Senin, 25 Februari 2013

Makalah Sejarah Perkembangan Public Relations di Indonesia dan di Dunia

0 komentar

Sejarah Perkembangan Public Relations di Indonesia dan di Dunia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini Public Relations telah mengalami perkembangan yang sangat cepat da siginifikan baik di Indonesia sendiri maupun di negara-negara lain di dunia. Sejarah Perkembangan Public Relations sendiri sejalan dengan perkembangan manusia, artinya sejak manusia ada, manusia butuh berkomunikasi untuk saling memahami satu sama lain dan sejak itu pula Public Relation ada.
Proses perkembangan Public Relations sendiri tidak selalu sama antara negara yang satu dengan negara lainnya karena proses sejarah perkembangan Public Relations itu sendiri tergantung pada situasi kondisi masyarakat yang cukup kompleks dan selalu berubah-ubah disetiap generasi.
Di masa mendatang Public Relations diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang pesat dan sangat luar biasa. Sejarah perkembangan Public Relations juga terkait dengan keberadaan manusia sebagai unsur-unsur pemberi informasi yang akan mengembangakan Puclic Relations itu sendiri.
Konsep dari Public Relations sendiri sebenarnya mengacu pada kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan memunculkan perubahan yang berdampak (Jefkins, 2004:2) itu sebabnya keberadaan suatu masyarakat dapat menjadi unsur berkembangnya public relations
1.2 Rumusan masalah
1.      Sejarah Perkembangan Public Relations di Indonesia
2.      Sejarah Perkembangan Public Relations di Dunia
1.3 Tujuan
1.      Mengetahui Sejarah Perkembangan Public Relations di Indonesia
2.      Mengetahui Sejarah Perkembangan Public Relations di Dunia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Perkembangan Public Relations di Indonesia

