Jumat, 28 Februari 2014

Manajemen Penerbitan Pers


Manajemen Penerbitan Pers

1.      Berbisnis Melalui Pers
Pers menurut leksikon komunikasi ditinjau dari segi kelembagaan merupakan kependekan dari istilah persuratkabaran, yaitu suatu lembaga yang mengelola informasi terdiri dari fakta dan opini, yang disajikan kepada masyarakat sebagai salah satu komoditi. Dengan demikian pers sebagai lembaga, seperti halnya dengan lembaga-lembaga lainnya dapat dikelola secara tata laksana dan tata administrasi yang baik melalui manajemen profesional untuk dijadikan ajang bisnis. Sebelum membicarakan pers sebagai ajang bisnis, kita melihat ke belakang tentang sejarah perkembangan pers.

  • Zaman prasejarah : Pedagang Eropa menggunakan pers sebagai alat untuk menyampaikan informasi harga-harga dagangannya
  • Zaman Romawi Kuno : Julius Caesar memanfaatkan pers sebagai kegiatan propaganda senatornya.
  • Zaman modern : Pers dijadikan sebagai alat politik pemerintahan
  • Era informasi : Awal tahun 1980-an, masyarakat menjadikan pers sebagai lembaga bisnis dengan menjual informasi baik dalam bentuk berita maupun iklan.
Surat kabar sebagai komoditi (diperjualbelikan) kali pertama, dibuat di Amerika Serikat, ketika seorang tukang cetak berkebangsaan Inggris Benyamin Harris hijrah ke Amerika tahun 1690. Surat kabar pertama yang diterbitkannya diberi nama “Public Occurrences Both Foreign and Domestic”. Sekarang ini, Rupert Murdoch, seorang berkebangsaan Australia yang kini menetap di Amerika sukses dengan bisnis informasinya. Dengan meluncukan satelit komunikasi STAR TV, dan B Sky B yang berkapasitas 180 channel, Murdoch menguasai dunia dengan kegiatan bisnis informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan demikian, jelas bahwa pers baik cetak maupun elektronik bisa dikelola secara bisnis karena mempunyai peluang menghasilkan banyak sumber penghasilan,  diantaranya:
1.   Medianya : Sebenarnya, antara surat kabar, majalah dan televisi dalam hal menyampaikan informasi, tak ada bedanya. Sistem penyajiannyalah yang berbeda. Ini yang membuat diantaranya harus saling bersaing guna memenuhi target audiensnya. Persaingan inilah yang membuat mereka harus mengelola secara bisnis.
2.   Isinya : surat kabar dan majalah menjual kolom dengan diisi berita dan iklan. Televisi menjual waktu dengan diisi iklan dan sponsor. Persaingan menjual informasi dan berebut iklan inilah merupakan kegiatan yang dapat menghasilkan uang. Itu pula sebabnya pengelola pers, harus mengelola medianya itu secara bisnis.
3.  SDM-nya : pekerja pers merupakan aset perusahaan yang amat menentukan maju dan tidaknya penerbitan pers tersebut. Pengelola SDM penerbitan ini, memacu perusahaan untuk mengelola secara bisnis. Profesionalisme SDM ini, dapat pula dijadikan ajang bisnis.

