Sabtu, 24 Maret 2012

Berhenti atau meneruskan

0 komentar

Berhenti atau Meneruskan

Sudah pernah terjatuh?
Ketika terjatuh, teman-teman berpikir seperti apa?
Terus berjalan atau berhenti?
Setiap diantara kita tentunya pernah merasakan terjatuh ketika ingin mencapai harapan yang kita inginkan. Tetapi apakah diantara kita semua sudah memilih berdiri kembali dan meneruskan untuk mencapai mimpi kita meskipun akan terjatuh kembali.
Moment terjatuh yang pernah terjadi dihidup saya ketika saya mau melanjutkan pendidikan di tahun 2010, saat itu saya mengikuti test di salah satu perguruan tinggi yang ada di Palembang, yaitu politeknek sriwijaya. Bersama salah 9 orang teman saya dari SMA Negeri 1 Semendo Darat Laut. Yang ketika itu saya dan teman-temanku tidak ada satupun yang lulus. Dikarenakan kurangnya pengawasan dari kepala sekolah kami. Padahal kami semua sudah bersusa semaksimal mungkin.  Tapi sekarang syukur Alhamdulillah saya dan kawan-kawan saya yang gagal pada waktu itu beserta saya bisa melanjutkan pendidikan. Atas kejadian saya sadar usahan tanpa bantuan orang lain tak bisa berbuat apa-apa, dan saya bisa mengambil hikmah dari kejadian ini…
Tentunya teman-teman memiliki cerita tersendiri ketika terjatuh, cerita yang menjadikan pengalaman untuk teman-teman. Cerita yang membuat alasan memilih untuk berhenti atau meneruskan karena itu semua pilihan. Jadikan cerita atau pengalaman teman-teman sebagai dorongan motivasi untuk tidak berhenti.
Saat memutuskan untuk berhenti, menurut saya teman-teman sudah tidak hidup. Mengapa? Pernah dengar statement ini “Hidup itu Susah, Jika mau hidup maka berjuang. Jika tidak mau berjuang, maka tidak usah hidup”. Dari kita dilahirkan sampai dengan kondisi kita sekarang seperti ini sebenarnya kita sudah berjuang tetapi apakah hanya sampai sebatas itu? Kembali ke teman-teman ingin meneruskan atau berhenti itu pilihan.
Sang pencipta menghadirkan diri ini di dunia nyata; manusia memilih untuk bekerja keras apa yang ada di hadapannya, mengganti kata masalah menjadi tantangan. Berjuang, walau hasil yang didapat belum tentu terlihat, bekerja keras mengantarkan ke impian dunia nyata. Manusia telah sampai di sini karena hidup tidak ada yang sempurna, hidup selalu melahirkan batas antara harapan dan kenyataan. Karena layaknya hidup adalah tantangan yang harus dihadapi dengan berani, dan setiap kita pun tahu, kita menjadi baik karenanya. Manusia tidak akan mencapai tingginya langit dan dalamnya samudera jika hidup adalah sempurna, karena hanya seorang pengecut mengharapkan hidup yang sempurna
By : Arjamudin

Kamis, 22 Maret 2012

Perempuan dalam Tiga Judul

0 komentar
Tentang Perempuan yang Menjadi Lukisan
Entah dengan apa perempuan itu membawa sekian wangi yang begitu saja menusuk hidungku. Hilangkan sekian juta aroma lain yang jauh lebih dulu kukenal. Mengubahku menjadi lelaki pelupa. Terlupakan banyak hal kecuali namanya saja yang kurapal layaknya mantra.
Entah dengan apa pula perempuan itu membuatku bisa menjadi pelukis. Sedang aku tidak pernah bersentuhan dengan ilmu lukis. Tidak tahu fungsi dari berbagai bentuk garis. Tak terlalu kenal rumusan komposisi warna. Tetapi ia tiba-tiba sudah berubah ujud di ruang kamar imajinasiku, sebagai lukisan yang seakan-akan benar-benar pernah kulukis.
Juga entah dengan apa perempuan itu membuatku menjadi penari. Bersama dengan berbagai nama nama tarian. Sedang ia sendiri lekat utuh menari bersamaku. Ditatapi langit yang menaruh iri karena tak kulirik meski ia menjanjikan lebih  banyak warna. Ditatapi bunga yang menjanjikan lebih banyak aroma. Tetapi tarian ini adalah tarianku bersamanya.