Sejarah perkembangan Public Relations di Indonesia secara konsepsional terjadi pada tahun 1950. Perkembangannya di Indonesia bergerak mengikuti kondisi politik dan dan kenegaraan saat itu. Namun, sejarah lain telah mencatat bahwa perkembangan Public relations telah ada sejak jaman kerajaan yaitu sejak jaman kerajaan Mataram dimana ada usaha penambahan senopati untuk menyebarkan “gosip” bahwa keturunannya akan menjadi pasangan sekaligus di lingdungi oleh Nyai Roro kidul.
Selang waktu berjalan dalam konteks Modern, sejarah public relations di mulai pada tanggal 18 agustus 1945, ketika Bung Karno memutuskan menunda sidang PPPKI untuk memberikan keterangan pada Pers tentang pemilihan presiden sebelum merumuskan UUD. Meski demikian, sebenarnya para pakar ahli Public Relations setuju kalau Humas secara otentik yang berlaku di Indonesia dimulai pada tanggal 17 agustus 1945.
Pada waktu itu pemerintah mulai menyadari perlunya rakyat untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Dimana saat itu Indonesia baru memindahkan pusat ibukota dari Yogyakarta ke Jakarta dan tentu saja proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap-tiap elemen marak dilakukan pemerintah.
Berawal dari pemikaran tersebutlah maka kegiatan Humas mulai di lembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatannya dilakukan lebih banyak keluar organisasi (onong. 1991; 12).
Pertamina adalah perusahaan Minyak swasta pertama di Indonesia yang menggunakan Public Relations. PR memang telah banyak di gunakan, konsepnya di pahami dan digunakan oleh pihak-pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan Implementasi. Selanjutnya pada tahun 1952, PR mulai ada pada perusahaan asing di Indonesia yaitu Stanvac Indonesia (milik Belanda-Amerika) yang menggunakan PR untuk mendekati pemerintah Indonesia.
Pada tahun 1954, Garuda Indonesia Airways mulai mengembangkan unit kegiatan PR dan secara resmi di terapkan dalam jajaran kepolisian. Tahun 1955, kegiatan ini di ikuti oleh Mabes polri dan beberapa instansi terkait. Kemudian di tahun 60-an, istilah “purel” sebagai akronim PR makin populer ketimbang term humas. Lalu pada tahun 1962, dari presidium kabinet PM juanda meginstruksikan agar setiap instansi membentuk bagian humas, tahun inilah yang menjadi cikal bakal adanya humas di Indonesia.
Jika semua ini dikaitkan dengan State of being dan sesuai dengan Method of communication maka istilah humas dapat di pertanggung jawabkan tapi jika ang dilakukan kepala humas hanya menjalin hubungan dengan eksternal maka hal ini kurang tepat jika dimaksudkan kedalam Humas. Bapak Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Public Relations di Indonesia menjadi 4 periode, yaitu :
a. periode 1 ( tahun 1962 )
Secara resmi di jelaskan bahwa Humas di Indonesia lahir melalui presidium kabinet PM juanda. Di dalamnya di jelaskan pula secara garis besar tugas ke humasan dinas, yaitu;
a. Tugas Strategi untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan oleh pemimpin hingga pelaksanaannya
b.Tugas Taktis untuk memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan komunikasi timbal balik dua arah supaya tercipta citra atas lembaga yang diwakili.
Periode tahun 1967-1971
Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) dengan tata kerja pelaksanaannya antara lain; Ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam pembangunan khususnya dibidang penerangan dan kehumasan, pembinaan dan pengembangan kehumasan. Tahun 1967 berdiri koordinasi antara humas departemen yang disingkat “Bakor” dan pada tahun 1970-1971 bakor diganti menjadi “Bakohumas” yang diatur melalui SK Menpen No. 31/kep/menpen/tahun 1971. Kerjasama ini menitik beratkan pada pemantapan koordinasi intergrasi dan singkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan.
2.      Periode tahun 1972-1993
Periode ini di tandai dengan munculnya Public Relations kalangan profesional pda lembaga swasta umum dengan indikator sebagai berikut;
a.       Pada tanggal 15 Desember 1972, berdiri organisasi yang disebut Perhimpunan Hubungan masyarakat Indonesia (PERHUMAS) sebagai wadah profesi humas oleh kalangan praktisi swasta dan pemerintah seperti; Wardiman Djojonegoro (mantan mendiknu) dan Marah Joenoes (matan Kahupnas pertamina). Pada konvensi nasional humas di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia yang disebut “KEKI”. Perhumas juga tercata sebagai anggota internasional public relations assosiation (IPRA) dan ASEAN PRO (FAPRO).
b.      Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta terbentuk Assosiasi Perusahaan Public Relatios (APPRI) dengan beberapa tujuan untuk mewujudkan PR yang independen, seperti;
v  Mewujudkan fungsi Public Relations yang jujur dan bertanggung jawab dengan kode etik
v  Memberi informasi terhadap klien bahwa APPRI memberi nasehat dalam public relations.
v  Mengembangkan kepercayaan umum terhadap public relations.
3.      Periode 1993-sekarang
Public relations berkembang di kalangan swasta bidang profesional khusus dengan indikator sebagai berikut;
a.       Pada tanggal 27 November 1995, terbentuk himpunan Humas Berbintang (H-3). Himpunan ini di peruntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS bidang  jasa perhotelan, berkaitan erat dengan organisasi PHRI (perhimpunan Hotel dan Restoran di Indonesia).
b.      Tanggal 13 september 1996, diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan (FORKAMAS) oleh gibernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para pejabat HUMAS (Public Relations Officer), baik bank pemerintah (HIMBARA), swasta (PERBANAS), dan asing yang beroperasi di bidang jasa perbankan di Indonesia.
c.       Keluarnya SK BAPEPAM No. 63/1996, tentang wajibnya pihak emitmen (perusahaan yang go public) di pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya yang memiliki lembaga Secretary.
d.      Berdirinya PRSI (Public Relations Society of Indonesia) pada tanggal 11 November 2003 di jakarta. Ini menyerupai PRSA (Pubic Relations society of Amerika), sebuah organisasi profesional yang bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR profesional (APR) di Amerika yang di akui secara internasional.
e.       PRSI atau masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali di pimpin oleh August Parengkuan seorang wartawan senior harian kompas da mantan ketua perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadara, kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta partisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional dalam aktivitas secara nasional maupun internasional.
Meski dikatakan PR di Indonesia berkembang cukup pesat namun Public Relations di Indonesia sendiri lupa akan hakikinya. Seperti yang terdapat dalam sasaran PR yaitu Internal dan Eksternal Public. Namun sekarang, PR lebih intens terhadap eksternal public selain itu PR juga merupakan komunikasi dua arah (Reciprocal two ways traffic communications). Artinya, dalam PR penyampaiannya public relations di harapkan untuk menghasilkan umoan balik sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi evaluasi.
Pada periode pertama public relations di Indonesia secara struktural belum banyak yang bisa ditempatkan dalam top management karena orientasinya belum bisa dikatakan sebagai “PR Sejati” sebab berbeda dengan pengertian konsep PR yang di terapkan oleh Ivy L.Lee. Namun, meskipun begitu hingga kini perkembangan-perkembangan PR terus ada dan di Indonesia juga berkembang hingga bisa dikatakan “PR Sejati” hal ini merupakan akibat dari perkembangan teknologi yang membawa perubahan.
Sehingga kini, dapat disinkronisasikan dengan rumusan fungsi PR dari Departemen Penerangan R.I, yaitu;
1.      Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para karyawan.
2.      Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu masyarakat pada umumnya.
3.      Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan sebagai medium penerangan.
4.      Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama kegiatan Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.
Dari beberapa keterangan bisa disimpulkan bahwa sejarah perkembangan PR di Indonesia terus berkembang hingga saat ini dan tidak memperkecil kemungkinan kalau PR di Indonesia akan terus mengalami perubahan secara signifikan dari tahun ke tahun.
2.2  Sejarah Perkembangan Public Relations di Dunia

