BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian sifat ma’ani
Sifat ma’ani adalah sifat yang diwajibkan bagi zat Allah suatu hukum atau sifat yang pasti ada pada Dzat Allah(Drs.Sidi Gazalba,1948)[1]. Dalam sifat ma’ani tersebut hendaknya seorang hamba mengitikadkan dengn keteguhan hatinya akan sifat-sifat Allah SWT., baik yang wajib, mustahil maupun yang jaiz. Serta ijmali(keseluruhan) ia haruz beritikad dengan seteguh hati, bahwa Allah itu wajib mempunyai semua sifat kesempurnaan yang sesuai dengn keadaan ketuhanan- Nya, yang mustahil bersifat dengn segala macam sifat kekurangan, serta jaiz bagi Allah untuk melakukan setiap yang mungkin atau meninggalkannya. Seorang hamba itu wajib pula mengitikadkan secara tafsili ( terperinci) sifat-sifat Allah yang menunjukkan kesempurnaan-Nya yang berjumlah tiga belas dan mengitikadkan lawan –lawan dan sifat- sifat tersebut. Dalam sifat-sifat itulah terkandung ketuhanan-Nya serta keagungan rubbubiyah-Nya.(Afandi Husen syyad,1999 : 8)[2].
- Pembagian sifat-sifat ma’ani
Sifat ma’ani terdiri dari 7 sifat yaitu :
- Qudrah(maha kuasa)
- Iradat(maha berkehendak)
- Ilmu( maha mengetahi)
- Hayat( maha hidup)
- Sama’( maha mendengar)
- Bashor( maha melihat)
- Kalam( maha berfirman)
- Qudrah
Qudrah ( maha kuasa) adalah sifat azali yang berada pasti pada Zat-Nya Allah S.W.T yang kuasa menjadikan dan menghancurkan setiap yang mungkin sesuai dengan Iradah-Nya.
Artinya: “ dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan allah baik dilangit maupun dibumi. Sengguhnya Allah maha mengetahui lagi maha kuasa.”( al- fatir: 44)
Yang dimaksud dengn sifat qudrah atau kuasa ini adalah Allah mengadakan alam serta apa saja yang terdapat didalamnya ini,dengan berbagai keadaan,misalnya alam binatang,alam tumbuh-tumbuhan, alam logam yang mengandung beratus-ratus ribu macam yang menyebabkan setiap orang tertarik untuk menyelidikinya. Karena itu,sangat mustahil karena Dzat yang mengadakan alam, yang dengan keagungan dan kebenaran ini bersifat lemah atau ‘Ajz serta tidak kuasa. Sebagai tuhannya sekalian alam semesta ini, bersifat kuasa atau qudrah dan mustahil sebaliknya . yakni Ajz atau lemah( Afandiy Husein Sayyid, 1999: 31)[3]
- Iradah
Iradah (maha berkehendak) adalah sifat azali yang berada pada Zat-Nya Allah SWT.,menentukan sesuatu yang mungkin dengn suatu sebagian yang boleh terhadapnya.
Yang dimaksud dengan sifat iradah atau berkehendak adalah Adapun alam ini tidak lah terjadi dengn sendirinya, tetapi ada yang menciptakannya yaitu Allah SWT., yang mahasuci. Kalau demikian dapat dikatakan, bahwa barunya alam ini adalah dari Allah SWT.dan dilakukan dengan jalan iradah dan ihktiar Allah SWT. dan ditentukan pula waktu menciptanya itu. Karena itu, sama sekali dengn tanpa iradah dan ikhtiar allah karena allah maha berkehendak serta mempunyai pemilihan untuk kehendak- Nya itu mustahillah sebaliknya,yakni karaahiyah atau terpaksa.
- Ilmu
Ilmu (maha mengetahui) adalah sifat qodimyang berada pada Zat-Nya Allah swt. mengetahui seluruhsesuatu yang bersangkutan pautdengn sekalian yang wajib,mustahil, dan boleh tanpa didahului oleh sesuatu yang menutupi pengetahuan-Nya.