Pada Perempuanku: Dari Jakarta
Ada kegilaan yang terkadang menjadi keindahan. Ketika kegilaan itu menjadi penyatuan jari jemari, penyatuan tatapan, sampai berubah menjadi penyatuan tanpa rumus matematika, soal jumlah bibir dari dua wajah. Juga jumlah rambutmu yang membilas peluhku yang diperas dan mengucur oleh rindu.
Lantas setelah cerita penyatuan itu dibuyarkan pagi yang terlalu cepat datang. Kemudian menyisakan ingin, agar terjadi rotasi pada waktu, pada dimensi, yang tidak sekadar imajinasi, biar semua itu terulang kembali.
Tentang pada ketika jarak yang demikian jauh menjadi dekat. Ketika yang terpisah menjadi menyatu. Juga, ketika keraguan menjadi keyakinan yang lebih keras dari tiang-tiang penyangga gedung pongah di  Jakarta. Sampai dengan ketika bayangan yang hanya sekelebat datang menjadi kehadiran utuh. Tubuhmu di tubuhku. Ruh milikku pada ruh milikmu.

Tentang Janji yang Kutulis di Keningmu
Pada keningmu sudah kutuliskan sekian huruf yang tidak perlu ditafsirkan. Sebab itu bukan medan logika. Bahwa kecupan pertama bukan isyarat untuk tibanya kata akhir. Karena memang aku tidak ingin semua itu berakhir.
Pada keningmu sudah kubasuh dengan tintaku yang berwarna bening yang tidak perlu kau benturkan dengan rasio. Sebab itu bukan wilayah rasio.
Bahwa dalam tanpa jumlah dari kecup itu, seperti itu pula cerita tentang cinta itu tidak kuinginkan untuk terbentur dengan tanda tanya; Bilamana? Kapan? Hingga mana?
Bahkan aku tak tertarik menjumlahkan waktu!

Rabu, 21 Maret 2012

Pasar Murah ^_^

0 komentar
Aku tak mengharapkan ini terjadi. Sangat tak ingin! Kendatipun aku telah berhasil mendapatkan lima kilo beras, dua kilo gula pasir, dan sekilo minyak goreng, dengan menerobos lautan manusia di acara pasar murah itu.


Kepala-kepala menyemut dan berkeringat, sedari pagi telah memaksaku fokus ke depan. Fokus berusaha menjangkau tenda beratap terpal biru dengan wajah-wajah Tionghoa yang selalu tersenyum ramah. Hasilnya kau tahu,cengkeraman tanganku di pergelangan tangan Sulai,anakku yang baru berumurduasetengahtahunitu, tak dinyana terlepas. Entak kapan dia lolos dari genggamanku.

Aku terlalu berambisi sebagai orang super kere untuk mendapatkan barang-barang seharga beberapa ribu rupiah itu. “Anakku!” Orang-orang di sekelilingku sebentar terganggu oleh teriakanku. Mereka bertanya dengan sorot mata menyelidik. “Anakku hilang!”lanjutku. Berpasang-pasang mata itu menatapku iba.Tapi hanya sebentar. Setelah itu mereka merangsek ke depan, menjepitku seakan memencet duri yang menusuk ke kulit tapak kaki. Akhirnya aku terlepas dan terengah, menjauh semeter dari lautan manusia itu.

Sulai ke mana? Anakku? Aku mencari-cari dan berdoa kepada Tuhan kiranya turun keajaiban.Misalnya Sulai tibatiba terlepas dari lautan manusia dan melihatku sambil berteriak,“ Ibu!!” Sayang sekali, aku hanya bermimpi.Bagaimana mungkin mencari seorang anak kecil di kerumunan manusia yang tak habis-habis? Tak surut-surut walaupun petang mulai mengintip dari ufuk barat.Anakku pasti hanya bisa menangis,menjerit- jerit memanggil ibunya. Anakku akan disapa seseorang atau beberapa orang. Anakku dibawa.Sulai diculik! Perasaanku tak nyaman.

Sengaja kulepaskan beban penat di bawah pohon akasia meranggas. Terbayang di benakku bagai-mana kalau Sulai benarbenar diculik.Bagaimana kalau dia akhirnya dijadikan umpan iba di perempatan-perempatan jalan. Atau di bawah lampulampu lalu lintas.Ya, dijadikan pengemis, seperti yang beberapa minggu lalu kulihat beritanya di televisi tetangga sebelah rumah. Beberapa orang anak usia antara enam sampai dua belas tahun diculik dari sekian ibukota propinsi yang berbeda.

