Makalah Radio (Radio Siaran)
DASAR PEMIKIRAN
Penyebutan istilah radio pada umumnya masih rancu. Pengertian pertama adalah: alat/pesawat untuk mengubah gelombang radio menjadi gelombang bunyi/suara. Sedang pengertian lainnya adalah gelombang radio yang merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik. Pada dasarnya radio dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari suatu stasiun dan dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah, dimobil, di kapal dan sebagainya.
Radio merupakan salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi. Radio pertama kali ditemukan oleh Marconi pada tahun 1896. pada awalnya radio berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan berita ataupun untuk kepentingan kenegaraan secara umum. Radio publik atau komersil baru muncul pada tahun 1920-an. Sejak itu perkembangannya berkembang pesat. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi Sistem komunikasi radio adalah sistem komunikasi yang tidak menggunakan kawat dalam proses perambatannya, melainkan menggunakan udara atau ruang angkasa sebagai bahan penghantar.
2.1 PENGRTIAN RADIO DAN SEJARAHNYA
Definisi Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara)
Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu: penyampaian
informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang
memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar
dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal
dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda)
artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang
berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan
pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya
untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat
dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.
Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah :
1. Spektrum frekuensi radio
2. Sarana pemancaran/transmisi
3. Adanya siaran (program atau acara)
4. Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5. Dapat diterima secara serentak/bersamaan
Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah :
1. Spektrum frekuensi radio
2. Sarana pemancaran/transmisi
3. Adanya siaran (program atau acara)
4. Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5. Dapat diterima secara serentak/bersamaan
Di sini yang pertama-tama dimaksud dengan istilah radio bukan hanya
perbedaannya, bukan pula bentuknya, akan tetapi mencakup bentuk fisik
dan kegiatan radio yang saling menjalin dan tidak terpisah satu sama
lain. Radio siaran merupakan salah satu bentuk dari komunikasi massa.
Melalui radio siaran suatu komunikasi yang akan disampaikan oleh
komunikator kepada kahalayak banyak dapat berlangsung dalam waktu yang
singkat dan komunikan akan menerima komunikasi secara bersamaan walaupun
di tempat yang berbeda dan terpencar.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda, seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian, yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda, seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian, yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.
2.2 SEJARAH SINGKAT RADIO
Di sini ditekankan bahwa sejarah radio yang dimaksud adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang radio. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan 1888, melalui eksperimen. Dan dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984 membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Di sini ditekankan bahwa sejarah radio yang dimaksud adalah sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang radio. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan 1888, melalui eksperimen. Dan dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984 membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Rata-rata pengguna awal radio adalah para maritim, yang menggunakan
radio untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara
kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang
yang memata-matai armada Rusia saat Perang Tsushima pada tahun 1901.
Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah saat tenggelamnya RMS
Titanic pada tahun 1912, termasuk komunikasi antara operator di kapal
yang tenggelam dengan kapal terdekat dan komunikasi ke stasiun darat.
Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara
Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II;
Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel
bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan
Program 14 Titik Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio
ketika perang. Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an , dengan
populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.Selain
siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program
radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930-an. Penggunaan radio dalam
masa sebelum perang adalah untuk mengembangkan pendeteksian dan
pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar. Sekarang, radio
banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di
segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi terkenal,
siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan banyak
hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
Sejarah media penyiaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sejarah
media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran
sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai penemuan
teknologi berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli teknik di Eropa
dan Amerika. Sejarah media penyiaran sebagai suatu industri dimulai di
Amerika.
2.3 PERKEMBANGAN PENYIARAN RADIO DI DUNIA
Industri penyiaran radio diawali oleh David Sarnoff yang mendirikan perusahaan pembuat pesawat radio sistem AM yang bernama RCA atau Radio Corporation of America. Liputan kegiatan Pemilu pada tahun 1920 oleh Radio KDKA (USA) dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Radio KDKA adalah stasiun penyiaran radio yang berizin komersial yang didirikan oleh Frank Conrad.
Industri penyiaran radio diawali oleh David Sarnoff yang mendirikan perusahaan pembuat pesawat radio sistem AM yang bernama RCA atau Radio Corporation of America. Liputan kegiatan Pemilu pada tahun 1920 oleh Radio KDKA (USA) dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Radio KDKA adalah stasiun penyiaran radio yang berizin komersial yang didirikan oleh Frank Conrad.