Artinya: “ allah tidak ada tuhan (yang hendak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus(makhluk-Nya); tidak ngantuk tidak tidur. Kepunyaannya apa yang dilangit dan dibumi. Tiada yang dapat memberi syafaat disisi allah tampa izin-nya. Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-nya. Kursi allah meliputi langit dan bumi. Dan allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah maha tinggi lagi maha besar”(al-baqarah:255).
Yang dimaksud hayat atau maha hidup adalah allah pasti memiliki sifat-sifat yang mulia seperti kuasa, berkehendak , mengetahui, dan lain-lain. Buktinya bahwa allah itu maha hidup, ialah bahwa sekiranya allah itu mati, maka tidak pantaslah allah SWT. memiliki sifat yang mulia itu. Maka yang wajib adalah sebaliknya yakni hayyaah atau hidup. ( Afandiy Husein Sayyid, 1999: 34)[5]
- Sama’
Sama’(maha mendengar) adalah sifat yang qodim berdiri pada zat-nya allah SWT., maha mendengar dari seluruh yang ada baik suara ataupun selainnya.
Artinya: “janganlah kamu berdua khwatir, sesungguhnya aku beserta kamu berdua,aku maha mendengar dan maha melihat”. (Thaha:46). )
Yang dimaksud dengan sama’ atau maha mendengar adalah cara mendengarnya bukanlah dengan menggunakan telinga atau menggunakan alat pendengar biasa, dengan itu terbukalah bagi-nya semua apa yang terdengar dialam dan seisinya ini. buktinya bahwa allah itu maha mendengar ialah bahwasanya sifat tuli itu adalah sesuatu kekurangan dan bahwa Allah maha pencipta alam yang sempurna dan bahkan sebagian mahluk-nya diberi kekuatan untuk mendengar yang merupakan kenikmatan yang terbesar, maka sangat mustahillah kalau dia memiliki kekurangan.
- Bashor
Bashor ( maha melihat) adalah sifat yang qodim yang terdiri pada zat allah SWT. maha melihat sesuatu yang ada, baik yang jelas, yang tersembunyi,maupun yang samar-samar.
Allah berfirman:
Artinya: “ Tidak ada suatupun yang serupa dengan dia, dia-lah yang maha mendengar lagi maha melihat”. ( as- Syura:11)
Yang dimaksud dengan bashor atau maha melihat adalah dengan ini allah SWT. melihat segala apa yang terlihat dialam dan seisinya . buktinya ialah bahwasanya sifat buta itu sangat mustahil bagi Allah SWT. adalah pencipta alam yang sempurna ini,dan Allah SWT memberi sebagian mahluknya sifat penglihatan.
- Kalam
Kalam( maha berbicara) adalah sifat yang qodim yang berdiri pada zat-nya allah yang maha berbicara tanpa menggunakan huruf dan suara, tanpa i’rab dan bina’ dan maha suci dari sifat-sifat kalam yang baharu.
Allah berfirman:
Artinya: “ dan allah telah berbicara kepada musa dengan langsung”.(An-Nisa:164).
Yang dimaksud dengan sifat kalam atau maha berbicara ialah dengan ini allah menfirmankan segala kewajiban,kemustahilan dan kejaizan,baik yang telah, sedangkan atau sedang berlangsung. Maka sifat itu pula yang digunakan Allah untuk memberi pengertian pada hambanya yang dikehendaki. Buktinya ialah bahwasanya bisu itu adalah sesuatu kekurangn dan mustahil sekali sifat kekurangan itu bagi allah yang menciptakan alam dan seisinya ini, dan Allah SWT,pun memberikan sebagian mahluknya untuk dapat berbicara karena Allah mustahil bersifat bisu. ( Afandiy Husein Sayyid, 1999: 37)[6]
[1] Gazalba sidi, Ilmu Islam I Ajaran Islam Pembahasan Ilmu & Tasawuf Tentang Rukun Islam, hlm 8.
[2] Afandy Husein Sayyid. Memperkokoh akidah Islamiyah dalam persektif ahlussnahwaljamaah. Cet 1. Ramadhan 1419 H/ Januari 1999 M.
[4] Abduh syekh Muhammad, Risalah Tauhid, Diterjemahkan Oleh Firdaus A. N.
0 komentar:
Posting Komentar