MAKALAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI
“APLIKASI PSIKOLOGI KOMUNIKASI
DALAM BIDANG
PUBLIC
RELATION”
Dosen
Pembimbing : Dani Sartika, M.Si
DISUSUN OLEH :
1. ARJAMUDIN
JURUSAN PUBLIC
RELATION FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil
alamin. Puji syukur kepada Allah SWT. Karena atas berkat rahmat, nikmat serta
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Komunikasi ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Salawat beserta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karena berkat beliau kita
semua dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Adapun maksud
disusunnya makalah ini adalah sebagai tugas tersrtuktur dalam mata kuliah Psikologi
Komunikasi. Pada kesempatan ini pula penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya, kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberi motivasi dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena mengingat adanya
keterbatasan referensi dan pengetahuan penulis miliki. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca untuk kesempurnaan dan kemajuan penyusunan selanjutnya. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pengetahuan kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah
suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk
menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan
masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam
menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan
kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana
yang dapat memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun
masyarakat yang terkait.
Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen
untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja
yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga
mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Public relation atau hubungan masyarakat masih
merupakan bidang baru terutama di Indonesia. Lahirnya public relations seperti
yang dipraktekan sekarang ialah karena adanya kemajuan-kemajuan dalam berbagai
macam bidang itu. Kemajuan yang sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat, memisahkan manusia kedalam berbagai kelompok atau golongan,
yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan berusaha untuk mencapai tujuan
itu dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan
hal-hal tersebut, maka untuk menciptakan kerja sama, public relations merupaka
suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini, dimana orang-orangnya bergerak
diberbagai bidang, misalnya dalam bidang industri, perusahaan, pendidikan,
pemerintahan, kerokhanian, social ekonomi, politik perburuan dan sebagainya.
Banyak orang tidak percaya dan sulit mempercayai
bahwa humas bermanfaat bagi organisasi atau lembaganya, anggapan itu
dikarenakan kesalahan penerapan humas itu sendiri, penerapan humas terkadang
cenderung tidak terintegrasi dengan bagian yang lain, dan tidak terencana
dengan baik , padahal humas tidak beda dengan fungsi manajemen yang lainnya,
yang memerlukan perencanaan, pengorganisasian, aksi dan evaluasi, dalam arti
kerja humas haruslah terencana dengan baik, dan dirumuskan tujuannya serta
ditentukan tingkat keberhasilannya.
Pendekatan public relations memang tidak harus
dilihat semata-mata sebagai aparat kelembagaan, seperti dalam wujud Bagian
Humas atau Biro Humas. Yang utama, memang, penerapannya sebagai metode
komunikasi oleh tiap karyawannya. Mengingat diperlukan waktu panjang untuk
mengusahakan tiap karyawan mampu menerapkan public relations sebagai metode
komunikasi dalam kehidupan dan kegiatan sehari-harinya, hadirnya public
relations sebagai lembaga di lingkungan pemerintah kabupaten dan kota masih
diperlukan.
Selain dua pendekatan itu, masih dimungkinkan
pendekatan ketiga yakni peran humas dirangkap top manager atau perangkat
pemerintah lain. Kemungkinan lainnya, pemerintah mempekerjakan konsultan jasa
di bidang public relations yang berada di luar struktur pemerintahan,
terus-menerus atau secara insidental.
Dalam era ini humas sebagai salah satu fungsi
manajemen dalam lingkungan pemerintah kabupaten atau kota perlu tetap
dipertahankan bahkan harus ditingkatkan perannya. Peningkatan perannya dengan
jalan memperbarui dan menyesuaikan konsep humas pemerintah yang selama ini kita
kenal, dan menerapkan konsep public relations dalam manajemen modern selaras
tuntutan dan tantangan era Orde Reformasi, era Masyarakat Informasi dan era Otonomi
Daerah.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN TENTANG PUBLIC RELATION
Public Relations yang
diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyai dua
pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik
komunikasi atau technique of communication dan
kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of
communication (Abdurrahman, 1993: 10). Konsep Public Relations sebenarnya
berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui
kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihat Jefkins,
2004: 2).
