Jurnalisme Investigasi
Deskripsi :
Jurnalisme
investigasi berbeda dengan jurnalisme biasa, di mana jurnalisme
investigasi mencoba mengungkapkan fakta barudi balik suatu peristiwa
sedangkan jurnalisme biasa hanya memberitakan fakta yang memang sudah
ada. Jurnalisme investigasi dilaksanakan dengan metode - metode
investigasi dengan keluasan jaringan, wawancara yang luas, dan riset
yang mendalam. Wartawan investigasi menggunakan satu teknik yang
disebut dengan "mengendus", di mana ide awal dari sebuah investigasi
bermula dari sebuah petunjuk. Jurnalisme investigasi muncul di Indonesia
pada tahun 1974 dengan Harian Indonesia Raya sebagau pelopornya. Akan
tetapi harian yang dipimpin oleh Mochtar Lubis ini dibredel pada masa
Orde Baru. Setelah itu jurnalisme investigasi di Indonesia hilang hingga
tahun 1998 jurnalisme investigasi bangkit kembali dengan Tempo sebagai
pelopornya.
Adapun ciri - ciri dari liputan investigasi adalah :
1. Liputan investigasi harus mengungkapkan fakta baru yaitu suatu fakta yang menjadi pertanyaan publik dalam suatu peristiwa.
2.
Jurnalisme investigasi umumnya adalah laporan yang mendalam karena
dibangun dari hasil riset dan reportase yang panjang. Reportase
investigasi terkadang memakan waktu yang lama. Contoh : Harian Washington Post membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk menuliskan 300-an artikel tentang skandal Watergate.
3. Liputan investigasi selalu mencari bukti tertulis dengan menggunakan metode pelacakan dokumen (paper trail). Liputan ini juga memiliki ciri wawancara dengan orang - orang yang terlibat (human trail) secara ekstensif dan intensif. Selain itu, metode pelacakan elektronik (e-trail) terkadang juga menonjol dalam liputan investigasi.
4.
Liputan investigasi tak jarang menggunakan cara - cara polisi untuk
membongkar kejahatan. Misalnya : menggunakan metode penyamaran, memakai
kamera dan alat rekam tersembunyi serta memata - matai. Tujuannya adalah
membongkar informasi jahat yang merugikan masyarakat yang selama ini
dirahasiakan dari publik. Sasarannya bisa pejabat pemerintah /
pengusaha.
5. Liputan investigasi
terkadang menimbulkan dampak. Dampak isu bisa berupa perbaikan sistem /
mundurnya seorang pejabat karena terlibat dalam skandal yang
diselidiki. Contoh : Presiden Richard M. Nixon yang mengundurkan diri
pada tahun 1974.
Setelah mengetahui seperti apakah ciri - ciri liputan investigasi, saatnya mengetahui proses investigasi, yaitu :
1. Riset dan reportase yang mendalam dan berjangka waktu panjang untuk membuktikan kebenaran / kesalahan hipotesis.
2. Paper trail
(pencarian jejak dokumen) yang berupa upaya pelaakan dokumen publik /
pribadi demi mencari kebenaran - kebenaran untuk mendukung hipotesis.
3.
Wawancara yang mendalam dengan pihak - pihak yang terkait dengan
investigasi, baik para pemain langsung maupun mereka yang bisa
memberikan background terhadap topik investigasi.
4. Pemakaian metode penyelidikan polisi dan peralatan anti - kriminalitas. Metode ini termasuk melakukan penyamaran.
5. Pembongkaran informasi yang tidak diketahui publik.
Setelah mengetahui ciri - ciri
investigasi dan proses investigasi, sekarang saatnya untuk mengetahui
dari mana saja sumber informasi untuk liputan investigasi diperoleh. Ada
tiga sumber informasi, yaitu observasi (mengamati dan mencari fakta),
dokumen, dan wawancara (on/off record, background info). Yang dimaksud dengan wawancara off record
adalah identitas narasumber dan informasi yang diberikan oleh
narasumber tidak dapat ditulis / dikutip jadi hanya untuk pengetahuan
wartawan saja. Sedangkan background info adalah identitas
narasumber dirahasiakan tetapi lembaga tempat narasumber bekerja dapat
ditulis dan informasi yang diberikan narasumber dapat dipublikasikan.