Perkembangan industri penyiaran radio FM dimulai ketika pertengahan
tahun 1933, Edwin Howard Armstrong dari Universitas Columbia berhasil
menemukan frekuensi modulasi (FM), frekuensi yang jauh lebih tinggi dari
penyiaran radio AM (yaitu dari 88 sampai 108 MHz). Armstrong kemudian
mendemonstrasikan penemuannya kepada David Sarnoff. Namun RCA ternyata
lebih tertarik untuk mengembangkan televisi. Armstrong kemudian
menjualnya kepada beberapa perusahaan lainnya. Pengembangan radio FM
sempat tertunda karena meletusnya Perang Dunia ke 2 dan kalangan
industri yang lebih tertarik mengembangkan televisi.
Keuntungan FM dari AM adalah :
1. Dapat menghilangkan “interference” (gangguan, percampuran) yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik.
2. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3. Hasil audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
1. Dapat menghilangkan “interference” (gangguan, percampuran) yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik.
2. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3. Hasil audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
Prinsip dasar penyiaran radio FM adalah proses berubahnya suara
penyiar menjadi sinyal listrik dengan menggunakan mikrofon yang kemudian
digabung dengan sinyal pembawa frekuensi tinggi dan disiarkan ke radio
penerima. Radio penerima menyaring sinyal pembawa tersebut dan
menciptakan sinyal analog elektrik original, yang diubah oleh speaker
menjadi energi suara. Cakupan penyiaran FM dibatasi oleh garis pandang
dari bagian puncak pemancar, maka FM lebih cocok untuk masyarakat di
pusat kota daripada masyarakat di pedesaan.
Radio Am
Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombang ini sama-sama memiliki amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitude gelombang audio. Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
Radio Fm
Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombang ini sama-sama memiliki amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitude gelombang audio. Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
Radio Fm
Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
2.4 SEJARAH PENYIARAN RADIO DI INDONESIA
Perkembangan penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun 1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Perkembangan penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun 1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Sampai tahun 1997/1998 di Indonesia tercatat 878 radio siaran swasta
non pemerintah yang komersial, dengan rincian 511 berfrekwensi AM dan
367 berfrekwensi FM. Setelah era reformasi dimulai, demikian tulis Hinca
IP Pandjaitan dalam makalahnya “Tinjauan dan Kritisi Aspek Hukum Dan
Frekwensi Tentang Kebijakan Penyiaran Nasional dan Implikasinya” bahwa
sampai dengan tanggal 5 Maret 1999 sudah mencapai 915 buah dengan
komposisi 502 berfrekwensi AM dan 413 berfrekwensi FM. Posisi ini
berubah pada tanggal 27 Mei 1999 menjadi 930.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki 53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per hari.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki 53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per hari.
Jumlah stasiun radio di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 1188
stsiun radio, 95% berupa radio siaran swasta/non pemerintah dan 5% radio
pemerintah atau RRI. Sekitar 37% dari radio swasta beroperasi pada
frekwensi AM dan sisanya 73% pada frekwensi FM.
Di kabupaten Kuningan misalnya pada masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.
Di kabupaten Kuningan misalnya pada masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.
2.5 PEMBAGIAN SISTEM RADIO SIARAN
Jika dalam media massa cetak seperti surat kabar, pembagian ruangan untuk berita disebut “editing” dan dianggap sebagai hal yang penting, maka dalam radio siaran adalah pendistribusian waktu yang dinamakan programming dan ini dianggap hal yang sangat penting. “Programming atau “penataan acara siaran” ini tidak mempunyai pola yang baku. Ini banyak tergantung dari system pemerintahan dimana badan radio siaran itu berada dan tergantung dari bentuk dan badan organisasi radio siaran itu. Jadi, sistem radio siaran yang ditentukan oleh sistem pemerintahan itu, menentukan jenis pembagian bahan siaran.
Jika dalam media massa cetak seperti surat kabar, pembagian ruangan untuk berita disebut “editing” dan dianggap sebagai hal yang penting, maka dalam radio siaran adalah pendistribusian waktu yang dinamakan programming dan ini dianggap hal yang sangat penting. “Programming atau “penataan acara siaran” ini tidak mempunyai pola yang baku. Ini banyak tergantung dari system pemerintahan dimana badan radio siaran itu berada dan tergantung dari bentuk dan badan organisasi radio siaran itu. Jadi, sistem radio siaran yang ditentukan oleh sistem pemerintahan itu, menentukan jenis pembagian bahan siaran.
Pada dasarnya sistem radio siaran dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Radio Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and Operation Broadcasting)
Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Pemerintah republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI pada Departemen Penerangan. Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanyapun termasuk anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI dari Radio Siaran Pemerintah lainnya adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari periklanan. Jadi RRI tidak lagi berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal ini dikukuhkan dengan SK Menteri Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun demikian, sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang komersial selalu dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari hasilnya.