Mereka dipaksa mengamen dan mengemis di kota yang sangat jauh dan sangat asing.Mereka menjadi kacung jalanan tanpa bisa melepaskan diri. Kalaupun seorang-dua bisa bebas karena keberanian sekaligus kenekatan,itu hanyalah pengecualian. Itu keberuntungan, sehingga segelintir kejadian penculikan, bisa terbongkar. Segelintir.Hanya segelintir! Terbayang pula aku kepada Samingan, suamiku. Lelaki itu amat sangat mengasihi Sulai, sejak memberojol dari rahimku, hingga seusia sekarang ini.

Wajah dan tingkah laku Sulai yang setali tiga uang dengannya, pun menambah berlipatlipat rasa pengasihan itu.Maka itu, Samingan tak pernah memarahi Sulai kendati berlaku nakal. Apa-apa permintaan Sulai selalu diturutinya.Meskipun untuk semua itu terkadang kami harus semakin memperkencang ikat pinggang yang sudah membuat kami megapmegap. Terlebih-lebih ketika aku mengomel kepada Sulai yang senang mengulah. Alihalih membantuku melembutkan hati anak yang mulai alot itu, Samingan malahan memarahiku. Berani mengangkat tangan hendak menamparku.

Bagaimana pula kalau berita memedihkan ini diketahui Samingan? Oh,oh, anak pengasihannya itu telah hilang di kerumunan manusia kere.Aku yakin dia akan mengerkahku. Aku harus rela menjadi bulanbulanan omelan, pun pukulanpukulannya. Yang paling kutakutkan adalah harus pasrah bila dia menjagal nyawaku alias memampuskanku.Oh,Tuhan. Kenapa anak itu bisa terlepas dari cengkeramanku? “Kau mau ke mana?” Itu ucapan Samingan tadi pagi ketika dia pulang salat subuh dari langgar. Dia melihatku mengenakan pakaian yang agak lumayan dan berbedak tipis-tipis. Artinya,aku pasti akan pergi ke suatu tempat.

“Ada pasar murah di kota. Ini jarang terjadi, Pak. Sekali setahun saja,mungkin mustahil!” “Sulai dititip sama siapa?” “Biarkah aku bawa. Dititipkan ke rumah Mak, tak mungkin. Mak masih di Jambi.” “Membawa Sulai ke tempat seramai itu?” “Aku akan menjaganya!” “Yakin?” Dia ragu-ragu. Direbahkannya tubuh di atas dipan tanpa kasur. “Aku akan menjaganya!” ulangku. “Terserahlah! Tapi kau harus benar-benar menjaganya!” Matanya seolah mengancam. Sebelum akhirnya terpejam dan suara napasnya terdengar berat menjelang terlelap .

Mengingat kata-kata terakhir Samingan itu, membuat tubuhku menggigil. Aku tak berani pulang tanpa Sulai.Aku tak ingin dilabrak. Aku tak ingin mengotori tangan Samingan hanya sekadar menyiksa badanku.Walaupun dia taat menjalankan perintah agama, tohkekuatan apa yang bisa menahan kepasrahan atas kehilangan orang yang dikasihi? Siapa pun bisa gelap mata tak hanya karena kehilangan anak, misalnya.

Bahkan diputus cinta oleh pacar, bisa gantung diri atau mencebur ke Sungai Musi. Konon lagi Samingan rela menyerahkan nyawanya jika itu kait-mengait dengan hal tak menyenangkan yang terjadi kepada anak terkasihnya. “Tak pulang,Romlah? Sudah hampir magrib!”Bu Bariah menyapaku. “Kalau tak punya ongkos angkot,pulang sama kami saja.Kami menumpang pikap Pak Soleh.

”Dia menoleh ke arah beberapa ibu yang jalan bersamanya. Mereka menganggukangguk pertanda setuju. “Aku belum bisa pulang,Bu Bariah! Sulai hilang! Tadi dia terlepas dari tanganku.” Aku seolah meratap. “Sudah kau cari?” “Sudah! Tapi, bagaimana mencarinya di tengah manusia yang sangat banyak?” “Woi, mau berangkat, nih!” Pak Soleh melongokkan kepala dari jendela pikap.Bu Bariah ragu-ragu antara ingin membantuku dan memenuhi panggilan Pak Soleh.Tapi,dia akhirnya tak enak hati permisi kepadaku karena ibu-ibu yang berjalan bersamanya sudah naik ke bak pikap.

