Rabu, 16 Januari 2013

Perbedaan jurnalisme investigasi dengan jurnalis biasa

5 komentar

Jurnalisme Investigasi


Deskripsi  :
Jurnalisme investigasi berbeda dengan jurnalisme biasa, di mana jurnalisme investigasi mencoba mengungkapkan fakta barudi balik suatu peristiwa sedangkan jurnalisme biasa hanya memberitakan fakta yang memang sudah ada. Jurnalisme investigasi dilaksanakan dengan metode - metode investigasi dengan keluasan jaringan, wawancara yang luas, dan riset yang mendalam. Wartawan  investigasi menggunakan satu teknik yang disebut dengan "mengendus", di mana ide awal dari sebuah investigasi bermula dari sebuah petunjuk. Jurnalisme investigasi muncul di Indonesia pada tahun 1974 dengan Harian Indonesia Raya sebagau pelopornya. Akan tetapi harian yang dipimpin oleh Mochtar Lubis ini dibredel pada masa Orde Baru. Setelah itu jurnalisme investigasi di Indonesia hilang hingga tahun 1998 jurnalisme investigasi bangkit kembali dengan Tempo sebagai pelopornya.

Adapun ciri - ciri dari liputan investigasi adalah :
1. Liputan investigasi harus mengungkapkan fakta baru yaitu suatu fakta yang menjadi pertanyaan publik dalam suatu peristiwa.
2. Jurnalisme investigasi umumnya adalah laporan yang mendalam karena dibangun dari hasil riset dan reportase yang panjang. Reportase investigasi terkadang memakan waktu yang lama. Contoh : Harian Washington Post membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk menuliskan 300-an artikel tentang skandal Watergate.
3. Liputan investigasi selalu mencari bukti tertulis dengan menggunakan metode pelacakan dokumen (paper trail). Liputan ini juga memiliki ciri wawancara dengan orang - orang yang terlibat (human trail) secara ekstensif dan intensif. Selain itu, metode pelacakan elektronik (e-trail) terkadang juga menonjol dalam liputan investigasi.
4. Liputan investigasi tak jarang menggunakan cara - cara polisi untuk membongkar kejahatan. Misalnya : menggunakan metode penyamaran, memakai kamera dan alat rekam tersembunyi serta memata - matai. Tujuannya adalah membongkar informasi jahat yang merugikan masyarakat yang selama ini dirahasiakan dari publik. Sasarannya bisa pejabat pemerintah / pengusaha.
5. Liputan investigasi terkadang menimbulkan dampak. Dampak isu bisa berupa perbaikan sistem / mundurnya seorang pejabat karena terlibat dalam skandal yang diselidiki. Contoh : Presiden Richard M. Nixon yang mengundurkan diri pada tahun 1974.

 Setelah mengetahui seperti apakah ciri - ciri liputan investigasi, saatnya mengetahui proses investigasi, yaitu :
1. Riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran / kesalahan hipotesis. 
2. Paper trail (pencarian jejak dokumen) yang berupa upaya pelaakan dokumen publik / pribadi demi mencari kebenaran - kebenaran untuk mendukung hipotesis.
3. Wawancara yang mendalam dengan pihak - pihak yang terkait dengan investigasi, baik para pemain langsung maupun mereka yang bisa memberikan background terhadap topik investigasi.
4. Pemakaian metode penyelidikan polisi dan peralatan anti - kriminalitas. Metode ini termasuk melakukan penyamaran.
5. Pembongkaran informasi yang tidak diketahui publik.

Setelah mengetahui ciri - ciri investigasi dan proses investigasi, sekarang saatnya untuk mengetahui dari mana saja sumber informasi untuk liputan investigasi diperoleh. Ada tiga sumber informasi, yaitu observasi (mengamati dan mencari fakta), dokumen, dan wawancara (on/off record, background info). Yang dimaksud dengan wawancara off record adalah identitas narasumber dan informasi yang diberikan oleh narasumber tidak dapat ditulis / dikutip jadi hanya untuk pengetahuan wartawan saja. Sedangkan background info adalah identitas narasumber dirahasiakan tetapi lembaga tempat narasumber bekerja dapat ditulis dan informasi yang diberikan narasumber dapat dipublikasikan.

