Kamis, 06 Juni 2013

SISTEM KOMUNIKASI DIPERDESAAN

0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan saluran sosialisasi kebudayaan, yang mencerminkan bahwa komunikasi antar sesama adalah merupakan suatu yang harus dijaga dalam komunikasi di pedesaan, komunikasi tidak sekedar sebuah fenomena pertukaran informasi pengirim dan penerima pesan, lebih dari itu komunikasi merupakan upaya mencapai saling pengertian dan dari komunikasi inilah suatu kebudayaan diturunkan ke generasi selanjutnya. Kemudian komunikasi menyebarluaskan ide-ide baru sehingga menjadi nilai-nilai baru.Nilai-nilai baru ini biasanya muncul dari kreatifitas individu-individu dari kelompok-kelompok manusia.Komunikasi menyediakan kesempatan dan rentang waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut.Pada hakekatnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunikasi yang terpisah satu sama lain. Tetapi dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan. Dan desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri umum dari masyarakat pedesaan?
2. Adakah media yang berpotensi untuk menyebarkan informasi di pedesaan?
3. Bagaimana peran penyuluhan bagi pembangunan di pedesaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri umum dari masyarakat pedesaan.
2. Untuk mengetahui media apa yang berperan dalam menyebarkan informasi di pedesaan.
3. Untuk mengetahui peran penyuluhan  di pedesaan.
1.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka / literatur yang diambil dari berbagai sumber buku dan media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri Umum Masyarakat Desa
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat .Dimana ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggungjawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama didalam masyarakat.
Ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Di dalam masyarakat pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
2.      Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan ( Gemeinschaft atau paguyuban )
3.      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan ( part time ) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4.      Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.
Hubungan komunikasi masyarakat pedesaan lebih banyak menggunakan komunikasi antarpribadi karena masyarakat pedesaan belum begitu percaya terhadap media massa. Artinya, masyarakat lebih percaya terhadap informasi yang di sampaikan oleh seseorang yang patut di percaya.Dengan proses komunikasi antarpersonal yang terjadi di pedesaan yang biasa di sebut dengan istilah “gethok tular” artinya pesan komunikasi tersebut disampaikan secara lisan melalui satu orang kepada orang yang lainnya. Tidak hanya itu saja ketika berbicara mengenai hal yang baru yang belum diketahui oleh masyarakat desa, misalnya program KB pemasaran pelaksanaan program KB tersebut lebih efektif lewat lisan seperti yang pernah dilakukan oleh sebuah unit mobil di desa.
Namun, sejalan dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan pendidikan penduduk yang sudah mulai maju, komunikasi seperti itu lambat laun akan ditinggalkan.Dengan demikian, proses komunikasi melalui lisan atau antar persona akan cepat berubah apabila pembaharuan cepat diterima oleh masyarakat desa. Yakni dengan munculnya media yang yang berpotensi menyebarkan informasi seperti Koran Masuk Desa, Media Rakyat dan Media Tradisional.
2.2  Media yang Berpotensi  Menyebarkan Informasi
1. Media Rakyat
Pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar mereka adalah masyarakat tradisional terdapat berbagai media sosial sebagai sarana efektif saling berinteraksi.Media ini telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan menjadi media sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat, bahkan dari generasi ke generasi.Media ini dikenal sebagai media rakyat.Media rakyat adalah wahana komunikasi atau pertukaran informasi yang telah terpola dalam kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat. Media rakyat menuntut keterlibatan secara fisik individu dalam proses komunikasi (Sigman;124). Media rakyat menggunakan komunikasi tatap muka dalam bentuk komunikasi antar personal maupun komunikasi kelompok. Disini proses keterlibatan anggota menjadi sangat penting. Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur, menghibur dan sekaligus memasyarakat juga sangat dipercayaoleh kalangan masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen).Adapun fungsi media rakyat adalah sebagai berikut(Oepen, 1988):
1.      memberi saluran alternative sebagai sasaran bagi rakyat untuk mengemukakan kebutuhan dan kepentingan rakyat.
2.      Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dari isi media. Membantu menjembatani kesenjangan antara pinggiran dengan perkotaan.
3.      Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan dikalangan penduduk daerah pedesaan.
