PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepanjang perkembangan sejarahnya, kajian orientalis tentang Islam
dan kaum Muslim pada umumnya telah mengalami pasang surut dan memiliki
fase-fase kekhususannya sendiri. Ada beberapa tahapan penting dalam sejarah
terbentuknya Orientalisme. Pertama, tanggapan awal kedatangan dan perkembangan
Islam (sejak abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi). Pada masa itu kesan Barat
tentang Islam dan kaum Muslim tidak akurat dangan sangat negatif. Menurut W.
Montgomery Watt ada “citra standar” masyarakat Eropa—yang telah dibangun oleh
para teolog Kristen—tentang Islam. Kesan-kesan tersebut adalah: Islam merupakan
agama yang keliru dan merupakan pemutarbalikan secara sengaja terhadap
kebenaran Kristen; Islam adalah agama yang disebarkan melalui kekerasan dan
pedang; Islam adalah agama hawa nafsu; dan Muhammad adalah anti Kristus.
Di samping empat citra tersebut, mereka juga memandang al-Qur’an sebagai kitab
suci palsu buatan Muhammad sendiri dengan mengambil bahan-bahan dari perjanjian
lama, perjanjian baru dan dari kaum murtad.
Kajian
orientalis ini sendiri mulai marak yaitu setelah adanya kemunduran islam,
setelah perang salib, yang mana perang ini masih menimbulkan banyak pertanyaan
dari segi kebenarannya maupun asal dari perang salib ini. Dan setelah perang
salib ini berakhir, maka banyak pula dari kalangan barat yang mengkaji
seputar agama islam. Dan banyaknya para
pengkaji inilah yang di namakan “Orientalisme” (dari barat ke timur).
Sejak berabad-abad di negeri Belanda terdapat
banyak peminat yang rajin mempelajari bahasa Arab. Orientalis
ini banyak dikenal masyarakat Indonesia. Lahir di Belanda, Snouck meraih gelar
sarjananya di Fakultas Teologi, Universitas Leiden. Kemudian ia melanjutkan ke
jurusan sastra Semitik dan meraih doktor, ketika umur 23 tahun (24 November
1880). Snouck Hurgronje menempati posisi tersendiri di
kalangan jajaran orientalis yang meniti Islam, baik dari sisi Islam sebagai
agama maupun syari’at.
Christian
Snouck Hurgronje, seorang orientalis besar pada zamannya. Oleh kebanyakan orang
di Indonesia, Snouck Hurgronje dianggap sebagai kaki tangan kaum imperalis;
alat kaum penjajah; sehingga segala ulah dan sikapnya dinilai sangat
menguntungkan kolonialis Belanda semata.
Snouck Hurgrunje bermaksud menukar Islam dengan kebudayaan
Eropa, sehingga upaya kepentingan politik dan agama (Kristen) menjadi
gampang.
“To bring about a cultural unity
string enough to void the difference of religious denomination from its
political and social significance.”
(Menjadikan ikatan kesatuan budaya dapat
melenyapkan perbedaan agama dari kepentingan politik dan kemasyarakatan).
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kehidupan sosial Snouck Hurgronje ?
2.
Bagaimana pendidikan Snouck Hurgronje ?
3.
Apa saja karya-karya Snouck Hurgronje ?
4.
Bagaimana konsep pokok pemikiran Snouck Hurgronje ?
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui kehidupan sosial Snouck Hurgronje.
2.
Untuk mengetahui latar belakang pendidikan Snouck Hurgronje.
3.
Untuk mengetahui karya-karya Snouck Hurgronje.
4.
Untuk mengetahui konsep pokok pemikiran Snouck Hurgronje.
PEMBAHASAN
Latar belakang Keluarga Snouck Hurgronje
Christian
Snouck Hurgronje adalah seorang ilmuwan sekaligus politikus ulung yang lahir
pada 8 Februari 1857 di desa Osterhout yang terletak di Timur Laut kota Breda,
Belanda. dari pasangan JJ
Snouck Hurgronje dan Anna Maria. Meninggal pada tanggal 26 Juni 1936, di Leiden.
Berasal dari keluarga
pendeta Protestan tradisional, mirip Ortodoks. Tetapi lingkungan pendidikannya
bercorak Liberal dan bebas.