Tinggal aku sendiri tertunduk- tunduk menatap barang bawaanku.Tak ada lagi arti semua itu kalau Sulai hilang.Aku tak berani pulang.Aku gamang bernapas. Selintas ada godaan buruk untuk menceburkan diri ke Sungai Musi seandainya Sulaitakkutemukanlagi. Hanya,di sebalik hatiku yang lain mengingatkan, bunuh diri bukanlah penyelesaian terbaik. Bila aku bunuh diri,Samingan tak hanya kehilangan seorang yang dikasihinya. Tapi,duaorang.Duaorang sekaligus! Azan magrib yang berkumandang deras dari Masjid Agung telah pula menggenapkan petang menjadi sangat remang.

Pasar murah mulai lengang. Hanya ada beberapa orang yang memberesi karduskardus kosong dan memuatnya ke bak truk berwarna kuning terang.Beberapa lagi yang lainnya sibuk memunguti sampahsampah plastik bekas makanan, juga kertas-kertas koran yang menggunung. Segera kuhela kaki mendatangi kelengangan. Dapat kulihat tak ada sama sekali anak kecil di situ apalagi usianya yangmasihdibawahlimatahun. Barang bawaanku tak kuhiraukan lagi. Biarlah pohon akasia yang meneduhinya dari gelap. Kalaupun ada yang menginginkannya, aku tak peduli lagi.

Aku lebih mementingkan Sulai. Seorang perempuan dengan pipi merah melihatku. Dia tersenyum dengan tatap mata seperti menyesal.“Maaf,Bu.Pasar murahnya sudahselesai.Barangbarangnya tak ada lagi.”Dia tak enak hati,lalu berteriak kepada seorang lelaki berkepala plontos. Lelaki itu mengatakan bahwasemuasudahhabis.“Nah, tak ada lagi kan, Bu! Atau?”Dia mengeluarkan uang dari dalam tasnya yang segera kutampik. “Aku hanya mencari Sulai, Bu. Anakku!” Suaraku tercekat.

Dia semakin iba. “Anakmu hilang?” Beberapa orang mendekati kami. Masing-masing menunjukkan rasa kasihan. Seroang-dua menepuk- nepuk bahuku pertanda kasihan. “Siapa nama anak Ibu? Oh, iya saya lupa.Sulai ya,Bu?”Perempuan berpipi merah itu semakin merapatiku. “Apa ibu mempunyai foto anak itu?” Aku lekas menggeleng. Belum sekalipun Sulai difoto. Kami tak memikirkannya. Untuk makan saja susah, apalagi sekadar berfoto.

“Mungkin lebih baik dilaporkan ke polisi saja ya, Bu? Atau Ibu ada kawan untuk melapor?” Seorang lelaki ubanan bermata sangat sipit ikut sumbang saran. “Aku datang sendiri ke mari, Pak.Maksudku bersama Sulai.” Sumbang-saran semakin ramai. Mereka bertanya-tanya tentang alamatku.Mereka berjanji akan menemuiku besok pagi dan mengajakku melapor ke kantor polisi. Dan malam semakin pekat. Bagaimanapun rasa iba yang menggembung di benak mereka, toh harus pupus karena mereka memiliki kesibukan lain. Mereka masih harus menyelesaikan bisnis ini-itu.

Mereka harus pulang ke rumah masingmasing, menjumpai keluarga yang menunggu dengan sukacita. Ya, sukacita! Hari ini hari baru bagi mereka. Hari dengan lampion merah berlampu yang menyala-nyala. Mereka harus berkumpul dengan keluarga seperti aku dan suami berkumpul saling maafmemaafkan ketika lebaran tiba. Tuhan,sekarang ini yang kubutuhkan hanya Sulai.Temukan aku dengan yang terkasih itu. Apa yang kutakutkan ternyata terbukti.Tak hanya Sulai yang lepas dariku,juga barang bawaanyangentahkenapakutitipkan kepada pohon akasia itu.