Public Relations menyangkut
suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua organisasi (non profit -
komersial, publik- privat, pemerintah - swasta). Artinya Public Relations jauh
lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telah lebih
awal.
Dewasa
ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya,
terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas.
Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain
memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang
diwakilinya.[2]
Selama
ini saya melihat bahwa pemahaman Public Relations (yang di Indone-siakan
sebagai “Hubungan Masyarakat (Humas) secara kurang tepat) dan kompetensi yang
dibutuhkan seorang PRO masih di bawah profesional. Pelaku Public Relations kita
yang bersikap reaktif/bohong dan menutup tutupi (cover up) pasti tidak berhasil
dengan fungsinya dan menjadi bahan tertawaan publiknya (meskipun tidak secara
terbuka).
Seorang
pimpinan yang menunjuk seorang atau beberapa PRO yang hanya bisanya komunikasi
satu arah di mana publik harus manggut-manggut takut dan dibentak-bentak,
berarti pemimpin itu gagal dalam memahami fungsi Public Relations. Kalau gagal,
pemimpin harus mengulangi kembali pencarian talenta (search for talents) yang
benar benar menjiwai fungsi itu.
Secara
profesional lima kompetensi dan kredibilitas merupakan tuntutan :
Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.
Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari.
Kedua,
kemampuan mengorganisir. Kemampuan ini tidak hanya menjadwalkan pertemuan,
memprogram acara pertemuan, tetapi justru mengantisipasi komunikasi dwi arah
yang subur, sekalipun dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan
untuk langkah-langkah yang mendetail karena mewakili organisasi. Keteraturan
mengorganisasikan pertemuan, kunjungan, dialog, sponsorship tanpa terlalu
menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk kemampuan itu.
Ketiga,
kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini ketrampilan tukar pikiran
dialogis dengan berbagai publik dari segala lapisan. Dasarnya menghargai publik
dan tidak menjauhinya atau membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO
itu benar apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal.
Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku
“propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts”.
Ke-empat,
integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan citra organisasinya betapa
pun kurang sukses atau penuh kelemahan, harus tetap memiliki integritas.
Integri-tas itu mencuat karena dapat diandalkan (reliability), dan tidak
memihak dalam menyajikan informasi (impartiality of his information), membangun
respek karena profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang
lain, tetapi kalau tidak profesional dalam Public Relations, sebaiknya
“menggugat diri” apakah fungsi itu tepat baginya.
Kelima,
memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif, mampu memecahkan masalah,
dan imajinasi untuk membuat komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu
konstruktif dan menyenangkan publik yang kritis analitis.
Menjadi
PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil mengikuti kursus pendek
1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah yang dipajang di tembok kantornya.
Pengetahuan dasar harus diberi muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani
menelan pil yang pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah
kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu publik,
mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah suatu langkah pertama
ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya.
PR
menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwi-arah baik melalui media
maupun langsung dengan mendatangi publik publik yang dimaksud untuk memahami
tekad itu. Proses pembaruan pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus
berkesinambungan tanpa banyak gebyar-gebyar.[3]
B.
HUBUNGAN
MASYARAKAT (PUBLIK RELATIONS)
1) Kegiatan-kegitan Humas
Kegitan humas pada hakikatnya adalah kegiatan
berkomunikasi dengan berbagai macam simbol komunikasi,verbal maupun
nonverbal.Kegiatan komunikasi verbal,sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari
menulis proposal,artikel,progress report,menulis untuk presentasi,menulis untuk
pers (press release),membuat rekomendasi dan sebagainya.Sedangkan verbal lisan
antara lain jumpa pers,guest guide/open huose.announcer,presenter,desk
informations dan sebagainya.Kegiatan komunikasi nonverbal meliputi
penyelenggaraan pameran,seminar,special event,riset/peneliian,pers kliping dan
sebagainya.