4.      Memberikan fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan mendorong diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
5.      Berguna bagi umpan balik system pemantauan dan pengawasan suatu proyek tertentu.
Bisa dikatakan bahwa Media Rakyat adalah bentuk komunikasi dengan memakai media massa sebagai salurannya. Media itu dari,oleh dan untuk rakyat artinya media yang menganggap kepentingan rakyat adalah hal yang utama. Media rakyat juga sangat berperan dalam membantu perkembangan masyarakat, sebab ia tumbuh dan berkembang di masyarakat.
2. Koran Masuk Desa
Koran masuk desa (KMD) adalah koran kota yang beredar di pedesaan. Pentingnya koran masuk desa tercermin dari tujuannya :
1.      Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai aspek-aspek pembangunan dan pembaruan. Sebab, masyarakat pedesaan masih berpegang teguh pada norma, nilai tradisi yang sangat bertolak belakang dengan pembangunan. KMD juga bisa mengubah prilaku dan kepercayaan yang menghambat pembangunan. Tentunya, informasi yang dikemukakan dalam KMD tidak bertolak belakang dengan adat istiadat stempat.
2.      Meningkatkan keterampilan terutama yang menyangkut cara hidup dan cara memenuhi kebutuhan hidup. KMD bisa menjadi agen pembaruan yang berperan mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.
3.      Memotivasi masyarakat untuk menimbulkan keinginan mengubah nasibnya serta bergerak dalam partisipasi pembangunan. KMD bisa menciptakan serta mendorong masyarakat pedesaan agar mampu dan terampil sehingga mendorong kreativitas dan inovasi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup mereka
4.      Meratakan informasi dalam rangka peningkatan arus komunikasi ke pedesaan. Untuk itu perlu dilakukan kerja sama yang baik antara pemerintah dengan KMD dalam hubungan yang saling menguntungkan.
Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan diatas, maka di usahan agar ada pengintegrasian lembaga-lembaga atau potensi yang mempunyai hubungan dengan pelaksanaan KMD. Lembaga yang biasanya terkait dengan KMD antara lain Kantor Kepala Desa dan aparatnya, lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, termasud pihak lain yang tak terlembaga namun berpengaruh langsung dengan KMD, seprti peran Opinion leader.
Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada umumnya, tentnya dari segi liputan reportase juga
berbeda karena perbedaan target, tujauan, misi, dan sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya meliputi desa.Kalaupun ada reportase di Kota presentasenya kecil, mungkin hal-hal yang berhubungan dengan pembaruan agar ditiru oleh masyarakat desa.
Namun demikian, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati, sebab KMD adalah koran kota yang beredar di pedesaan, sehingga perlu dihindari munculnya sinyalemen bahwa koran itu adalahkorankotabukankoranmasukdesa.Isi pemberitaan sudah selayaknya diprioritaskan pasa tokoh-tokoh desa yang masi mempunyai pengaruh dan wibawa yang tinggi. Sebab masyarakat desa masih memandang pemuka masyarakat sebagai pihak pemberi ” restu ” atau menentukan berbagai pembahruan masyarakat. Adapun kejadian yang sangat diminati adalah kejadia yang sangat dekat dengan masyarakat desa, misalnya peristiwa gunung meletus , banjir, kebakaran, cara becocok tanaman yang baik ,pemakaian pupuk yang efisien atau masalah perternakan yang diadopsi dari pengalaman di kota atau hasil penelitian orang kota disuatudesatertentu. Berdasarkan klasifikasi, isi KMD lebih menitik beratkan pada informasi atau pemberitaan, kemudian menyusul penerangan , penyuluhan ,pendapat umum dan artikel-artikel yang punya makna sosial budaya dan sosial ekonomi pedesaan. Yaitu, berita umum atau informasi 40%, penerangan 15%, penyuluhan 15%, pendidikan 10%, hiburan/olahraga 10%, rubrik pembaca/iklan 5%.Adapun jika dilihat ruang lingkup wilayah beritaatauasalwilayahreportaseadalahsebagaiberikut : Beritapedesaanregional(desa,kecamatan,kabupaten,provinsi):80%,Beritanasional:15%,Internasioanal:5%

Berita KMD tentunya akan diminati jika lebih dekat dengan pembacanya. Dalam istilah junalistik disebut proximity. KMD tentu akan menarik jika hal itu berhubungan dengan diri, keluarga, dan teman dekat atau desanya. Secara psikologis ini sangat menentukanefektiftidaknyaKMD.KMD berbeda dengan Media Rakyat. Media rakyat tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan. Jika media rakyat adalah media milik orang desa. Sedangkan KMD adalah koran yang direncanakan terbitnya di kota dan berkembang di pedesaan. Artinya KMD adalah koran milik orang kota untuk orang desa. Disini jelaslah perbedaan keduanya. Media rakyat dianggap lebih merakyat, sedangkan KMD tidak begitu merakyat. Alasannya, KMD adalah koran yang dibuat orang kota, memakai pola pikir orang kota untuk warga desa. Jadi KMD kurang mengakar di desa. KMD juga dibuat tak lepas dari usaha untuk mencapai keuntungan ekonomis. Sementara Media rakyat lebih menitikberatkan pada sisi ideal.