Dua saudara Christiaan Snouck Hurgronje lahir di luar perkawinan resmi.
Christiaan Snouck Hurgronje adalah anak yang ke empat dan dilahirkan dua tahun
setelah perkawinan resmi orang tua kandungnya. Dari arsip Kota Oosterhout,
Terheijden dan Mechelen, didapat keterangan bahwa kedua anak pertama, Anna
Maria dan Jacqueline Julie dilahirkan berturut-turut di Chilham (Inggris) pada
tanggal 24 Mei 1849 dan di Mechelen pada tanggal 4 Desember 1850. Setelah
perkawinan lahirlah pada tanggal 19 Februari 1855 Christina Anna Catherina
(wafat pada 3 Maret 1856 di Oosterhout); pada 8 Februari 1857 Christiaan di
Oosterhout; pada 3 September 1859 Anna Catherina di Oosterhout. Kedua anak
pertama yang lahir sebelum perkawinan sah memakai nama ibu mereka ‘De Visser’
setelah meninggalkan Oosterhout pada tanggal 3 Mei 1871; anak-anak lainnya
selalu memakai nama "Snouck Hurgronje".
Nama Chistiaan Snouck Hurgronje merupakan gabungan nama kakeknya
“Christiaan” dan nama ayahnya “Snouck Hurgronje”. Dengan menyandang dua nama
besar ini menjadi tugas berat baginya. Karena ia harus menjalani hidup sebagai
pemuka bagi penganut Protestan atau pendeta dalam rangka memperbaiki atau
menebus kesalahan yang pernah diperbuat ayah dan ibunya.
Orang-orang yang berpengaruh
dalam kehidupannya. Mereka adalah para guru dan keluarganya. Snouck hidup dalam
lingkungan keluarga yang menganut agama Kristen Protestan yang setia.
Pengetahuan Snouck tentang Islam berkaitan dengan pengetahuan kakeknya tentang
Islam. Pemikirannya tentang teologi modern di dapatkan dari para gurunya di
Universitas Leiden. Di bawah bimbingan para modernis, ia medalami ilmu sejarah
dan perbandingan agama. Berakar dari sini Snouck mengembangkan ilmu di bidang
orientalistik.
Kondisi politik dunia semasa
Snouck Hurgronje Hidup. Ia hidup pada masa kolonialisme. Kekhalifahan Turki
Usmani runtuh dan bangsa Eropa tampil dengan kekuatannya. Negaranya menganggap
bahwa peradaban Eropa dan agama Kristen lebih unggul daripada peradaban lain.
Realitas ini yang menentukan arah hidupnya.
Posisinya sebagai politikus kolonial Belanda. Ia
mencurahkan tenaga, pikiran, dan ilmunya untuk melakukan penelitian yang
kemudian digunakan untuk kepentingan pemerintah Belanda yaitu melawan
pemberontakan negeri jajahannya.
Latar
belakang Pendidikan Snouck Hurgronje
Dia
belajar bahasa Latin dan Yunani pada guru khusus sebagai persiapan masuk
universitas dan berhasil menempuh ujian masuk universitas pada Juni 1874. Dia
mendaftar ke Fakultas Teologi di Universitas Leiden dan pada Mei 1876 ia
menempuh ujian kandidat dalam filologi klasik Yunani dan Latin, lalu pada April
1878 ia mengikuti ujian kandidat dalam Teologi. Pada bulan November 1879 dia
berhasil memperoleh gelar doktor dengan risalah yang berjudul “ Musim Haji
di Makkah “. Pada
tahun ajaran 1880 / 1881, Snouck menghadiri perkuliahan Theodore Noldeke di
Strassburg bersama koleganya, di antaranya adalah dua orientalis terkenal, C.