Kegiatan terbesar humas adalah
menulis,editing,media relations,special
event,berbicara,produksi,riset,programming dan konsultasi.Sedangkan penggunaan
kegiatan yang menggunakan wakti terbesar adalah untuk koordinasi,perencanaan
dan negosiasi
Kegiatan-kegiatan kehumasan meliputi;
§
Customer relations seperti membangun hubungan baik
dengan pihak luar,maksudnya menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan
public dan hubungan dengan konsumen.
§
Employee relations, seperti
membangun hubungan antara pimpinan dengan bentuk kerjasama dan komunikasi yang
baik antara atasan dan bawahan.
§
Community relations, seperti
membangun hubungan baik dengan pihak-pihak yang selama ini telah melakukan
kerja sama dengan perusahaan yang kita wakili, menjaga hubungan yang baik
dengan masyarakat sekitar perusahaan dan komunitas-komunitas masyarakat
tertentu.
§
Government relations, seperti
menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah.
§
Media Relations, seperti
menjalin hubungan baik dengan media, karna kerja humas tidak akan pernah berhasil
tanpa adanya kerjasama yang baik dengan media, jadi hubungan itu harus dijaga
dengan baik dan tidak ada yang dirugikan.
Hal-hal
yang tidak boleh dilakukan oleh seorang humas adalah:
a) Menyalahgunakan
kepercayaan, ini dapat berupa membocorkan rahasia, korupsi dll
b) Memberikaninformasi-informasiyang
tidak dapat dipertanggungjawabkan, yang sumbernya tidak jelas dan tidak dapat
dicek.
c) Mengadakan
kerja sama dengan individu atau kelompok yang dapat merugikan individu-individu
lainnya, baik dari segi moral maupun segi lainnya.
d) Menggunakan
metode-metode, cara-cara, teknik-teknik manipulasi yang dapat mengakibatkan
sseorang atau orang akan kehilangan kebebasannya untuk bertindak sebagai
respons terhadap tindakan-tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2) Fungsi Humas
Dalam buku Public Relations : Teori dan Praktek
yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993) disebutkan dua fungsi PR yaitu :
a.
Fungsi Konstruktif
Dianalogikan sebagai “penata jalan “.Jadi, humas
merupakan “garda” terdepan yang dibelakangnya terdiri dari “rombongan”
tujuan-tujuan perusahaan.Peranan humas dalam hal ini mempersiapkan mental
publik untuk menerima kebijakan organisasi untuk mengetahui kepentingan
publik,mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk direkomendasikan
kepada manajemen,menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian,percaya
dan saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik atau organisasi yang
diwakilinya.
b.
Fungsi Korektif
Berperan sebagai pemadam kebakaran,yakni apabila
sebuah organisasi atau lembaga terjadi masalah-masalah atau krisis dengan
publik,maka humas harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah
tersebut.
Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa
fungsi PR meliputi hal-hal berikut
- 1Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
- Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.
- Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
- Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik,baik internal maupun eksternal.
3) Peranan Petugas Humas
Peranan humas dapat dibedakan menjadi 2 yakni
peranan manajerial yang dikenal dengan peranan di tingkat messo (manajemen)
dapat diuraikan menjadi 3 peranan,yakni expert pereciber communication,problem
solving process facilitator dan communicatoin facilitator dan juga peranan
teknis .Sehingga bisa dijelaskan lebih jauh terdapat 4 peranan yakni :
a. Expert
Pereciber Communication (Ahli resep Komunikasi)
Petugas PR DIANGGAP SEBAGAI ORANG AYNG AHLI.Dia
menasehati pimpinan perudahaan/organisasi.Hubungan mereka diibaratkan seperti
hubungan dokter dan pasien.
b. Problem
solving process facilitator (Masalah Fasilitator Proses Pemecahan)
Yakni petugas humas melibatkan diri atau
dilibatkan dalam setiap manajemen/krisis.Dia menjadi anggota tim bahkan bila
tidak memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
c. Communicatoin
facilitator
Petugas humas sebagai fasilitayor atau jembatan
komunikasi antara publik dengan perusahaan sebagai media atau penegah bila ada
misscommunication.
d. Technician
Communication
Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis
komunikasi yang menyediaka layanan di bidanh humas.