Public Relations adalah usaha yang di rencanakan secara terus menerus dengan sengaja untuk membangun dan mempertahankan hubungan timbal balik antar organisasi dan masyarakat dengan kata lain PR digunakan untuk menalin komunikasi. Proses Public Relations juga bisa di diskripsikan sebagai;
Researchà Plannig àAction àEvaluation
Seperti itulah proses yang terjadi dalam perkembangan Public Relations di Dunia. Dalam sejarahnya PR merupakan teknik menguat dengan adanya aktivitas yang di pelopori oleh Ivy L.Lee pada tahun 1906 yang berhasil menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika dan karena itu juga beliau di juluki “The Father Of Public Relations”. Disamping Ivy L.Lee ternyata masih ada beberapa tokoh PR lainnya seperti;
1.      paul Garret
2.      T.J Ross
3.      Erik Johnson
4.      Arthur W Page
5.      Carl Byois
6.      Verne Bernett
Penemuan tulisan membuat metode persuasi berbeda/berubah. Opini Public mulai di pertimbangkan etika era mesir kuno. Kemudian disaat yang bersamaan Yunani kuno juga mulai melakukan olympiade untuk bertukar opini dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat.
Dasar-dasar fungsi Humas di temukan saat Revolusi Amerika. Pada dasarnya maing-masing periode perkembangan memiliki perbedaan dalam strategi mempengaruhi public, menciptakan opini public demi perkembangan organisasinya. Meskipun begitu sebenarnya konsep public relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850 (Broom, 2000; 102). Public Relations sebenarnya merupakan landasan bagi masyarakat untuk saling memberi informasi, membujuk, dan mengintegrasikannya. Sejarah Public Relations di Dunia dibagi dalam beberapa periode, yaitu;
1.              PR as non organized activity periode ( Periode tahun 1700 – 1800 )
Periode dimana public relations muncul dalam bentuk aktivitas yang tidak terorganisasi dengan baik, dikala itu banyak diwarnai dengan kegiatan penyatuan pendapat rakyat umum untuk kemerdekaan/kebebasan dari perbudakan dan sistem kolonialisme yang melanda dunia. Kegiatan diwarnai dengan acara yang sederhana, penyelenggaraan pidato, pertemuan dan korespondensi antarindividu. Banyaknya deklarasi kemerdekan membuat periode ini disebut juga dengan periode “Public of Independence”
2.              Periode tahun 1801 – 1865 ( PR as organized activity periode)
Seiring dengan adanya kemajuan atau perkembangan bidang industri, keuangan, perdagangan dan teknologi. Aktivitas Public Relations mulai terorganisasi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari Pesatnya perkembangan hubungan perdagangan lokal, nasional maupun internasional. Periode ini disebut masa “PR of expansion” karena keberhasilan aktivitas PR/Humas dan pers yang mengkampanyekan anti perbudakan di kawasan Eropa, Amerika, dan negara maju lainnya.
3.              PR as professional ( Periode tahun 1866 – 1900 )
Pada masa ini, aktivitas PR berubah bentuk menjadi suatu kegiatan profesional. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dari kemajuan teknologi industri berupa meluasnya penggunaan listrik dan mesin pembakaran  (internal combustion engine). PR dimanfaatkan para robber barons (tuan tanah perampok) untuk kegiatan bisnisnya yang menganut asas laissez faire, sistem ekonomi monopoli yang tidak memperdulikan nasib rakyat/pekerjanya.Karena itu, Public Relations pada masa ini disebut masa “the public to be damned” periode (1811 – 1900).
4.              Public be informed periode ( Periode tahun 1901 – 1919 )
Aktivitas Public Relations pada masa ini adalah melakukan investigative reporting (reportase investigasi) untuk melawan para petani, populis, kristiani, sosialis dan serikat buruh yang memprotes keras tindak kejahatan yang dilakukan oleh para usahawan, politisi tidak bermoral serta koruptor. Mereka mengupah wartawan untuk membalas perlawanan tersebut dengan mempengaruhi berita yang dimuat di media massa. Tercatat dalam sejarah Public Relations. Pada tahun 1906 seorang paktisi dan sekaligus tokoh Public Relations Amerika Serikat Ivy Ledbetter Lee, berhasil mengatasi krisis pemogokan massal yang melumpuhkan kegiatan industri pertambangan batu bara  dan perusahaan kereta api Pennsylvania Rail Road melalui strategi Management of PR Handling and Recovery. Dia berkerja sama dengan pihak pers yang mengacu pada Declaration of Principles.
5.              The Public Relations and mutual understanding periode ( Periode tahun 1920 – sekarang )
Pada tahun 1923 PR/Humas dijadikan bahan studi, pemikiran dan penelitian di perguruan tinggi sebagai sebuah profesi baru. Perkembangan sekarang ini menunjukan adanya penyesuaian, perubahan sikap, saling pengertian, saling menghargai dan toleransi di berbagai kalangan organisasi dan publik.
Disamping ini semua sejarah perkembangan Public relations bisa dilihat dari beberapa gambaran kronologi seperti berikut ini;
1.      Abad ke-19     : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan  Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      1865-1900       : Publik masih dianggap bodoh
3.      1900-1918       : Publik diberi informasi dan dilayani
4.      1918-1945       : Publik diberi pendidikan dan dihargai
5.      1925                : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
6.      1928                : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata kuliah wajib.  Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu.
7.      1945-1968     : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8.      1968                : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1.      1968-1979       : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
2.      1979-1990       : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
3.      1990-sekarang :    
 a. perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan  pola perilaku secara nasioal/internasional.
 b. membangun kerjasama secara lokal, nasional,  internasional.
c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informas.
 BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari apa yang telah dibahas bisa di simulkan bahwa perkembangan Public Relations di Indonesia maupun di Dunia sama-sama berkembang dengan cukup pesat dan semua itu terjadi dikarenakan perkembangan teknologi juga perubahan jaman. Public Relations memberi kesempatan kepada tiap-tiap organisasi untuk melakukan perubahan dan mendekatkan diri kepada pihak eksternal organisasi. Baik perkembangan PR di Indonesia maupun di Dunia bisa di simpulkan bahwa meskipun perkembangan terus ada dan malah berkembang cukup pesat PR dari dulu hingga saat ini mempunyai satu tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat.
3.2 Saran
Perkembangan Public Relation saat ini di era modern berkembang dengan sangat baik bahkan dengan adanya banyak sekali perusahaan atau organisasi yang membuka kegiatan Public Relations. Jadi akankah lebih baik kalau PR bisa lebih berguna bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi dari yang sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

