf selanjutnya yang merupakan pengembangan dari paragraf utama.
REPORTASE/ LAPORAN
Merupakan jenis tulisan jurnalistik yang berupa “berita ditambah dengan nuansa.”
FEATURE/ TUTURAN
Jenis tulisan ini lebih lengkap dan terperinci ketimbang Berita dan Reportase. Kuncinya terletak pada bumbu imajinasi penulis yang mengajak pembaca untuk memikirkan sesuatu tentang sebuah kejadian (penggabungan antara berita dan fiksi). Yang bisa dikategorikan dalam tulisan ini antara lain: kesaksian pribadi, pendapat atau tuturan orang, human interest, riwayat hidup dan lain-lain.
ARTIKEL
Seluruh tulisan berupa opini (hasil pergumulan intelektual penulisnya), menyajikan gagasan secara sistematis dengan kajian yang logis.
OPINI/ EDITORIAL/ TAJUK RENCANA
Tulisan bentuk ini berupa ulasan penting dan merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens serta mengarah pada kesimpulan, menggiring pembaca untuk memahami masalah. Dengan kata lain, tulisan jenis ini merupakan pendapat media.
KOLOM/ ESAI
Tulisan bersifat reflektif atau renungan yang merupakan penambahan dari artikel dimana menyangkut emosi, spiritual, imajinasi, menertawakan sikap tidak wajar dalam masyarakat, menyindir atau satir.
Dengan mengetahui bentuk-bentuk dari tulisan jurnalistik, diharapkan pembaca akan mendapat informasi yang sesuai dengan kebutuhan serta mampu memilahnya. Termasuk saat menyebarulangkan isinya. Di lain sisi, seorang penulis berita yang memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik, akan mampu memfokuskan tulisan agar tidak terjebak melulu pada opini-opini pribadi sehingga tidak menimbulkan polemik. Kecuali penulis memiliki maksud-maksud tersendiri.

MAKALAH IBADAH PRAKTIS ( MENGURUS JENAZAH )

0 komentar




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
       Kita hidup didunia ini merupakan sebuah sunnah Allah. Kodrat manusiadalam sebuah rantai kehidupan adalah hidup terlahir dan kemudian mati. Semuamanusia ciptaan Allah di dunia ini pasti akan mati pula. Seperti halnya manusia,mereka tidak akan tahu kapan dia akan mati, oleh sebab itu banyak sekali paramanusia yang terbuai akan kehidupan yang ada di dunia, yang mereka cari harta dan kebahagiaan sesaat sehingga mereka lupa bahwa pada saatnya mereka akan mati.Sejauh ini belum pernah kita temukan mayat yang pergi sendiri ke liangkuburnya. Oleh sebab itu kita sebagai mahkluk sosial harus saling membantu,toleransi termasuk merawat jenazah pula.
1.2.      Perumusan Masalah
            Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan dengan :
1.      Pengertian kematian
2.      Melayat orang yang sakit dan hikmahnya
3.      Mengurus jenazah
4.      Cara memandikan jenazah
5.      Cara-cara mengkapankan jenazah
6.      Sholat jenazah

1.3.      Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :
  1. Untuk menambah ilmu dan pengetahuan mengenai masalah yang diangkat dalam makalah.
  2. Untuk memberikan keterampilan pengurusan jenazah.



BAB I I
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN KEMATIAN
            Kematian adalah sesuatu yang pasti dan kita harus bersedia menghadapinya kerana ia merupakan titik permulaan kepada penghidupan yang kekal abadi. Hanya mukmin yang dipanggil menghadap Tuhannya dengan hati bersih memperolehi kejayaan.
Menguruskan jenazah adalah merupakan perkara yang tidak boleh kita elakkan begitu sahaja. Ianya merupakan fardhu kifayah ke atas umat Islam. Dengan adanya sebahagian umat Islam yang mengetahuinya akan selesailah tanggungjawab itu.
Namun dalam keadaan sekarang ini, kesedaran di kalangan generasi muda untuk melaksanakan tanggungjawab ini amat tipis sekali. Ramai dari generasi muda yang tidak tahu cara-cara menguruskan jenazah dan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada jenerasi yang lebih tua dari mereka untuk melaksanakannya. Bayangkanlah suatu hari nanti ayah atau ibu kita meninggal dunia. Tergamakkah kita membiarkan orang lain menguruskannya sedangkan diri kita hanya melihat tanpa sebarang ilmu. 
Sejajar dengan itu maka kami mencoba memberikan sedikit bimbingan dan panduan melalui makalah ini. Seperkara yang perlu diingat di samping kita menguruskan jenazah, diharap isinya dapat menjadi pengajaran kepada kita yang masih hidup untuk bersiap sedia menuruti jejaknya suatu hari nanti. Dengan adanya panduan-panduan ini adalah diharapkan sedikit sebanyak dapat memberi pengetahuan kepada para pelawat jika berlaku sesuatu kematian agar dapat membantu menguruskannya. Marilah kita memahami kehendak fardhu kifayah ini, moga-moga ianya dapat menjadi penyambung kesempurnaan dalam pengamalan syariat agama kita.