3. Media Tradisional
Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional. Yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Media tradisional seraing disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk – bentuk folklor tersebut antara lain cerita prosa rakyat(mite, legenda, dongeng); ungkapan rakyat(peribahasa, pepatah); puisi rakyat; nyanyian rakyat; teater rakyat; gerak isyarat( memicingkan mata tanda cinta); dan alat bunyi-bunyian( kentongan,gong,bedug dll).William Boscon (dalam Nurudin, 2004) mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklor sebagai media tradisional adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai sistem proyeksi. Folklor menjadi proyeksi angan-angan atau impian rakyat jelata, atau sebagai alat pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk stereotipe dongeng. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, cerita ini hanya rekaan tentang angan-angan seorang gadis desa yang jujur, lugu, menerima apa adanya meskipun diperlakukan buruk oleh saudara dan ibu tirinya, namun pada akhirnya berhasil menikah dengan seorang raja, cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
  2. Sebagai penguat adat. Cerita Nyi Roro Kidul di daerah Yogyakarta dapat menguatkan adat (bahkan kekuasaan) raja Mataram. Seseorang harus dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa yang ditunjukkan dari kemapuannya memperistri ”makhluk halus”. Rakyat tidak boleh menentang raja, sebaliknya rasa hormat rakyat pada pemimpinnya harus dipelihara. Cerita ini masih diyakini masyarakat, terlihat ketika masyarakat terlibat upacara labuhan (sesaji kepada makhluk halus) di Pantai Parang Kusumo.
  3. Sebagai alat pendidik. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, cerita ini mendidik masyarakat bahwa jika orang itu jujur, baik pada orang lain dan sabar akan mendapat imbalan yang layak.
  4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi. Cerita ”katak yang congkak” dapat dimaknai sebai alat pemaksa dan pengendalian sosial terhadap norma dan nilai masyarakat. Cerita ini menyindir kepada orang yang banyak bicara namun sedikit kerja.
Ranganath (1976), menuturkan bahwa media tradisional itu akrab dengan massa khalayak, kaya akan variasi, dengan segera tersedia, dan biayanya rendah. Ia disenangi baik pria ataupun wanita dari berbagai kelompok umur. Secara tradisional media ini dikenal sebagai pembawa tema. Disamping itu, ia memiliki potensi yang besar bagi komunikasi persuasif, komunikasi tatap muka, dan umpan balik yang segera. Ranganath juga memepercayai bahwa media tradisional dapat membawa pesan-pesan modern.Sifat-sifat umum media tradisional ini, antara lain mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah, dan sebagainya. Disssanayake (dalam Jahi,1988) menambahkan bahwa media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan simbol-simbol yang mudah dipahami oleh rakyat, dan mencapai sebagaian dari populasi yang berada di luar jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses komunikasi.
Beberapa kelebihan media tradisional dan seni tradisional dibanding media lain adalah:
1.      Tumbuh dan berkembang di masyarakat,sehingga dianggap sebagai bagian atau cermin kehidupan masyarakat desa. Di samping apa yang disuguhkan lebih mengena di hati masyarakat, melalui media tradisional juga bisa diselipkan pesan pembangunan, misalnya dalam cerita teater rakyat.
2.      Media rakyat harus dinikmati dengan jenjang pengetahuan atau pendidikan tertentu, sedangkan media tradisional bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.
3.      Seni tradisional sifatnya lebih menghibur sehingga lebih mudah mempengaruhi sikap masyarakat. Di samping itu, seni tradisional tidak perlu dinikmati dengan mengerutkan dahi.