SEJARAH PUBLIC RELATIONS di INDONESIA

0 komentar

SEJARAH PUBLIC RELATIONS di INDONESIA



Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif  marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh.
            Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan  agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
            Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “ Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
            Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya  mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations.
            Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu sendiri. Seperti, Pertama, Sasaran PR adalah public intern (internal publik ) dan  public ekstern (Eksternal Publik). Internal Publik adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral manager. Eksternal Publik ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya.  Seperti Kantor Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan relasi kerja sama.
            Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah( reciprocal two ways traffic communications ). Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
             Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
            Maka tidak heran, di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Ironis memang, dalam kenyataannya pemimpin perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.    
            Namun, perkembangan PR di Indonesia semakin maju, sehingga kini dapat dikatakan sebagai “PR Sejati”. Hal ini, dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman.
Terbukti di periode kedua, pada tahun 1967-1971, terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tata kerja badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan.
            Di periode ketiga tahun 1972 dan 1987, munculnya PR kalangan profesional pada lembaga swasta umum, yakni didirikannya Perhumas ( Public Relations Associations of Indonesia ) pada tanggal 15 Desember 1972. Konvensi Humas di Bandung tahun 1993, telah menetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia ( KEKI ). Perhumas tercatat sebagai anggota International Public Relations Associations (IPRA) dan Forum Asean Public Relations Organizations ( FAPRO ).
            Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dibentuk suatu wadah profesi PR lainnya yang disebut Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia ( APPRI ), yang bergerak dalam konsultan jasa kehumasan.
            Di periode keempat, tahun 1995 hingga sekarang, perkembangan PR sangat pesat. Ternyata perkembangan PR tumbuh dikalangan swasta bidang professional khusus (spesialisasi) Humas bidang idustri pelayanan jasa. Ditandai terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang (H-3) pada tanggal 27 November 1995. Berdirinya Forum Humas Perbankan (Forkamas) pada tanggal 13 September 1996.
            Sehingga kini, dapat sinkron dengan rumusan Fungsi PR dari Departemen Penerangan R.I, yaitu :
-          Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para karyawan.
-          Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu masyarakat pada umumnya.
-          Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan sebagai medium penerangan.
-          Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama kegiatan Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com