Coba, siapa sekarang yang tega membiarkan barang teronggok tanpa pemilik? Ada pemiliknya saja, orangbisamencuri,mengancam, memalak.Oh,aku tak bisa menangis lagi. Aku tak mampu berpikir lagi. Mungkin pilihan terbaik hanyalah mengubek seluruh tempat di seputaran sini demi mencari Sulai. Terseok-seok aku mendatangi siapa saja yang masih duduk mengumpul. Beberapa orang yang sedang mabuk tuak melihatku mendekat. Merasa tatapan mereka adalah jebakan, buru-buru aku menjauh.

Sekumpulan lagi kudatangi, anak-anak yang legam berbaju kusam, ibu-ibu yang muram. Kuteliti masing-masing anak itu. Ya, Tuhan, tak ada juga anakku,si Sulai! Mereka malah mengusirku karena tak ingin kenyamanannya terganggu. Suara nyaring ceramah di Masjid Agung tiba-tiba menarik langkahku mendekat ke sana. Aku merasa bersalah hanya mampu meminta tolong kepada Tuhan,tapi aku sama sekali melupakan kewajibanku sebagai hamba. Dari pagi aku sudah sibuk berebut kebutuhan dunia.

Lohor yang membahana,seolah tertutup di telingaku.Asar yang merayap-rayap, tak sekalipun kurasakan menyentuh kulit ini. Bahkan magrib terlewat oleh ratapku. Isya melayang karena kebuntuan pikiran.Oh, betapa nistanya hamba-Mu ini. Aku tiba-tiba tersihir ketika memasuki pelataran Masjid Agung.Bukankah itu Sulai? Ya, Tuhan, itu memang anakku. Dia digendong seorang lelaki. Meskipun pelataran masjid itu temaram sebab ada beberapa lampunya yang mati,aku yakin itu Sulai.

Ajaib,aku mendadak menemukan kayu balok di pinggiran semak. Ini adalah kesempatan merebut Sulai dari tangan penculik.Harus kurebut dia! Aku berlari mengejar mereka yang berjalan hampir sepuluh meter di hadapanku.Aku memejamkan mata saking takutnya. Buk!

Pukulanku mengena telak dan membuat lelaki itu mengaduh.Tapi, dia tak terjatuh dan hanya mengerang sambil menoleh ke arahku. Lelaki itu berteriak,“Ibu!” Lelaki itu menatapku takjub. Ya, Tuhan! Dia suamiku. “Bapak!” Kupeluk dia eraterat. Kuciumi Sulai dengan beringas sehingga dia mendorong wajahku.

Selasa, 20 Maret 2012

Anggota Anak Public Relation Tahun 2011/2012

0 komentar
Nama-nama :
1. Andi Novendra ( Tanjung Jabung Timur/Jambi )
2. Arjamudin         ( Semendo Darat Laut /Palembang )
3. Eko Martin         ( Bangko/Jambi )
4. Helmi                  ( Bungo/Jambi )
5. Irpan Yunus         ( Ciamis/Jawa Barat )
6. Nur Adiatma        ( Musi Rawas/ Palembang )
7. Desmawati            ( Sarolangun/Jambi )
8. Mulyana                ( Tanjung Jabung Timur/ Jambi )
9. Maya Sasmita        ( Kumpeh Ulu/Jambi )
10. Rina Wati             ( Tanjung Jabung Barat/ jambi )
11. Tyas Safitri           ( Sebapuh/Jambi )
12. Mira Susanti          ( Riau )
13. Soimah                 ( Tebo/ Jambi )
14. Niko Dian saputa  ( Pijoan/ Jambi )
15. Padli                      ( Pijoan/ Jambi )

Sahbat Public Relation di IAIN STS JAMBI 

Jika Kita Sama-sama mengharap

0 komentar
"Ketika Aku Mengharap"
kedatangan senja di hari-hari ku menghimpun kisah yang berlalu, seakan aku lepas semua kenangan yang telah tulus menghibur Mu di hari itu. Esok atau lusa aku akan mengharapmu untuk kembali pada ku, karena engkaulah setetes embun penyejuk jiwa yang dahaga ini. Menjalani waktu yang terus berganti aku hanya bisa menunggu dan berharap, "1 detik aku merindu, 3 jam aku menghibur dirimu dan selamanya aku setia padamu".  Kata-kata ini memang tulus ku ucapkan dai hati yang paling dalam ku harap kamu mengerti. dengan keadaan aku yang gunda ini, memang kehidupan ini  terasa pahit jika tidak ada keikhlasan untuk menjalani lika-liku hidup ini. Tapi, aku yakin jika kamu ada di samping ku aku pasti bisa menjalani hidup yang malang ini. Faktor yang membuat aku sedih jika kamu tak mengingat diri ku, begitupun sebaliknya.@ .......... Kisah-kisah yang kita tulisdi hari itu telah terhapus oleh derasnya air mata perpisahan. tapi aku yakin jika air mata menjadi danau. mentari pasti akan membantu kita untuk menghangatkan air mata itu. sehingga air mata kita akn menjadi embun pagi yang sejuk yang diiringi oleh mentari pagi.... Alangkah indah jika ini terjadi kembali...!!!Semangat buat kamu yang ada di sana aku di sini juga semangat untuk menantimu.... ***@@@@^_^@@@&***