Kesulitan, kemunduran usaha, dan kegagalan menjual produknya, harus dipandang sebagai sukses yang tertunda. Krisis moneter dan krisis ekonomi perlu dijadikan modal untuk memaksa diri berubah mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, pengusaha penerbitan pers perlu memperhatikan :
1)      Keinginan costumer (pembaca)
2)      Kecenderungan perubahan sosial
3)      Kiat-kiat kompetitor
4)      Mengamati perubahan teknologi, ekonomi, politik, dan sosial.
Jika ada pembaca yang menghentikan langganannya atau pindah ke penerbitan lain, perlu disikapi sebagai bagian dari perubahan perilaku konsumen. Perubahan perilaku konsumen semacam ini harus dilihat sebagai kenyataan yang buruk, bukan sekedar mimpi buruk. Dari situasi krisi moneter dan krisis ekonomi seperti ini, manajemen penerbitan pers harus menata ulang proses bisnis yang selama ini diterapkan dengan melihat momentum, penghematan sumber daya yang dimilikinya, khususnya dana. Langkah efektif dalam penataan ulang proses bisnis penerbitan pers, antara lain :
a.       Memulai dari top management. Tanpa ada komitmen dari top management, pemikiran para               pelaksana lapangan tentang layanan pelanggang tidak akan membuahkan hasil yang efektif.
b.      Merapatkan barisan pelaksana tingkat menengah (middle management). Manager harus                    meningkatkan pembinaannya terhadap staf-staf yang selama ini cenderung menolak perubahan organisasi.
c.       Membentuk tim evaluasi pengembangan usaha, yang terdiri dari tiga kelompok kerja :
Kelompok satu : Mencakup manajemen tingkat menengah.
Kelompok dua : Manajemen tingkat bawah.
Kelompok tiga : Tim kasus atau tim pemecah masalah.
Agar kerja tim tetap solid dan saling mengisi, tiap tim harus terdiri dari unit-unit kerja yang terkait dalam proses bisnis yang dilakukan kelompok satu dan kelompok dua yang terdiri atas bagian produksi, pembelanjaan, pemasaran, dan keuangan. Sedangkan kelompok tiga atau tim kasus, bertugas khusus menganalisis peningkatan proses kerja yang berkaitan dengan pencapaian target usaha yang jelas serta terjaminnya penataan ulang organisasi.

Menurut perhitun gan bisnis yang sehat, esensi “mutu percetakan prima” dan “kepuasan konsumen” dengan meningkatkan teknologi cetak yang canggih adalah kebutuhan manajemen., bukan sekedar memenuhi tantangan investasi dari para kompetitor. Manajemen yang sehat selalu mempertimbangkan :
  • Peluang usaha
  • Kemampuan sumber daya manusia
  • Perhitungan modal
  • Unsur-unsur depresiasi di perusahaan
Dalam mengidentifikasi kemajuan teknologi era globalisasi, intinya adalah mendekatkan jarak antara pelanggan dengan penerbit. Perusahaan penerbitan pers harus sadar adanya implikasi dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, penerbit surat kabar atau majalah pun harus secara sungguh-sungguh memenuhi selera konsumen melalui bentuk dan cara-cara kerja yang inovatif.

2.      Terapan Manajemen Pada Penerbitan Pers
Manajemen dilihat dari bahasanya berasal dari bahasa Inggris management. Semula bahasa Italia manaj(iare), bersumber dari bahasa latin mamis, artinya tangan. Management atau Manaj(iare) berarti memimpin, membimbing, dan mengatur. Tokoh-tokoh ekonomi seperti George R. Derry, Harold Koontz & Cyril O’Donnell, E.F.L Brech, atau Millon Brown, mempunyai definisi manajemen yang berbeda-beda.
Salah satu definisi manajemen yang cukup menarik adalah definisi dari Henry Fayol yang berbunyi : “Manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian”. Menurut Henry Fayol, setidaknya ada 14 asas dalam manajemen yaitu :

1)     Pembagian tugas
2)     Wewenang dan tanggung jawab
3)     Disiplin
4)     Kesatuan perintah
5)     Kesatuan pengarahan
6)     Ketertiban
7)     Keadilan
8)     Prakarsa
9)     Stabilitas masa jabatan
10) Kesatuan
11) Jenjang kepangkatan
12) Penggantian pegawai
13) Pemindahan wewenang
14) Pengutamaan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