B.                 MELAYAT ORANG YANG SAKIT DAN HIKMAHNYA 
            Sakit adalah datangnya dari Allah. Penyakit yang ditimpa ke atas kita             sebenarnya mengandungi hikmah. Antaranya ialah :
1.      Memberi kesedaran dan keinsafan kepada kita bahawa kita ini lemah dan tidak mempunyai kuasa dan kekuatan untuk menyembuhkannya melainkan Allah.
2.      Allah ingin menguji sejauh mana kesabaran kita menghadapi dugaan Allah.
3.      Allah ingin mengampunkan dosa kita yang kita telah lakukan samada secara sedar ataupun tidak.
            Oleh itu, kita hendaklah sabar dan redha di atas dugaan yang telah diberikan Allah kepada kita dan berusahalah mencari ubatnya sebab Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda yang bermaksud 'Tiap-tiap penyakit ada ubatnya kecuali mati'. Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud :
'Menziarah/melawat orang yang sakit pada permulaan masa sakitnya itu adalah Fardhu (wajib) dan kemudiann daripadanya Sunat, tidak lebih dari 3 hari'.
Ketika berada dekat dengan orang sakit, bacalah doa ini berulang kali,
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.1.gif
Umat Islam amat menghargai kita melawat orang sakit terutama jika saudara-mara kita yang sakit begitu juga kalau jiran-jiran kita, walaupun jiran kita bukan dari golongan orang Islam.

a)      Apa yang perlu di lakukan ketika menghadapi seseorang yang dalam keadaan nazak?
1.      Perlu berada di sisinya.
2.      Sentiasa mengingatkannya dengan kalimah Syuhadah iaitu :
Ash-hadu allah illaha illallah.....(cari tulisan jawi !!!!!!)
     di telinganya dan hendaklah dimadkan bacaan kalimah tersebut. Manakala                 rakan-rakan yang lain membaca Al-Quran atau Yasin.
3.      Pesakit hendaklah ditelentangkan menghala ke Qiblat dan qiam tangannya.
  1. Apabila seseorang itu telah disahkan matinya, perkara-perkara berikut hendaklah dilakukan :
Hendaklah kita ucapkan :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.2.gif

  1. Tukarkan pakaiannya dan bersihkan kekotoran yang keluar dari duburnya.
  2. Rapatkan kedua belah matanya.
  3. Qiamkan tangannya seperti dalam sembahyang.
  4. Rapatkan mulutnya.
  5. Ikat dagunya dan simpul di atas ubunnya.
  6. Luruskan kakinya.
  7. Ikatkan kedua ibu jari kakinya. 
  8. Letakkan di tempat yang tinggi.
  9. Hadapkan ke Qiblat.

http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/jenaza1.jpg

            Mengurus jenazah orang Islam, merupakan fardhu kifayah, yakni apabila sudah dikerjakan oleh sebahagian dari orang Islam yang lain, maka yang lainnya tidak berdosa, akan tetapi apabila tidak seorang pun yang mengerjakan kewajipan tersebut, maka semua orang Islam dalam satu kampung atau kawasan tersebut akan berdosa.
Di antaranya yang wajib kita kerjakan dalam mengurus jenazah ialah :
  1. Memandikannya.
  2. Mengkafankan jenazah.
  3. Solat ke atas jenazah.
  4. Mengebumikannya.
            Orang yang berhak dan lebih afdal untuk menguruskan jenazah ialah dari kalangan keluarganya atau warisnya yang terdekat misalnya ; anaknya sendiri kalau simati bapanya.
            Kalau warisnya tidak ada kemampuan atau pengalaman, bolehlah diminta Imam atau Bilal di kawasan tersebut untuk menguruskannya.