Melihat fungsi media tradisional yang sedemikian besar, ia jelas punya fungsi yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan di pedesaan. Ia tidak dilakukan dengan komunikasi antarpersonal dan juga tidak memakai media massa modern, tetapi dengan alat tradisional yang memang hanya ada di pedesaan. Seni tradisional di masyarakat telah menjadi suatu pola dalam proses komunikasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Seni tradisional telah membantu perkembangan masyarakat baik yang menyangkut kepercayaan, perkembangan sosial dan budaya atau secara ekonomis. Bahkan, lewat seni tradisional itulah jati diri suatu kelompok masyarakat bisa terlihat.
2.3 Penyuluhan di Pedesaan
Penyuluh menurut Everet M.Rogers adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Fenomena penyuluhan pembangunan merupakan ciri khas di pedesaan. penyuluhan di pedesaan tersebut berbagi inovasi untuk kelangsungan hidup masyarakat desa. lewat penyuluh pembangunan diharapkan masyarakat desa mengetahui inovasi serta menerapkannya di kehidupan sehari – hari. Penyuluhan di pedesaan memiliki peran diantaranya :
1.      Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi. Seorang penyuluh ketika pergi ke desa sudah dibekali seperangkat pengetahuan dan pesan-pesan pembangunan atau pertanian yang harus disebarluaskan kepada masyarakat. Jadi, penyuluh menyampaikan pesan – pesan yang memang sudah digariskan oleh pemerintah untuk disampaikan kepada masyarakat
2.      Penyuluhan sebagai proses penerangan. Penyuluhan berfungsi sebagai sebuah proses penerangan pada masyarakat. Artinya, masyarakat yang belum tahu sebisa mungkin dibuat tahu terhadap pesan yang disampaikan
3.      Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku. Informasi yang disebarkan sebisa mungkin tidak sekedar memberikan pemahaman pada masyarakat, tidak pula hanya sekedar perubahan yang terjadi pada sikap mereka. Tetapi perubahan yang terjadi pada perilaku mereka.
4.      Penyuluhan sebagai proses pendidikan. Sebab, ada informasi/pesan yang disebarkan untuk memberikan pemahaman baru atau membenarkan terhadap asumsi yang keliru pada masyarakat pedesaan.
5.      Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial. Tak jarang jika penyuluhan yang dilakukan selama ini terkesan sebuah “rekayasa” sepihak pemerintah. Artinya, pemerintah adalah (menganggap) pihak yang aktif,sedangkan sasaran adalah masyarakat yang dianggap pihak yang pasif
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga.Ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Di dalam masyarakat pedesaan diantara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
2.      Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan ( Gemeinschaft atau paguyuban )
3.      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan ( part time ) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4.      Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya.
Sejalan dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan pendidikan penduduk yang sudah mulai maju, komunikasi seperti itu lambat laun akan ditinggalkan.Dengan demikian, proses komunikasi melalui lisan atau antar persona akan cepat berubah apabila pembaharuan cepat diterima oleh masyarakat desa. Yakni dengan munculnya media yang yang berpotensi menyebarkan informasi seperti Koran Masuk Desa (KMD), Media Rakyat (MR) dan Media Tradisional.
Penyuluhan di pedesaan berbagi inovasi untuk kelangsungan hidup masyarakat desa. lewat penyuluh pembangunan diharapkan masyarakat desa mengetahui inovasi serta menerapkannya di kehidupan sehari – hari.Kemudian penyuluhan di pedesaan memiliki peran diantaranya :
1.      Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi.
2.      Penyuluhan sebagai proses penerangan.
3.      Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku.
4.      Penyuluhan sebagai proses pendidikan.
5.      Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ranganath, 1976, Telling the People Tell Themselves, Media Asia 3
Amri Jahi, 1988, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, PT Gramedia, Jakarta

PENGERTIAN SILOGISME

0 komentar
BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas , tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif . dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas , serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self – destructive.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses pemikiran kita menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga. Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke kantor “ Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka .
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah sebagai mana yang telah kami tulis diatas maka maka perlu di susun suatu perumusan masalah , hal ini di maksudkan untuk tidak terjadinya kesalah fahaman dan penafsiran antara penenulis dengan pembaca. Dengan demikian maka perumusan masalah dalam makalah ini , penulis akan berpijak pada masalah yang telah di uraikan di muka . Adapun perumusan masalah yang di jadikan ukuran dalam makalah ini sebagai berikut,:
“ Apakah silogisme itu “
Dalam penulisan ini kami hanya terbatas pada Pengertian silogisme ,bagian – bagian silogisme dan macam- macam silogisme.