Dari 14 asas tersebut oleh Henry Fayol diringkas menjadi 4 yang disebut fungsi manajemen, yaitu Planning, Organizing, Acting, dan Controlling (POAC). Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan, penyusunan rencana dan sebagainya. Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian, pembagian tugas, pengelompokan pegawai dan lain-lain. Acting terbagi atas melaksanakan tugas, memproduksi, mengemas produk, menjual produk. Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi produk, mengevaluasi penjualan dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, POAC yang dicetuskan Henry Fayol, dikembangkan oleh Luther Gulic menjadi POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Planning artinya merencanakan pekerjaan. Organizing mengorganisasikan pekerjaan. Staffing mengisi pegawai atau tenaga kerja pada pekerjaan. Directing memberi wewenang pada orang-orang tertentu untukmemimpin pekerjaan. Coordinating menyatukan persepsi atau pengertian/pemahaman antarbagian dalam suatu pekerjaan terhadap langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran atau produk. Reporting membuat laporan tentang hasil pekerjaan. Budgeting menentukan pembiayaan yang diperlukan dalam mengoperasionalkan pekerjaan.
Manusia dalam melaksanakan hajat hidupnya membutuhkan media untuk memperoleh informasi sekaligus bisa berkomunikasi dengan lingkungannya. Maxwell E. McCombs dan Lee B. Becker dalam bukunya “Using Mass Communications Theory” menyebut ada tujuh sebab mengapa manusia membutuhkan media massa :
1.  Untuk mengetahui apa yang penting dan perlu baginya
2.  Untuk membantunya mengambil keputusan (media jadi bahan rujukan sebelum mengambil keputusan)
3.  Untuk memperoleh informasi sebagai bahan pembahasan
4.  Memberikan perasaan ikut serta dalam kejadian
5.  Memberikan penguatan atas pendapatnya
6.  Mencari konfirmasi atas keputusan yang diambilnya
7.  Memperoleh relaksasi dan hiburan