Jumat, 02 Maret 2012

Apakah Psikologi Komunikasi Itu .?

0 komentar

Psikologi Komunikasi

Dari bukunya Jalaludin Rahmat

BAB I
Apakah Psikologi Komunikasi Itu

          Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
          Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.
          Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”
Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.
1.     Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2.     Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
3.     Pesan yang disampaikan
4.      (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.
5.     (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6.     Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?
Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.
Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya. Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam kontesks interkasi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.”
Psikologi uga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi tertama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyababkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan.
Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon (prediction of response),dan peneguhan respon (reinforcement of responses). Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang.
George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusa berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.


Penggunaan Psikologi Komunikasi
Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :
1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).
5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik.



Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Psikologi Komunikasi

FAKTOR-FAKTOR PERSONAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA
Ada dua macam psikologi sosial.

Psikologi sosial dengan huruf P besar
psikologi sosial dengan huruf S besar

Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal),dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.

Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.
Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.

          Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi. diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.

Faktor Sosiopsikologis
Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.
Komponen Afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
Komponen Kognitif

Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
Komponen Konatif

Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.




PERTANYAAN!!

Jelaskan tentang Perspektif yang berpusat pada situasi!

MOTIF SOSIOGENESIS

Motif sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis :


W.I Thomas dan Florian Znanieckci :
1.     Keinginan memperoleh pengalaman baru
2.     Keinginan untuk mendapatkan respons
3.     Keinginan akan pengakuan
4.     Keinginan akan rasa aman
David McClelland :
Kebutuhann berprestasi (need for achievement)
Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
Kebutuhan berkuasa (neef for power)

Abraham Maslow :

Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs)
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization)

Melvin H.Marx :
Kebuthan organismis :
Motif ingin tahu (curiosity)
Motif kompetensi (competence)
Motif prestasi (achievement)
Motif-motif sosial :
Motif kasih sayang (affiliation)
Motif kekuasaan (power)
Motif kebebasan (independence)


Motif sosiogenesis dapat dijelaskan dibawah ini :

1. Motif ingin tahu : mengerti menata dan menduga. Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya.
2. Motif kompetensi : setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun
3. Motif cinta : sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian.

4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas : erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukan eksistensi di dunia ini.

5. kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna hidup : Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya.

6. Kebutuhan akan pemenuhan diri : Kita bukan saja ingin mempertahankan hidup, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan diri kita; ingin memenuhi peotensi-potensi kita.


PERTANYAAN!!

Jika motif sosiogenesis mempunyai peranan yang penting dalam membentuk perilaku sosial, mengapa disebut motif sekunder?

KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOANALISIS


Sigmund Freud, pendiri psikoanaliss adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psiologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.

Menurut Freud perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia :
Id
Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat manusia hewani.
Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator anatara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat menundukan manusia terhadap hasrat hewaninya.
Superego
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).

PERTANYAAN!!

Sebutkan contoh perilaku orang yang mencerminkan Id, Ego, dan Superego!


TEORI BEHAVIORISME



Teori Behaviorisme Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).


Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.


Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.


Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)

Teori pelaziman klasik


Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.


Skinner (1904-1990)
 
Skinner menganggap reward(penghargaan) dan
rierforcement(peneguhan) merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.


Albert Bandura (1925-sekarang)

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar.

Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.



(Tidak ada pertanyaan karena kelompok sendiri)


Format Diskusi
Psikologi Komunikasi


Diskusi Meja Bundar :

Kelebihan :


- menyebabkan arus komunikasi yang bebeas di antara anggota-anggota kelompok


- terjadi jaringan komunikasi semua saluran

- memudahkan partisipasi spontan yang lebih demokratis daripada susunan meja segi empat yang lebih otokratis dan kaku

- memungkinkan individu berbicara kapan saja tanpa ada agenda yang tetap.