1.    Waris yang tertua hendaklah berpakat/berbincang berhubung dengan kematian.
2.    Urusan di Balai Polis bagi melapurkan kematian.
Nota : Sekiranya jenazah itu meninggal di Hospital cukup dengan surat kebenaran atau pengesahan dari doktor.
3.    Membeli keperluan untuk urusan memandi dan mengkafankan mayat.
4.    Menentukan bilal untuk memandikan mayat.
5.    Urusan menggali kubur.
6.    Menentukan Imam untuk sembahyang mayat.
7.    Menguruskan kenderaan untuk jenazah.
8.    Ucapan takziah.

1.                   Sifat berani.
2.                   Sabar.
3.                   Amanah.
4.                   Mempunyai kemahiran dan ilmu yang cukup.
1.                   Sediakan tempat mandi.
2.                   Sabun mandi.
3.                   Air daun bidara.
4.                   Air bersih.
5.                   Sugi - 7 batang.
6.                   Sarung tangan - 3 atau 5.
7.                   Sedikit kapas.
8.                   Air kapur barus.
9.                   Baldi serta gayong.

            Sebelum memandikan mayat, pastikan dahulu kubur telah digali dan peralatan mengkafan mayat telah disediakan seperti :
  1. Kain putih (bidang 45")  - 20 meter bagi dewasa
  2. Gunting
  3. Kapas
  4. Cendana
  5. Kapur barus
  6. Air mawar
  7. Minyak wangi (Minyak Attar)
  8. Tikar jerami
  9. Bantal (dari daun pandan)
  10. Tempat mandi yang khas.

  1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
  2. Tutup seluruh anggota mayat kecuali muka.
  3. Semua Bilal hendaklah memakai sarong tangan sebelah kiri.
  4. Sediakan air sabun.
  5. Sediakan air kapur barus.
  6. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
  7. Angkat sedikit bahagian kepalanya sehingga paras dadanya.
  8. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan atau mimicit-micit perutnya secara perlahan-lahan dan hati serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain alas atar tidak tersentuh auratnya
  1. Siram dan basuh dengan air sabun sahaja dahulu.
  2. Kemudian gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kakinya dan rambutnya.
  3. Selepas itu siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
12.  Kemudian bilas dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat


               
   Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.3.gif
          Sahaja aku memandikan jenazah (lelaki) kerana Allah Taala"
                   Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.4.gif
Sahaja aku memandikan jenazah (perempuan) kerana Allah Taala"
  1. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga hujung kaki 3 kali dengan air bersih.
  2. Siram sebelah kanan 3 kali.
  3. Siram sebelah kiri 3 kali.
  4. Kemudian mengiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
  5. Mengiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya pula.
  6. Telentangkan semula mayat, ulangi menyiram seperti bil. 13 hingga 17.
  7. Lepas itu siram dengan air kapur barus.
  8. Lepas itu wudukkan mayat.

Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.5.gif
"Sahaja aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/index.6.gif
"Sahaja aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"
            Cara mewudukkan jenazah ini iaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu bermula dari muka dan akhir sekali pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh perempuan.
  1. Siram dengan air sembilan.
  2. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkannya dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan menggunakan tuala pada seluruh badan mayat.
  3. Cawatkan bahagian kemaluan mayat dengan cawat yang disediakan.
  4. Lepas itu usung dengan menutup seluruh anggotanya.
  5. Segala apa-apa yang tercabut dari anggota mayat, hendaklah dimasukkan ke dalam kapan berama (Contoh : rambut, kuku dll).
  6. Dengan ini selesailah kerja memandikan mayat dengan sempurnanya.

Pertama :
Hendaklah disediakan tiga lembar kain kafan dibentangkan dengan disusun, kain yang paling lebar diletakkan di bawah atau dengan cara kain tiga lembar dibentangkan dan letaknya agak serong yang atas melebar dan yang bawah mengecil, setiap lembar disapu dengan wangi-wangian atau minyak wangi yang tidak mengandungi alkohol.
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/jenaza2.jpg
Kedua :
Hendaklah disediakan tali pengikat sebanyak tiga atau lima utas yang diletakkan di bawah kain kafan tersebut.
Ketiga :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/jenaza3.jpg
Hendaklah disediakan kapas yang disapu dengan wangi-wangian dan kayu cendana yang digunakan untuk menutup antara lain :
1.Kemaluan
2.Wajah (muka)
3.Kedua buah dada
4. Kedua Telinga
5. Kedua siku tangannya
6. Kedua tumitnya
Keempat :
Angkatlah mayat tersebut dengan berhati-hati kemudian baringkan di atas kain kafan yang sudah dibentangkan.
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/jenaza4.jpg
Kelima :
Tutupkan jenazah itu dengan kapas yang telah disediakan pada bahagian-bahagian yang telah disebutkan di atas.