Bezold yang meninggal pada tahun 1922 di Hedelburg dan R. Bunnow yang meninggal
pada tahun 1917 di Amerika. Pada tahun 1884 Snouck mengadakan petualangan ke
Jazirah Arab dan menetap di Jeddah sejak Agustus hingga Februari 1885 sebagai
persiapan menuju Makkah yang merupakan tujuan utama dari petualangannya. Snouck
sampai di Makkah pada 22 Februari 1885 dengan menggunakan nama samaran Abdul
Ghafar. Dia menetap di Makkah selama delapan bulan dan menghasilkan karya
berjudul “Makkah”. Namun akhirnya, pada bulan Agustus Snouck dipaksa
keluar dari Makkah oleh konsul Prancis. Dia pulang dengan empat ekor unta yang
membawa barang-barang yang dikumpulkan selama mukim disana. Yang disesalkan
adalah bahwa perintah untuk meninggalkan
Makkah bertepatan dengan awal musim Haji. Padahal risalah doktor yang
pernah ditulisnya berkaitan dengan musim Haji, meskipun hanya berdasarkan pada
sumber-sumber literatur, manuskrip-manuskrip, dan pengalaman orang yang
berziarah kesana bukan atas dasar pengalamannya sendiri.
Snouck
memulai kegiatan mengajarnya di Leiden dan Delf di Sekolah Calon Pegawai di
Indonesia. Dengan meninggalnya A.W.T Joynboll tahun 1887, Snouck ditugasi
menggantikan posisinya di Delf, namun Snouck lebih memilih mengajar bidang
syari’at Islam di Universitas Leiden.
Sejak tahun 1889, Snouck memulai kegiatannya sebagai penasihat kolonial
Belanda di Indonesia. Pertama kali ia menetap di Indonesia selama dua tahun,
sebagai penasihat umum pemerintah kolonial Belanda dalam masalah Islam yang
bertempat di Pulau Jawa. Pada Maret 1891 ia menjadi penasihat dalam
bahasa-bahasa Timur dan Syari’at Islam bagi pemerintah kolonial Belanda, dan
menetap di Aceh sejak tahun 1891-1892.
Pemikir lain yang mempengaruhi tokoh
Ds. J. Scharp (1756-1829), buyut (ayah
kakeknya) dari pihak ibu, bisa dikatakan sebagai salah satu yang sangat
mempengaruhi perkembangan pemikiran Christiaan Snouck Hurgronje. Ds. J. Scharp,
seorang orator ulung Rotterdam di zamannya. Pada 1824 berhasil menyelesaikan
buku pelajaran Islam “Korte
schets over Mohammed en de Mohammadanen. Hendleiding voor de kwekelingen van
het Nederlandsche Zendelinggenootschap,” atau
Sketsa Singkat tentang Muhammad dan Kaum Muslimin. Buku Pegangan bagi Para
Siswa Perhimpunan Pengabar Injil Belanda. Buku ini menguraikan kelemahan ajaran
Islam, disertai trik-trik melumpuhkan ajaran Islam. Selain karena pendidikan
modern yang diperoleh di Leiden, pelajaran dari Ds. J. Scharp bisa dianggap
sangat mempengaruhi pola pemikiran Christiaan Snouck Hurgronje sebagai
orientalis kolonial di kemudian hari.
Abraham Kuenen, salah satu modernis Leiden yang dikenal sebagai ahli
Penjanjian Lama, telah memberikan pelajaran kritik biblik atau kritik atas
Kitab Suci kepada Christiaan Snouck Hurgronje. Kritik biblik yang menggunakan
metode rasional menghasilkan pemikiran kontroversial dan kadang sangat
bertentangan dengan ajaran agama yang dianut di kala itu. Akibat
perjumpaan-perjumpaan dengan kaum modernis Lieden Christiaan Snouck Hurgronje
menjadi salah satu pengikut fanatik rasionalisme Leiden. Ciri-cirinya adalah
penolakan terhadap sesuatu yang irasional. Trinitas dan posisi Yesus sebagai
anak Allah dalam ajaran Kristen (Katholik) ditolaknya karena dianggap bagian
ajaran agama yang tak masuk akal.
Karya-karya Snouck
Hurgronje
Karya ilmiah Snuck terbagi dalam dua jenis, yaitu karya dalam bentuk buku
dan dalam bentuk makalah-makalah kecil. Di antara hasil karya besarnya ialah
tulisannya tentang kota Makkah terdiri atas dua bagian, bagian pertama terbit
di kota Den Haag pada tahun 1888 dan bagian kedua juga terbit di kota yang sama
pada tahun 1889. Kemudian karyanya yang berjudul De Atjehers dalam dua
bagian, bagian pertama terbit di Batavia (sekarang dikenal Jakarta) pada tahun
1893 dan bagian kedua di Leiden pada tahun 1894, Daerah Gayo dan Penduduknya
dicetak di Batavia pada tahun 1903. Bagian kedua dari buku Makkah
dan bagian pertama dan kedua dari buku De Atjehers sudah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris. Karya-karya dalam bentuk makalah adalah “Munculkan
Islam”, “Perkembangan Agama Islam”, “Perkembangan Politik Islam”, dan “Islam
dan Pemikiran Modern”. Semua makalah itu telah dikumpulkan oleh muridnya, A.J.