- Mengisyaratkan waktu yang tidak terbatas dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.

- Lebih informal


Kekurangan:

- Sifatnya terbatas

- Tidak dapat digunakan dalam diskusi yang bersifat formal.


Contoh : Diskusi dalam belajar kelompok


Simposium :

Kelebihan :

- Simposium menyajikan informasi untuk dijadikan suber rujukan khalayak dalam mengambil keputusan pada waktu yang akan datang

- Informasi diklasifikasikan berdasarkan urutan logis, perbedaan titik padang, atau pemecahan alternatif

- Setiap bagian dari pokok bahasan diulas oleh seorang pembicara pada waktu yang sudah ditentukan

- Hadirin dapat mendiskusikannya dalam forum yang diatur oleh moderator, sehingga proses diskusinya pun menjadi sangat teratur dan rapi.

- Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil.

- Dapat mengemukakan informnasi banyak dalam waktu singkat.

- Pergantian pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang lebih menarik.

- Dapat direncanakan jauh sebelumnya.


Kekurangan :

- Kurang spontanitas dan kneatifitas karena pembahas maupun penyanggah sudah ditentukan.

- Kurang interaksi kelompok.

- Menekankan pokok pembicaraan.

- Agak terasa formal.

- Kepribadian pembicara dapat menekankan materi.

- Sulit mengadakan kontrol waktu.

- Secara umum membatasi pendapat pembicara.

- Membutuhkan perencanaan sebelumnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat.

- Cenderung dipakai secara berlebihan.


Contoh : Konfrensi Pers

Diskusi Panel :

Kelebihan :

- Membangkitkan pikiran.

- Mengemukakan pandangan yang berbeda-beda.

- Mendorong ke analisis lebih lanjut.

- Memanfaatkan para ahli untuk berpendapat dan proses pemikirannya dapat membelajarkan orang lain.

Kelemahan :

- Mudah tersesat bila moderator tidak terampil.

- Memungkinkan panelis berbicara terlalu banyak.

- Tidak memberi kesempatan peserta untuk berbicara.

- Cenderung menjadi serial pidato pendek.

- Membutuhkan persiapan yang cukup masak.

Contoh : Diskusi panel, biasanya untuk membahas suatu hal yang membutuhkan banyak pembicara (panelis I, Panelis II, Panelis III). Misalnya ketika terdapat diskusi tentang “pengelolaan sampah di bandung”, maka panelis2nya adalah orang-orang yang berhubungan dengan masalah tersebut dengan jabatan yang berbeda.

Kolokium :

Kelebihan :

- Memberian kesempatan kepada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seorang atau beberapa orang ahli

- Bersifat teratur dan formal

Kekurangan :

- Diskusi diatur secara ketat oleh moderator sehingga penanya tidak dapat bertanya dengan leluasa

- Ahli biasanya hanya diizinkan menjawab pertanyaan, tidak boleh bertanya.

Contoh : di amerika biasanya terdapat perdebatan terbuka antar calon presiden ”public debate”

Forum (ceramah)

Kelebihan :

- Menambah pandangan dengan reaksi pengunjung.

- Dapat dipakai terutama pada kelompok yang besar.

- Dapat dipakai untuk menyajikan keterampilan yang banyak dalam waktu singkat.

- Pergantian pembicara menambah vaniasi.

- Reaksi pengunjung mendorong pengunjung untuk mendengarkan dengan lebih banyak perhatian.

Kelemahan :

- Membutuhkan banyak waktu.

- Pribadi masing-masing pembicara dapat memaksakan pada materi yang kurang tepat.

- Tanggapan dari kelompok tertunda.

- Sulit mengendalikan waktu.

- Periode forum mudah terulur.

Contoh : Komunikator menggabungkan pertanyaannya sendiri, pertanyaan dari khalayak dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang digabungkan untuk menghasilkan suatu diskusi terbuka yang informatif dan menghibur.

Prosedur Parlementer
Kelebihan :

- diskusi akan berjalan sangat teratur karena terdapat peraturan tata tertib selama mengadakan diskusinya.

- secara ketat memaksa kelompok mendiskusikan hanya satu persoalan pada satu saat

Kekurangan :

- hanya dengan suara dua pertiga diskusi dapat dihentikan

- yang boleh bicara diatur oleh ketua. Sehingga orang lain yang mempunyai ide-ide kreatif akan tersendat bila tidak ditunjuk oleh ketuanya.