Setiap peliputan pasti memiliki
hambatan dan kesulitannya masing - masing, tak terkecuali dengan liputan
investigasi. Berikut ini adalah kesulitan dan hambatan dalam liputan
investigasi yaitu keterbatasan waktu, dana, dan sumber informasi ;
keraguan editor / penerbit / pemimpin redaksi ; tantangan dari
perusahaan tempat bekerja ; kasus white collar crime kurang menjadi perhatian publik ketimbang kasus politik ; dan ancaman keselamatan.
Komentar :
Pembahasan mengenai jurnalisme
investigasi ini sangat menarik kalau biasanya kita hanya mengetahui
tentang jurnalisme biasa, kali ini saya pribadi mendapat pengetahuan
tambahan menganai jurnalisme investigasi. Pengetahuan ini akan sangat
bermanfaat apabila nantinya saya akan bekerja di bidang jurnalistik,
khususnya jurnalisme investigasi.
Dari pembahasan mengenai
jurnalisme investigasi ini, hal yang saya tangkap adalah bahwa jurnalis /
wartawan harus peka dan berpikir kritis ketika menghadapi sebuah kasus /
peristiwa. Di mana seorang jurnalis / wartawan mampu membaca petunjuk -
petunjuk kecil yang ada dalam sebuah kasus dan kemudian berusaha
menyelidiki lebih dalam dengan tekun demi mendapatkan hasil investigasi
yang diinginkan. Karena jurnalis harus melakukan observasi dan riset
mendalam dalam jangka waktu panjang untuk mencari bukti - bkti tertulis
maupun wawancara dengan narasumber. Dan hal yang harus diingat juga
adalah bahwa liputan investigasi harus memiliki dampak terhadap publik.
Sebuah liputan dapat disebut sebagai liputan investigasi bila memiliki
dampak terhadap publik / ada kepentingan publik di dalamnya.
Berikut adalah beberapa contoh dari liputan investigatif yang saya kutip dari Buku berjudul Media, Pemilu, dan Jurnalisme Investigatif
terbitan UNESCO Jakarta tahun 2005 dalam diskusi panel dengan Roderick
MacDonnel dari Institut Bank Dunia dengan tema "Jurnalisme Investigatif
dan Kemandirian Media" :
1. Tahun 2001 di Filipina terjadi pemecatan terhadap Presiden Joseph Estrada dikarenakan laporan investigatif dari Phillipine Center for Investigative Journalism
tentang kejahatan Estrada, teman - teman, dan keluarganya. Laporan
tersebut menjatuhkan Joseph Estrada dari kursi kepresidenan yang telah
ia duduki sejak Mei 1998.
2. Di
Thailand, Khun Prasong Lertratanawisute dari surat kabar bisnis,
Prachachart pada awal tahun 2000 memeriksa secara menyeluruh neraca
keuangan milik Sanan Kachoinprasart juga wakil Perdana Menteri. Dalam
tulisannya, Prasung mempertanyakan tentang dana pinjaman sebesar satu
juta dolla. Akhirnya The Counter Commision menindaklanjuti laporan tersebut dan kemudian Sanan pun mengundurkan diri.
3.
Di Ecuador,Amerika Latin, Presiden Bucaram telah diusir karena
ketidakmampuan mentalnya setelah sebuah berita investigatif mengungkap
bagaimana Presiden yang dikenal sebagai "El Loco" itu telah mengalihkan
dana yang diperolehnya saat Natal, yang tadinya ditunjukkan bagi kaum
miskin.
4. Di Venezuela, dua
berita investigatif telah mendapatkan penghargaan dengan dipercepatnya
kejatuhan Presiden Perez. Seseorang melaporkan bahwa Presiden telah
menyelewengkan dana sebesar 17 juta dollar.Yang lain menuduh bahwa Perez
dan dua ajudannya telah mendapat uang jutaan dengan mengubah mata uang
Venezulea ke dalam dollar sesaat setelah devaluasi.