Setiap peliputan pasti memiliki hambatan dan kesulitannya masing - masing, tak terkecuali dengan liputan investigasi. Berikut ini adalah kesulitan dan hambatan dalam liputan investigasi yaitu keterbatasan waktu, dana, dan sumber informasi ; keraguan editor / penerbit / pemimpin redaksi ; tantangan dari perusahaan tempat bekerja ; kasus white collar crime kurang menjadi perhatian publik ketimbang kasus politik ; dan ancaman keselamatan.

Komentar :

Pembahasan mengenai jurnalisme investigasi ini sangat menarik kalau biasanya kita hanya mengetahui tentang jurnalisme biasa, kali ini saya pribadi mendapat pengetahuan tambahan menganai jurnalisme investigasi. Pengetahuan ini akan sangat bermanfaat apabila nantinya saya akan bekerja di bidang jurnalistik, khususnya jurnalisme investigasi.

Dari pembahasan mengenai jurnalisme investigasi ini, hal yang saya tangkap adalah bahwa jurnalis / wartawan harus peka dan berpikir kritis ketika menghadapi sebuah kasus / peristiwa. Di mana seorang jurnalis / wartawan mampu membaca petunjuk - petunjuk kecil yang ada dalam sebuah kasus dan kemudian berusaha menyelidiki lebih dalam dengan tekun demi mendapatkan hasil investigasi yang diinginkan. Karena jurnalis harus melakukan observasi dan riset mendalam dalam jangka waktu panjang untuk mencari bukti - bkti tertulis maupun wawancara dengan narasumber. Dan hal yang harus diingat juga adalah bahwa liputan investigasi harus memiliki dampak terhadap publik. Sebuah liputan dapat disebut sebagai liputan investigasi bila memiliki dampak terhadap publik / ada kepentingan publik di dalamnya.

Berikut adalah beberapa contoh dari liputan investigatif yang saya kutip dari Buku berjudul Media, Pemilu, dan Jurnalisme Investigatif terbitan UNESCO Jakarta tahun 2005 dalam diskusi panel dengan Roderick MacDonnel dari Institut Bank Dunia dengan tema "Jurnalisme Investigatif dan Kemandirian Media" :
1. Tahun 2001 di Filipina terjadi pemecatan terhadap Presiden Joseph Estrada dikarenakan laporan investigatif dari Phillipine Center for Investigative Journalism tentang kejahatan Estrada, teman - teman,  dan keluarganya. Laporan tersebut menjatuhkan Joseph Estrada dari kursi kepresidenan yang telah ia duduki sejak Mei 1998.
2. Di Thailand, Khun Prasong Lertratanawisute dari surat kabar bisnis, Prachachart pada awal tahun 2000 memeriksa secara menyeluruh neraca keuangan milik Sanan Kachoinprasart juga wakil Perdana Menteri. Dalam tulisannya, Prasung mempertanyakan tentang dana pinjaman sebesar satu juta dolla. Akhirnya The Counter Commision menindaklanjuti laporan tersebut dan kemudian Sanan pun mengundurkan diri.
3. Di Ecuador,Amerika Latin, Presiden Bucaram telah diusir karena ketidakmampuan mentalnya setelah sebuah berita investigatif mengungkap bagaimana Presiden yang dikenal sebagai "El Loco" itu telah mengalihkan dana yang diperolehnya saat Natal, yang tadinya ditunjukkan bagi kaum miskin.
4. Di Venezuela, dua berita investigatif telah mendapatkan penghargaan dengan dipercepatnya kejatuhan    Presiden Perez. Seseorang melaporkan bahwa Presiden telah menyelewengkan dana sebesar 17 juta dollar.Yang lain menuduh bahwa Perez dan dua ajudannya telah mendapat uang jutaan dengan mengubah mata uang Venezulea ke dalam dollar sesaat setelah devaluasi.
 
sumber : http://kapita-fikom-915070066.blogspot.com/2010/10/jurnalisme-investigasi.html
 
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com