- Segala hal ditentukan dalam sidang sehingga, sudah dapat diramalkan waktu bicara seseorang.

Contoh : Sidang di Parlemen

Sensasi, Persepsi, Memori

Psikologi Komunikasi

1.1 Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”


Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).

1.2 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.

Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen)

Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol, seperti :
Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
Intensitas Stimuli, kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain
Kebauran (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian.
Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian.

Faktor Internal Penaruh Perhatian

Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi perhatian kita adalah :
Faktor-faktor Biologis
Faktor-faktor Sosiopsikologis.
Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.

Kenneth E. Andersen, menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
Perhatian itu merupakan proses aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan kita.
Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikat, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita.
Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan
Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepi kita akan betul-betul cermat.
Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita,
Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
Intesitas perhartian tidak konstan
Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian
Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan memertahankan perhatian

Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang ingin kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memeberikan respons pada stimuli itu.

Kerangka Rujukan (Frame of Reference)

Sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam kegiatan komunikasi kerangka rujukan memengaruhi bagaimana memberi makna pada pesan yang diterimanya.

Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor structural berasal semata-mara dari sifar stimuli fisik dan ekfek-efek saraf yang ditimbulkanny pada system saraf individu. Para psikolog Gestalat, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Dengan kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kia ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan

***

Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :
Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
Dalil persepsi yang kedua : Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Dalil persepsi yang ketiga : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.
Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.

Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni structural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap sama atau berdekatan dengan individu yang lainnya. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya, atau mengakrabkan diri dengan orang-orang yang punya prestise tinggi. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kecenderungan untuk mengelompokan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.

1.3 Memori
Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori meleawai tiga proses:
Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf internal.
Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Pe
Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan

Jenis-jenis Memori

Pemanggilan diketahui dengan empat cara :
Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta;lebih mudah mengenalnya.
Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

Mekanisme Memori

Ada tiga teori yang menjelaskan memori :
Teori Aus (Disuse Theory), memori hilang karena waktu. William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat.
Teori Interferensi (Interference Theory), Memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada menja lilin atau kanvas itu. Ada 5 hal yang menjadi hambatan terhapusnya rekaman : Interferensi, inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang), inhibisi proaktif (hambatan kedepan), hambatan motivasional, dan amnesia.
Teori Pengolahan Informasi ( Information Processing Theory), menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memory jangka pendek; lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan pada Long-Term Memory (LTM, memori jangka panjang)

Konsep Manusia Kognitif, dan Humanistik

Psikologi Komunikasi
Konsep Manusia Dalam Psikologi Kognitif

Manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya: manusia: makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Decrates, juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsitkan pengalaman inderawi secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima.

Para psikologi Gestalt menyatakan bahwa manusia tidak memberikan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap dulu ”pola” stimuli secara keseluruhan dalam satuan-satuan yang bermakna.

Menurut Lewin, perilaku mansia harus dilihat dari konteksnya. Dari fisika, Lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat (life space). Ryang hayat terdiri dari tujuan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.

Dari Lewin juga lahir konsep dinamika kelompok. Dalam kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang lain. Kelompok memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki individu. Lewin juga berbicara tentang tension (tegangan) yang menunjukan suasana kejiawaan yang terjadi ketika kebutuhan psikologis belum terpenuhi.

Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif (The Person as Consistency Seeker). Di sini, manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dengan perilaku.

Awal tahun 1970-an, teori disonansi dikritik, dan muncul konsepsi manusia sebagai pengolah informasi (The Person as Information Processor). Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menajadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan informasi.

Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik

Pada psikologi Humanistik, manusia menentukan cinta, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi yang ada dalam dirinya. Psikologi Humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian, tetapi lebih banyak mengambil dari fenomologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam ”dunia kehidupan” yang dipresepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.

Menusut Alferd Schutz, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas. Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri-dengan-orang lain, atau apa yang disebut Martin Buber ”I-thou Relationship”. Istilah ini menunjukan hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi dengan benda; subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek.

Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mazhab yang lain. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna.

Fran menyimpulkan asumsi-asumsi Psikologi Humanistik: keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia uuntuk mengembangkan dirinya.

Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut:
Setiap manusia hidup dalam dua pengalaman yang bersifat pribad dimana dia – sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) – menjadi pusat.
Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri.
Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
Adnggapan adanya ancapan terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri.
Kecenderngan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com