C. TUJUAN
1. Penulisan makalah silogisme ini betujuan agar dapat mengetahui Pengertian silogisme ,bagian – bagian silogisme dan macam- macam silogisme.
2. Dengan adanya makalah ini di harapkan menjadi masukan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada para pembaca khususnya pada rekan STAIN Pamekasan serta pada generasi penerus bangsa ini.
BAB I
SILOGISME
A. PENGERTIAN SILOGISME
Silogisme merupakan bagian yang paling akhir dari pembahasan logika formal dan dianggap sebagian yang paling penting dalam ilmu logika . Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum . hanya saja dalam teori silogisme kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan tersebut harus ada usur – unsur yang sama – sama dipunyai oleh kedua keputusannnya
Jadi tegasnya yang di namakan dengan silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan ( yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal ) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya [1]. Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan . [2]Contoh
1, Semua makhluk mempuyai mata , ( Primis Mayor )
2. Si kacong adalah seorang mahluk ( Primis Minor )
3. Jadi Si kacong mempuyai mata . ( Kesimpulan )
Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama – sam mahkluk dan salah satu dari keduanya universal ( Keputusan pertama ) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil bahwa Si kacong mempuyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua primis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus di kembalikan kepada kebenaran primis yang mendahuluinya.. Sekiranya kedua primis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang di tariknya juga adalah benar.
Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran primis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan . Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif, Argumentasi matematik seperti : a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c hal ini merupakan penalaran deduktif , Kesimpulan ang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada haketnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya , melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya , yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.[3]
B. Bagian Bagian Silogisme
Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian
  1. Bagian pertama adalah keputusan pertama , yang biasanya disebut premis mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan kesimpulan [4] , ada juga yang mengatakan primes adalah kata- kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan [5] atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran . Mayor artinya besar . Primis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogisme itu , dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam kongklusi ( kesimpulan )
Contoh : Semua makhluk mempuyai mata
  1. Bagian kedua adalah keputusan kedua , yang umunya di sebut dengan premis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor ( Kecil ) dari silogisme itu , dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam kongklusi.
Contoh : Si kacong adalah seorang mahluk
  1. Bagian ketiga adalah bagian – bagian yang sama dalam dua keputusan tersebut , yang biasanya disebut medium atau term menengah ( middle term ) , Karena ia terdapat pada kedua premis ( Mayor dan minor ) , maka bertindak sebagai penghubung ( medium ) antara keduanya , tetapi tidak muncul dalam kongklusi.
  2. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut kongklusi atau kesimpulan , adalah merupakan keputusan baru ( dari dua keputusan sebelumnya ) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor , juga benar dalam term minor Artinya kalau miming benar., Semua makhluk mempuyai mata , maka Si kacong yang menjadi bagian dari mahkluk adalah mempuyai mata
Si kacong mempuyai mata
C. Macam – macam silogisme.
Penyimpulan deduksi yang telah kita ketahui sekedarnya dapat kita laksanakan melalui teknik – teknik , silogisme kategosik baik melaui bentuk standarnya maupun bukan , Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung di katakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya di ambil secara sintetis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu , yang tidak terjadi dalam penyimpulan Eduksi. Dan pada saat ini Silogisme terdiri dari silogisme katagorik ,silogisme hipotetik, Silogisme disyungtif maupun melalui dilema. untuk lebih lanjut akan kami jelaskan berikut ini ;
1. Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik , Demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal , sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya . Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang valid [6]
Sekarang kita praktekkan bagaimana dua permasalahan dapat menghasilkan kesimpulan yang absah
Semua Manusia tidak lepas dari kesalahan
Semua cendekiawan adalah manusia
Pangkalan umum disini adalah proposisi pertama sebagai pernyataan universal yang di tandai dengan kuantifier ‘ semua ‘ untuk menegaskan sifat yang berlaku bagi manusia secara menyeluruh . Pangkalah khusussnya adalah proposisi kedua miskipun ia juga merupakan pernyataan universal ia berada dibawah aturan pernyataan pertama sehingga dapat kita simpulkan : semua cendikiawan tidak lepas dari kesalahan .