4) Bidang Humas
a) Tulisan-tulisan humas (dan
berbagai bentuk atau isi dari komunikasi kreatif humas lainnya seperti
jurnal-jurnal internal dan kaset video tentang organisasinya) harus sepenuhnya
factual dan informative,serta tidak boleh melebih-lebihkan seperti yang sering
kita temukan pada tulisan-tulisan iklan(free of puffery).Untuk menjamin
kredibilitas,kegiatan-kegiatan humas haruslah bersifat edukatif ,jauh dari
nuansa emosional atau dramatic (seperti naskah iklan)dan menghindari
kecenderungan memuji diri sendiri.Oleh karena itu,[penulisan naskah humas
memerlukan keterampilan yang berbeda dari yang dituntut dari naskah iklan.
b) Humas juga dipakai oleh
berbagai organisasi yang tidak terlibat dalam periklanan.Sebagai contoh dinas
kepolisian tidak mengiklankan jasa pengamanan,namun mereka senantiasa melakukan
kegiatan-kegiatan humas agar seluruh anggota masyarakat mengetahui keberadaan
dan fungsinya.
c) Humas terutama berurusan
dengan para editor dan produser di media.
d) Humas dialamatkan pada
segenap golongan atau kelompok orang yang kepadanya suatu organisasi harus
berkomunikasi.Mereka boleh jadi bukan pembeli barang atau jasa perusahaan
tersebut,akan tetapi memiliki arti yang sangat penting bagi para perusahaan
atau organisasi yang bersangkutan ;misalnya saja investor atau para pekerja.
e) Komponen-komponen pokok
biaya pada humas adalah untuk sewa ruang
,siaran dan produksi. Pada humas biaya terbesr adalah waktu karena humas
sifatnya padat karya,ditambah ongkos-ongkos produksi seperti untuk mencetak
jurnal-jurnal intern atau membuat kaset video mengenai perusahaan.
f) Media yang dipakai humas
jauh lebih beragam,bahkan masih ditambah lagi dengan media-media yang
diciptakannya sendiri seperti jurnal intern, slide, video, tape,
pameran-pameran tentang perusahaan, bahkan pendidikan,seminar dan sponsor.Yang
disebut belakangan kini menjadi alat humas kian penting.
g) Imbal jasa yang diterima
oleh konsultan humas bergantung terutama pada biaya yang dihitunh berdasarkan
waktu yang telah dihabiskannya untuk melayani klien dan mereka jarang menerima
komisi ataupun potongan harga dari pihak media.
h) Mayoritas personal atau
tenaga kerja professional dibidang humas tidak bekerja dikantor konsultan
melainkan diperusahaan atau organisasi lainnya (di divisi / departemen humas
yang menjadi salah satu bagian dari struktur organisasi yang bersangkutan).
Oleh sebab itu adalah keliru jika ada anggapan bahwa dunia humas didominasi
oleh para konsultan, betapa pun kiprah mereka memang tampak begitu menonjol.
Aktor yang memegang peran utama dalam dunia humas pada umumnya adalah
professional yang bekerja di perusahaan selain konsultan humas.
i)
Sasaran utama humas bertujuan menciptakan saling pengertian diantara
segenap khalayaknya (khalayak dalam humas bias berarti para anggota atau
pegawai organisasi itu sendiri) mengenai kedudukan perusahaan atau citra yang
tepat tentang produk atau jasanya
5) Tugas Humas
Ada 3 tugas humas dalam organisasi yang
berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas yakni :
a. Menginterpretasikan
, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik,kemudian
direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi.
b. Mempetemukan kepentingan
organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
c. Mengevaluasi
program-program organisasi/lembaga,khususnya yang berkaitan dengan publik.
[1] http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2011/10/makalah-dasar-dasar-humas-pendahuluan.html.
Diakses pada tanggal 5 Desember 2012. Jam 2:35 WIB
[2] http://abdiaghoenk.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[3]
http://abdiaghoenk.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
0 komentar:
Posting Komentar