Wensinck dengan judul Bunga Rampai dari Tulisan Christian Snouck Hurgronje,
dalam enam jilid, jilid pertama tentang Islam dan sejarahnya, jilid kedua
tentang syari’at Islam, jilid ketiga tentang Jazirah Arab dan Turki, jilid
keempat tentang Islam di Indonesia, jilid kelima tentang bahasa dan sastra, dan
jilid keenam tentang kritik buku, dan tulisan-tulisan lain daftar indeks, serta
rujukan-rujukan.
Banyaknya karya tulis Christiaan Snouck Hurgronje. Melalui karya-karyanya
bisa diungkap alur-alur kekolonialnya dalam bentuk pemikiran-pemikirannya. Di
antara karya tulis doktor pengikut modernis Leiden ini yang mudah dijumpai di
perpustakaan kita adalah:
1.
C. Snouck Hurgronje, The
Holy War, Made In Germany, (New York and London: The Knickerbocker Press,
1915).
2.
C. Snouck Hurgronje, The
Revolt in Arabia, (New York and London: The Knickerbocker Press, 1917).
3.
C. Snouck Hurgronje,
Islam di Hindia Belanda, (Jakarta: Bratara Karya Asara, 1 973).
4.
C. Snouck Hurgronje,
Aceh, Rakyat & Adat Istiadatnya, (Jakarta: INIS, 1 873).
5.
C. Snouck Hurgronje,
Mekka in the Latter, Het Mekkaansche Feest, terj. Supardi, Perayaan Mekah,
(Jakarta: INIS 1989).
6. E. Gobee dan C. Adiaanse (penyunting), Nasihat-Nasihat C. Snouck Hurgronje
Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1 936, Jilid I-XI,
(Jakarta: INIS, 1990-1995).
Metode Pendekatan
Metode yang digunakan
oleh Snouck Hurgronje dalam mengemban tugasnya untuk melakukan pendekatan
kepada masyarakat di Indonesia terutama Aceh adalah dengan pendekatan
sosiologis dimana dia langsung berbaur kepada masyarakat guna mendapatkan apa
yang ia cari.
POKOK PEMIKIRAN DAN ANALISIS
Pokok-Pokok
Pemikiran Tokoh
Arah pemikiran Snouck adalah Ia berpandangan liberal dan rasional. Dalam aliran
pemikiran ini, agama hanyalah sekedar kesadaran etis yang ada pada setiap
manusia. Ia beranggapan budaya Eropa memiliki superioritas
kebudayaan sehingga interaksi antara agama Kristen dengan budaya Eropa adalah
proses puncak perkembangan kebudayaan. Sedangkan kebudayaan lain – Islam dan budaya Timur – merupakan suatu bentuk
“degenerasi” kebudayaan. Christian Snouck Hurgronje, orientasi studinya adalah membangun pandangan
yang komprehensif tentang Islam sebagai Agama dan Budaya (bahasa dan literatur,
sejarah, realitas sosial, agama).
Snouck
menggalakkan pembukaan sekolah-sekolah misi dengan harapan agar penganut Islam
secara berangsur beralih ke agama Kristen. Cara demikian ditempuh karena
ratusan ribu penduduk merindukan pendidikan, tetapi mereka tidak menyukai
pendidikan Kristen untuk anak-anak mereka. Aktivitas mereka pun didasarkan pada
politik asosiasi karena ia berpendapat bahwa penyebaran sekolah-sekolah berpola
Eropa merupakan satu-satunya sarana untuk mewujudkan impian, sekali pun hal itu
dilakukan melalui sekolah-sekolah misi.
Deislamisasi
Sesuai dengan
tugasnya, Snouck merumuskan kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani
masalah Islam. Ia membedakan Islam dalam arti “ibadah” dengan Islam sebagai
“kekuatan sosial politik”. Ia membagi masalah Islam atas tiga kategori.