Bila pangkalan khususnya berupa proposisi singules prosedur penyimpulannya juga sama segingga dari pernyataan :
Semua tanaman membutuhkan air ( Premis Mayor )
M P
Padi adalah tanaman ( Primis Minor )
S M
Padi membutuhkan air ( Konklusi )
S P
Keterangan :
S = Subyek; P = Predikat M. = Middle term.
Kode – kode serupa membantu kita dalam proses untuk menemukan kesimpulan langkah pertama tandailah terlebih dahulu term – term yang sama pada kedua premis , dengan memberi garis bawah kemudia kita tuliskan huruf M . term lain pada premis mayor pastilah P dan pada premis Minor pastilah S. kemudian tulislah konklusinya dengan menulis secara lengkap term S dan P nya untuk menentukan mana perimis manyor tidaklah sukar karena ia boleh dikatakan selalu di sebut pada awal bangunan silogisme , term menengah tidak boleh kita sebut atau kita tulis dalam konklusi . begitulah dasar dalam memperoleh konklusi . namun demikinan kita perlu memperhatikan patokan – patokan lain agar di dapat kesimpulan yang apsah dan benar.
2. Silogisme Hipotetik : Adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang menetapkan atau mengingkari terem antecindent atau terem konsecwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme hipotetik tidk memiliki premis mayor maupun primis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung terem predikat pada konklusi , sedangkan primis minor itu mengandung term subyek pada konklusi .
Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian konsekuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau di pungkiri oleh premis minornya. Kita menggunakan istilah itu secara analog , karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebuh umum , maka kita sebut primis mayor , bukan karena ia mengandung term mayor. Kita menggunakan premis minor , bukan karena ia mengandung term minor , tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus[7]
Macam tipe silogisme hipotetik
a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan , saya naik becak
Sekarang Hujan .
Jadi saya naik becak.
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya , seperti :
Bila hujan , bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah .
Jadi hujan telah turun
c) Silogisme hipotetik yang premis Minornya mengingkari antecendent , seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya , seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
3. Silogisme disjungtif : adalah silogisme dimana premis mayor maupun minornya , baik salah satu maupun keduanya , merupakan keputusan disjunctive[8] atau ada juga yang mengatakan bahwa silogisme disjungtif adalah silogisme yang primis mayornya berbentuk proposisi disjungtive Contoh :
· Kamu atau saya yang pergi
· Kamu tidak pergi
· Maka sayalah yang pergi
Silogisme disjungtive mempunyai dua buah corak diantaranya : [9]
a) Akuilah satu bagian disjungtif pada premis minor, dan tolaklah lainnya pada kesimpulan . misalnya :
· Planet kita ini diam atau berputar.
· Karena berputar, jadi bukanlah diam.
Corak ini di sebut modus ponendo tolles.
b) Tolaklah satu bagian disjungsi pada premis minor , dan akuilah yang lainnya pada kesimpulan . Misalnya :
· Planet bumi kita ini diam atau berputar
· Planit bumi kita ini tidak diam
· Jadi . planet bumi kita ini berputar.
Corak ini disebut modus tolledo ponens.
N.B. Silogisme disjungtif bisa diplangkan ke silogisme kondisional . Misalnya :
· Apabila kamu tidak pergi, sayalah yang pergi .
· Kami tidak pergi .
· Maka sayalah yang pergi.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe[10] yaitu :
a) Primis minornya mengingkari salah satu alternative, konklusinya adalah mengakui alternative yang lain, seperti :
· Ia berada diluar atau di dalam
· Ternyata tidak berada di luar.
· Jadi ia berada di dalam.
· Ia berada di luar atau di dalam
· Ternyata tidak berada di dalam
· Jadi ia berada di luar.
b) Premis minor mengakui salah satu alternative, kesimpulannya adalah mengingkari alternative yang lain, seperti:
· Budi di masjid atau di sekolah
· Ia berada di masjid.
· Jadi ia tidak berada di sekolah.
· Budi di masjid atau di sekolah
· Ia berada di sekolah .
· Jadi ia tidak berada di masjid.