Keenam :
http://dzulnain.tripod.com/syumul/jenazah/images/jenaza5.jpg
Hendaklah kain kafan tersebut diselimutkan atau ditutupkan dari lembar yang paling atas sampai lembar yang paling bawah, kemudian ikatlah dengan tali daripada kain yang telah disediakan sebanyak tiga atau lima ikatan.
Semua tali pengikat mayat hendaklah disimpul hidup di sebelah kiri. Sebelum  diikat di bahagian kepala, benarkan warisnya melihat atau menciumnya.
Tulislah kalimah "ALLAH dan MUHAMMAD" di dahi mayat dengan menggunakan minyak wangi.
Setelah siap diikat renjislah dengan air mawar dan sapulah minyak wangi.

            Dalam mengerjakan solat jenazah, yang paling utama ialah dikerjakan secara berjemaah dan harus dijadikan tiga saf (barisan) sekurang-kurangnya setiap satu saf dua orang.
            Bagi orang perempuan diperbolehkan mengikuti berjemaah bersama-sama dengan orang lelaki atau boleh mendirikan solat ke atas jenazah setalah disolatkan oleh orang lelaki.
            Adapun hukum solat jenazah ini adalah Fardhu Kifayah seperti hal menguruskannya.
1.             Cara mengerjakan Solat Jenazah
            Bagi jenazah lelaki, Imam yang akan mendirikan solat ke atasnya hendaklah berdiri searah dengan kepala jenazah itu. Bagi jenazah perempuan, Imam hendaklah berdiri searah dengan lambung atau bahagian tengah jenazah itu.
Tentang tempat untuk mengerjakan solat jenazah, diperbolehkan di dalam masjid, di surau atau di tempat lainnya yang memungkinkan solat berjemaah dengan syarat tempatnya itu luas dan bersih.
2.             Rukun Solat Jenazah
            Solat jenazah berbeza dengan solat-solat yang lain kerana cara mengerjakannya hanya dengan berdiri dan takbir empat kali tanpa rukuk dan sujud, juga tidak perlu azan dan iqamat. Adapun rukunnya ada empat :

a)      Niat mendirikan solat jenazah yang dimaksudkan.
b)      Berdiri bagi yang berkuasa.
c)      Bertakbir empat kali
d)     Salam

           

3.     Niat melakukan shalat mayit dengan 4 kali takbir.
Niatnya: (untuk mayit laki-laki)
Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.
Artinya: 
Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah.
Niat (untuk mayit perempuan)
Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.
a.      Takbir Pertama
Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan “Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sidakep), kemudian membaca Al-Fatihah, setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir “Allahu akbar”

b.      Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”
Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai berikut:

Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Ibrahim wa ‘allaa aali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalii Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa aali Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”

c.       Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab sejahtera, maafkanlah dia.”
Lebih sempurna lagi jika membaca doa:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّار
Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii (haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa) waghsilhu (haa) bil-maa’I watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa) minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu (haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil qabri wa ‘adabin nar
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya, dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api neraka.”
(HR. Muslim)
Keterangan:
Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.
Jika mayit anak-anak doanya adalah:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًَا لِاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا

وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا وَ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا

وَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ

وَلاَ تَحْرِ مْهُمَا اَجْرَهُ

Allahummaj’alhu faratan li abawaihi wa salafan wa dzukhro
wa’idhotaw  wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaa ziinahuma
wa-afri-ghish-shabra ‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa ba’dahu
wa laa tahrim humaa ajrahu

Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah  bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orang tuanya.”


d.      Selesai takbir keempat, lalu membaca:

اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْناَ أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَناَ وَلَهُ

Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya:
“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
e.       Kemudian setelah salam membaca:
As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”









BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
            Disini kami dapat menyimpulkan mengurus jenazah bagi seorang muslim merupakan pardu kipayah. Setidaknya kita dapat menjengok orang yang meninggal saja kita telah mendapatkan keuntungan bagi kita mendapatkan amalan yang mulia di sisi Allah SWT. Harus kita ketahui bahwasanya ada bebrapa tahap yang harus kita lakukan dimana tahapan tersebut telah kit baca sebelumnya. Harapan kami makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat diamalkan kepada orang muslim.






DAFTAR PUSTAKA


 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com