Pertama, dalam semua masalah ritual keagamaan atau aspek ibadah, rakyat Indonesia
harus dibiarkan bebas menjalankannya. Snouck menyatakan bahwa pemerintah
Belanda yang ”kafir” masih dapat memerintah Indonesia sejauh mereka dapat
memberikan perlakuan yang adil dan sama-rasa sama-rata, bebas dari ancaman dan
despotisme.
Kedua, sehubungan dengan lembaga-lembaga sosial Islam atau aspek muamalat,
seperti perkawinan, warisan, wakaf, dan hubungan-hubungan sosial lain,
pemerintah harus berupaya mempertahankan dan menghormati keberadaannya.
Ketiga, dalam masalah-masalah politik, Snouck menasihati pemerintah untuk tidak
menoleransi kegiatan apa pun yang dilakukan kaum Muslim yang dapat menyebarkan
seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan perlawanan politik atau bersenjata
menentang pemerintah kolonial Belanda. Dalam hal ini, Snouck menekankan
pentingnya politik asosiasi kaum Muslim dengan peradaban Barat. Cita-cita
seperti ini mengandung maksud untuk mengikat jajahan itu lebih erat kepada
penjajah dengan menyediakan bagi penduduk jajahan itu manfaat-manfaat yang
terkandung dalam kebudayaan pihak penjajah dengan menghormati sepenuhnya
kebudayaan asal (penduduk).
Hubungan Snouck dengan Missi Kristen dan
Penyamarannya
Adapun hubungan Snouck Hurgronje
dengan misi kristenisasi, kembali pada asal usul lingkungan
kelahirannya sendiri pada masa dia hidup dan belajar, serta fakultas tempat dia
menimba ilmu. Dia adalah putra penganut gereja Protestan Calvinisme yang
terkenal akan ajaran-ajaran dan kekerasan teologinya, kemudian belajar
teologi pada fakultas yang didirikan khusus untuk menyiapkan para
pendeta. Dia hidup pada masa Eropa menguasai sebahagian besar penduduk dunia,
termasuk di dalamnya kaum Muslimin. Dia belajar bahasa Arab pada de Goeje,
ilmuwan ulung yang memiliki sikap ilmiah obyektif dan mentalitas mulia, serta
kesungguhan luar biasa dalam penelitian dan penerbitannya. Kenyataan itu
menonjol pada muridnya, Van Fluton (w. 1902), dan keilmiahannya pada teks-teks
yang diterbitkannya Miftah
al-’Ulum oleh Al-Khawarizmi
serta Al-Mahasin wa
Al-Adhdan yang dinisbahkan
kepada Al-Jahiz dan lain-lain.
Dukungan terhadap
Snouck Hurgronje
Jendral Van Houts merupakan orang
yang menugaskan Snouck Hurgronje untuk memantau keadaan dan perkembangan Islam
di Indonesia. Demikianlah faktanya. Snouck telah
melibatkan dirinya untuk kepentingan penjajahan dengan bukti pernyataan dan laporannya kepada Jendral Van
Houts untuk memerangi kaum muslimin di seluruh wilayah jajahan Belanda. Dengan
kata lain ia mengusulkan untuk menggunakan kekerasan dalam menumpas kaum
muslimin. Karena itu, Jendral tadi
mendapat julukan “Pedang
Snouck yang ampuh” karena keberhasilannya dalam memerangi umat Islam.
Di samping itu
Snouck Hurgronje juga banyak membantu dalam pembinaan kader
missionaris Belanda dan membuka sekolahan untuk mengkristenkan muslimin di
seluruh wilayah jajahannya.
Pendapat HM Rasjidi ,bagi Rasjidi figur sosok Snouck
Hurgronje justru merupakan teman ummat Islam Indonesia. Penilaian keliru
terhadap Snouck itu, menurut Rasjidi disebabkan karena pada umumnya orang belum
pernah membaca buku-buku karya orientalis tadi secara lengkap dan teliti.
Sebagai cendekiawan yang sudah membaca seluruh karya Snouck Hurgronje secara
tuntas, Rasjidi sampai pada kesimpulan, bahwa doktor (Snouck Hurgronje)
tersebut pada hakekatnya adalah teman ummat Islam Indonesia.