1. Radio Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and Operation Broadcasting)
Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Pemerintah republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI pada Departemen Penerangan. Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanyapun termasuk anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI dari Radio Siaran Pemerintah lainnya adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari periklanan. Jadi RRI tidak lagi berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal ini dikukuhkan dengan SK Menteri Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun demikian, sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang komersial selalu dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari hasilnya.
2. Radio Siaran Semi Pemerintah (Public Corporation Broadcasting)
Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
Ini merupakan perusahaan umum (public enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas (Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25 tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
3. Radio Siaran Swasta (Private Enterprise Broadcasting)
Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
Badan radio siaran swasta ini dimiliki perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara (sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya, dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
Ketiga sistem radio siaran tersebut menentukan pembagian bahan siaran
untuk diproduksikan dan disajikan kepada para pendengar. Pada umumnya
terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang dianut oleh
badan-badan radio siaran di dunia
2.6 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN RADIO
Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media
massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media
massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media
cetak, juga dengan film yang bersifat mekanik optic. Dengan televisi,
kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat
perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audiovisual.
Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan
bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang digunakan
jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai
acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu
alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya yang
santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil
tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak
demikian dengan media massa lainnya.
Karena sifatnya auditori, untuk didengarkan, lebih mudah orang
menyampaikan pesan dalam bentuk cara yang menarik. Bandingkan dengan
media massa lainnya, umpamanya televisi, kalau kita ingin menyampaikan
pesan dalam bentuk drama. Sebuah kisah di hutan, di dasar laut, ataupun
di neraka lebih mudah disajikan dibanding kalau disampaikan melalui
surat kabar, televisi atau film. Penyajian hal yang menarik dalam rangka
penyampaian suatu pesan, adalah penting, karena publik sifatnya
selektif. Begitu banyak pilihan di antara sekian banyak media
komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari setiap media.
Dalam hubungan ini musik memegang peranan sangat penting. Siapa orangnya
tidak tertarik oleh musik ? Di antara acara-acara musik yang memukau
itulah pesan-pesan disampaikan kepada pendengar. Radio merupakan sumber
informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai
penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak
popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi. Bagi pendengarnya
radio adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan pemberi
informasi
Daya pikat untuk melancarkan pesan ini penting, artinya dalam proses
komunikasi, terutama melalui media massa, disebabkan sifatnya yang satu
arah (one way traffic communication). Komunikasi hanya dari komunikator
kepada komunikan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan.
Kelemahan ini bagi radio ditambah lagi dengan sifatnya yang lain, yakni
“sekilas dengar”. Pesan yang sampai pada khalayak hanya sekilas saja,
begitu terdengar begitu hilang. Arus balik (feedback) tidak mungkin pada
saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh
penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk
mengulang lagi. Karena kelemahan itulah, maka radio siaran banyak
dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio siaran
lebih efektif.
Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai
ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai
waktu tetapi tidak menguasai ruang.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi
tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan
ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan
ideologi. Bagi pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi,
sarana imajinasi, dan pemberi informasi.
Di Indonesia, radio sebagai media yang terkait dengan medium
kebutuhan lokal. Media komunikasi massa yang hanya memiliki skala
lokalitas suatu daerah tertentu berbeda dengan televisi dan film yang
skalanya nasional.
Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan zaman orde baru. Radio
siaran disebut sebagai “The Fifth Estate” atau memilki lima kekuatan
yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan informasi, menghibur, mendidik
serta melakukan kegiatan persuasif.
Kehadiran media radio tidak dapat dilepaskan dari inovasi teknologi
yang dilakukan Marconi. Penggunaan media ini mempengaruhi banyak aspek
kehidupan khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat sebagai
pengguna teknologi radio berlanjut terus saat kemunculan teknologi radio
yang bersifat penyiaran.
Radio mudah beradaptasi dan sering dengan kehebatanya menyajikan
bentuk siaran “live” (secara langsung), tidak memerlukan pemrosesan
film, tidak perlu menunggu proses pencetakan. Bahkan pada saat ini radio
digunakan sebagai media pendidikan yang menggunakan konsep dan juga
fakta.
DAFTAR PUSTAKA
o (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio)
o Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
ohttp://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2191229-pengertian-radio/#ixzz2AED9X7rG
o http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio
o M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008,
o Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju, Bandung, 1990,
o Theo Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
o (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio)
o Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
ohttp://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2191229-pengertian-radio/#ixzz2AED9X7rG
o http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio
o M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008,
o Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju, Bandung, 1990,
o Theo Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
SUMBER : http://sugiyarto92.wordpress.com/kumpulan-makalah/makalah-radio-radio-siaran/
SALAM PUBLIC RELATION. IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
0 komentar:
Posting Komentar