4. Silogisme Konjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berbentuk suatu proporsi konjungtif. Silogisme konjungtif hanya mempunyai sebuah corak, yakni: akuilah satu bagian di premis minor, dan tolaklah yang lain di kesimpulan . Misalnya :
· Tidak ada orang yang membaca dan tidur dalam waktu yang bersamaan .
· Sartono tidur .
· Maka ia tidak membaca
Nb. Silogisme konjungtif dapat di kembalikan ke bentuk silogisme kondisional, Misalnya ;
· Andaikata Sartono tidur, ia tidak membaca.
· Sartono tidur
· Maka ia tidak membaca.
5. Dilema , menurut Mundari dalam bukunya yang berjudul logika ia mengartikan Dilema adalah argumerntasi , bentuknya merupakan campuran antara silogisme hipotetik dan silogisme disyungtif . Hal ini terjadi karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis minornya satu proposisi disjungtif . Konklusinya, berupa proposisi disyungtif , tetapi bisa proposisi kategorika. Dalam dilema , terkandung konsekuensi yang kedua kemungkinannya sama berat . Adapun konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan . Dalam debat, dilemma dipergunakan sebagai alat pemojok , sehingga alternatif apapun yang dipilih , lawan bicara selalu dalam situasi tidak menyenangkan . [11]
Suatu contoh lkasik tentang dilemma adalah ucapan seorang ibu yang membujuk anaknya agar tidak terjun dalam dunia politik , sebagai brikut;
· Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu . Jika engkau berbuat tidak adil tuhan akan membencimu . Sedangkan engkau harus bersikap adil atau tidak adil . Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci.
· Apabila para mahasiswa suka belajar , maka motivasi menggiatkan belajar tidak berguna . Sedangkan bila mahasiswa malas belajar motivasi itu tidak membawa hasil . Karena itu motivasi menggiatkan belajar itu tidak bermanfaat atau tidak membawa hasil.
Pada kedua contoh tersebut , konklusi berupa proposisi disjungtif , Contoh pertama adalah dilemma bentuk baku , kedua bentuk non baku.
Sekarang kita ambil contoh dilema yang konklusinya merupakan keputusan kategorika.
· Jika Budi kalah dalam perkara ini , ia harus membayarku berdasarkan keputusan pengadilan . Bila ia menang ia juga harus membayarku berdasarkan perjanjian . Ia mungkin kalah dan mungkin pula menang . Karena itu ia harus tetap harus membayar kepadaku.
· Setiap orang yang saleh membutuhkan rahmat supaya tekun dalam kebaikan .
Setiap pendusta membutuhkan rahmat supaya dapat ditobatkan.
Dan setiap manusia itu saleh atau pendusta.
Maka setiap manusia membutuhkan rahmat.
Dilema dalam arti lebih luas adalah situasi ( bukan argumentasi ) dimana kita harus memilih dua alternative yang kedua – duanya mempuyai konsekwensi yang tidak diingi, sehingga sulit menentukan pilihan. [12]
Aturan – aturan dilema dan Cara Mengatasi Dilema
1. Aturan – aturan dilema :
· Disjungsi harus utuh . Masing – masing bagian harus betul – betul selesai, sehingga tidak ada kemungkinan lain . Apabila terdapat kemungkinan lain , hal akan merupakan jalan keluar. Tutuplah jalan keluar tersebut . Waspadalah untuk tidak tergelincir kedalam sofisme, yakni pemikiran yang nampaknya betul , tetapi sesungguhnya salah.
· Consequent haruslah sah disimpulkan dari masing – masing bagian.
· Kesimpulan yang ditarik dari masing – masing bagian , haruslah merupakan satu satunya kesimpulan yang mungkin diambil . Jika tidak , maka lawan kita akan sanggup mengambil kesimpulan yang berlawanan dengan kesimpulan kita.
2. Cara Mengatasi Dilema
Ada beberpa cara yang dapat kita pakai dalam mengatasi dilemma yang kita hadapi.
a. Dengan meneliti kausalitas premis mayor . Sering benar terjadi dalam dilema terdapat hubungan kausalitas tidak benar yang dinyatakan dalam premis mayornya. Dalam contoh diatas dikemukakan bahwa motivasi peningkatan belajar tidak berguna atau tidak membawa hasil . konklusi tidak benar , karena di tarik dari premis mayor yang mempuyai hubungan kausalitas tidak benar . Tidak semua mahasiswa yang tidak suka belajar mempuyai sebab yang sama . Dari sekian mahasiswa yang tidak suka belajar , bisa disebabkan kurang kesadaran , sehingga motiovasi sangat berguna bagi mereka. Untuk mengatasi dilemma model ini kita tinggal menyatakan bahwa premis tidak mempuyai dasar kebenaran yang kuat.