Snouck, di kalangan orang Belanda sendiri
dikenal sebagai seorang yang anti-zending dan anti-missi. Snouck pernah
berpolemik dengan anggota parlemen Belanda yang menaruh simpati pada gereja.
Kontra
terhadap Snouck Hurgronje
Van
Teijn yang menjabat sebagai Gubernur Aceh pada waktu itu melarang Snouck masuk
Aceh. Van Teijn menyangka Snouck seorang sekutu bagi Aceh karena diketahui
Snouck banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Aceh sewaktu di Mekkah.
Ide
dan cara yang diusulkan Snouck itu ditentang oleh pihak missionaris yang memang
ditugaskan secara resmi oleh kerajaan Belanda ke Indonesia, sehingga terjadi
polemik antara Snouck dengan anggota parlemen. Menteri Belanda Lohman, menuduh
Snouck sebagai orang yang menghalangi kristenisasi di Indonesia.
Analisis
Pemakalah
Dilihat dari perpsektif sejarahnya, Snouck Hurgronje
merupakan tokoh Orientalis yang kontemporer karena beliau lahir pada abad ke-
19 yang merupakan abad Modern dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan jika dilihat dari perspektif studinya, apa
yang dilakukan oleh Snouck Hurgronje adalah Islamic Studies karena
beliau mampu untuk melepaskan dirinya dari Agamanya dan fokus pada apa yang dia
ingin dapatkan. Serta melakukan semuanya dengan berbagai teori dan metode
pendekatan.
Kontribusi tokoh, Snouck Hurgronje melakukan ini
semua atas perintah pemerintahan Belanda yang didasari untuk menjajah dan
menguasai Indonesia. Dan dari hasil yang didapatkan oleh Snouck diperolehlah
kesimpulan yang menyatakan apabila ingin menguasai Indonesia terutama di Aceh
ialah pisahkan pengaruh ulama terhadap masyarakat luas. Sehingga Belanda mampu
mengambil kendali masayarakat pada waktu itu. Jadi menurut saya, Snouck
Hurgronje hanya berpura-pura masuk Islam guna dapat diterima masuk ke wilayah
Aceh dan dengan lancar melaksanakan inti misinya yang sebenarnya. Tidak ada keraguan bahwa Snouck pandai memainkan
peran di hadapan istri dan anak-anaknya, seperti kepandaiannya memainkan peran
di tengah kebanyakan umat Islam yang menganugerahkan kepadanya kecintaan lalu
dikhianatinya sendiri.
Kesimpulan
Orientalis secara garis besar ada tiga kategori:
a. Mengabdi kepentingan penjajah.
b. Menjalankan misi Kristen/ Katolik.
c. Berupaya obyektif, tetapi ini sangat langka dan bahkan
dimusuhi oleh dua kelompok lainnya.
Christian Snouck Hurgronje adalah orientalis Belanda terkemuka akhir
abad 19 dan abad 20 (w 1936) yang menjadi penasihat khusus kolonial Belanda
urusan (Islam) di Hindia Belanda. Snouck memang telah meninggal pada
1936. Meskipun
sebegitu tegasnya untuk menghancurkan ulama dan Muslimin Aceh, namun Snouck
tidak setuju kalau kristenisasi di Indonesia itu memakai cara-cara yang
dilakukan missionaris selama ini. Snouck menyarankan agar kristenisasi dilakukan
secara pendekatan dan sosialisasi budaya Eropa/ Belanda. Dengan cara pendekatan
budaya itu menurut Snouck, umat Islam Indonesia tidak bereaksi, dan bahkan
nantinya mereka masuk Kristen dengan sendirinya. Namun, semangat dan
pemikirannya meninggalkan pengaruh besar di Indonesia. Ia telah memperlebar
akses sekulerisasi dan Kristenisasi. Hingga kini, kedua hal ini menjadi
tantangan dakwah terbesar umat Islam Indonesia. Wallahu a‘lam.
Hartono Ahmad Jaiz. ”Kristenisasi di Indonesia dan Rekayasa Snouck
Hurgronje” di akses pada tanggal
12 Januari 2012 http://www.muslimdaily.net/opini/wawasanislam/kristenisasi-di-indonesia-dan-rekayasa-snouck-hurgronje-.html