b. Dengan meneliti alternative yang di kemukakan. Mengapa, karena mungkin sekali alternative pada permasalahan yang diketegahkan tidak sekedar dinyatakan , tetapi lebih dari itu . Pada masa lalu seorang pemimpin sering berkata : Pilihlah Sukarno atau biarlah Negara ini hancur. Benarkan hanya Sukarno yang bisa menyelamatkan Negara ini ? Apakah tidak ada orang lain nyang bisa menggantinya ? Tentu saja ada , sehingga alternatifnya lebih dari dua.
c. Dengan contra dilemma.. Bila dilema yang kita hadapi tidak mengandung kemungkinan , maka dapat kita atasi dengan mengemukakan dilemma tandingan . Banyak sekali dilema yang di hadapi orang kepada kita merupakan alat pemojok yang sebenarnya tidak mempuyai kekuatan , maka dilema itu dapat dinyatakan dalam bentuk lain yang mempuyai konklusi berlainan dengan penampilan semula. Sebagai contoh adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa hidup ini adalah penderitaan , hendak memaksakan keyakinan itu dengan mengajukan dilemma kepad kita sebagai berikut:
Bila kita bekerja maka kita didak bisa menyenangkan diri kita. Bila kita tidak bekerja , kita tidak dapat uang . Jadi bekerja atau tidak bekerja , kita dalam keadaan tidak menyenangkan
Dilema itu dpat kita jawab dengan kontra dilemma sebagai berikut:
Bila kita bekerja, kita mendapat uang . Bila kita tidak bekerja kita dapat meyenangkan diri kita . Jadi bekerja atau tidak , selalu menyenangkan kita.
d. Dengan memilih alternative yang paling ringan . Bila dilema yang kita hadapi tidak mungkin kita atasi dengan teknik diatas , maka jalan terakhir adalah memilih alternatif yang paling ringan . Pada dasarnya tidak ada dilema yang menampilkan alternatif yang benar- benar sama beratnya. Dalam dilema serupa dibawah ini kita hanya dapat memilih alternative yang paling ringan . contoh
· Apabila tuan masih tercatat sebagai pegawai negeri , maka tuan tidak bisa menduduki jabatan tertinggi pada PT “ Buana Jaya “ ini . Untuk menduduki jabatan tinggi pada PT ini maka anda harus rela melepaskan status tuan sebagai pegawai negeri . Sementara itu anda berat melepas pekerjaan sebagai pegawai negeri , sedangkan bila tidak menjabat pimpinan pendapatan anda di PT itu tetap sedikit.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.
CATATAN PUSTAKA
1. Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi Jaya nyalaran Pamekasan 2001 )
2. Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan , Jakarta,2003 )
3. Tim media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter ,
4. Pius A partanto Dahlan Al Barry , Kamus Ilmiyah popular , ( Arkola Surabaya, 1994 )
5. Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta , 1994) ,
6. W. Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan ilmu ( pustaka gravika 1999 )


[1] Sunardji dahri tiam H. Drs. Prof , Langkah – langkah berpikir logis , cet 2 ( CV Bumi Jaya nyalaran Pamekasan 2001 ) 70
[2] Jujun s. suria sumantri filsafat ilmu sebuah pengantar popular, pustaka sinar harapan , Jakarta,2003 ) 49
[3] Ibid 49
[4]Tim media , Kamus lengkap bahasa Indonesia media senter , 427
[5] Pius A partanto Dahlan Al Barry , Kamus Ilmiyah popular , ( Arkola Surabaya, 1994 ) 621
[6] Mondiri H. Drs, Logika ( PT Raja Gravindo Persada Jakarta , 1994) , 100
[7] Ibid. Mundari., 130
[8] Ibid. Sunardji, 80
[9] W. Poespoprodjo, Dr, Sh, SS Phd, LPh Logika scientivika pengantar dialektika dan ilmu ( pustaka gravika 1999 ) 222.
[10] Ibid , Mundari ,135
[11] Ibid , Mundari ,138
[12] Ibib , Mundari ,140
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com