3.      Perencanaan Bisnis penerbitan Pers
Sebelum memutuskan untuk terjun ke bisnis penerbitan pers, pengusaha atau investor hendaknya melihat terlebih dulu perkembangan situasi yang terjadi pada kehidupan masyarakat. Ini penting karena pangsa bisnis penerbitan pers adalah masyarakat. Meskipun “kran” kebebasan sudah dibuka, kesempatan berkembang juga ada, ternyata perkembangan pers nasional belum menunjukkan kemajuan, terutama jika dilihat dari jumlah penerbitan yang ada. Memang koran-koran baru, majalah-majalah baru serta penerbitan pers lainnya banyak bermunculan, tetapi kontinyuitas penerbitan mereka tidak bertahan lama. Persis bagai jamur di musim semi, terbit secara bersama-sama, tetapi habis dalam waktu sekejap pula. Ketika belenggu kebebasan pers belum dibuka, kehidupan perusahaan penerbitan pers di Indonesia sudah mengalami goncangan akibat adanya krisis ekonomi yang membuat naiknya bahan baku penerbitan pers. Ironisnya, kenaikan harga koran atau majalah hampir tidak bisa dilakukan karena juga terimbas krisis ekonomi dimana daya beli masyarakat semakin menurun.
Tantangan-tantangan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya :
1)      Harga bahan baku melonjak sampai empat kali lipat, dibandingkan harga sebelumnya.
2)      Kontribusi biaya kertas koran mencapai 40-45% dari komponen biaya produksi.
3)      Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, daya beli masyarakat terhadap koran menjadi menurun. Penurunan daya beli ini terdiri dari berbagai strata, antara lain :
  • Pembaca kelas atas, yang semula berlangganan dua sampai tiga koran, menyeleksi kembali langganannyadan hanya memilih berlangganan satu surat kabar saja.
  • Pembaca kelas menengah, memilih surat kabar yang murah karena sadar akan penghematan pengeluaran.
  • Pembaca kelas bawah, meninggalkan langganannya, memilih beli koran eceran. Itupun jika mereka merasa sangat perlu informasi dari media cetak dan tidak diperoleh dari produk elektronika.
4)      Menurunnya daya beli masyarakat ditambah dengan melonjaknya bahan baku koran, membuat biaya produksi tiap eksemplar koran atau majalah menjadi besar.
5)      Bagi penerbitan pers beroplah kecil langsung menunda atau bahkan menutup penerbitannya.
Untuk mengatasi permasalahn tersebut, sebelum meluncurkan produksinya, perusahaan penerbitan pers, baik yang akan tampil maupun yang sudah lama ada, harus memperhitungkan secara matang rumusan laba rugi usahanya. Setidaknya ada tiga langkah yang bisa dimanfaatkan guna mempertahankan kehidupan pers tersebut, yakni :
a.       Langkah pertama, mengalihkan perhatian secara eksternal, mendulang pendapatan dari menjual ikan
b.      Secara internal, melakukan efesiensi di semua unit usaha
c.       Berusaha memperoleh suntikan (internal)
Penerapan langkah pertama dan kedua dengan asumsi mengabaikan pendapatan yang selama ini menjadi andalan, yaitu dari penjualan koran baik melalui langganan maupun eceran. Sementara langkah ketiga sangat diperlukan, mengingat banyaknya produk lain sebagai kompetitor sehingga menyebabkan menjual koran saja, tidak bisa diharapkan. Agar perusahaan tetap berdaya guna, pemecahan masalah ini harus meningkatkan kinerja internal di dalam perusahaan itu sendiri dengan menciptakan pangsa pasar baru melalui marketing mix.
Dalam manajemen penerbitan pers modern yang sekarang ini sedang ditekuni para penerbit surat kabar atau majalah, strategi yang diterapkan adalah menempatkan redaksi sebagai kepala bagian yang setingkat dengan bagian iklan, sirkulasi dan sebagainya. Tetapi dalam operasionalnya, pengasuh penerbitannya mengikuti aturan yang selama ini sudah ada, yakni redaktur pelaksana sebagai kepala bagian produksi, yaitu memproduksi berita dan informasi. Sedangkan unit kerja lainnya adalah sirkulasi dan iklan, menjalankan tugasnya berjualan kepada masyarakat. Manajemen modern penerbitan pers seperti ini, menempatkan pemimpin redaksi lebih bersifat politis dan policy sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tapi yang berperan dalam perusahaan adalah direksi perusahaan tersebut. Sebab perusahaan itulah yang membiayai dan memodali usaha penerbitannya.
Mendirikan suatu penerbitan sebuah surat kabar, terutama yang terbit harian, harus memperhitungkan pendekatan usaha jangka pendek, baru kemudian jangka panjang. Sebagai pengelola yang berbentuk badan usaha, yang melengkapinya dengan manajemen, paling tidak harus membaca tren-tren bisnis media cetak tahun-tahun terakhir yang menggambarkan komposisi sebagai berikut :
1.   Iklan-iklan umum nasional sekarang ini, cenderung diarahkan ke televisi.
2.   Iklan umum nasional untuk media cetak hanya diprioritaskan bagi surat kabar utama nasional.
3.   Pembaca harian umum sudah jenuh dengan isi surat kabar yang menyajikan pemberitaan peristiwa yang sudah terjadi. Masyarakat lebih senang mendapatkan sajian berita dari televisi, yang memberitakan peristiwa yang terjadi, baik pagi, siang, sore maupun malam.
4.   Perilaku masyarakat yang cenderung bergaya hidup visual (pengaruh dari kebiasaan nonton televisi).

4.      Perhitungan Profit Center
Setiap kegiatan bisnis yang berkaitan dengan penanaman modal, investor (penanam modal) tentu ingin mendapatkan hasil dari usahanya itu karena kegiatan bisnis adalah kegiatan yang berorientasi pada mencari keuntungan (profit oriented). Oleh sebab itu, pebisnis harus mampu memperhitungkan apakah modal yang diterimanya dari investor itu dapat memperoleh keuntungan atau setidak-tidaknya modal bisa kembali.
Demikian juga dengan bisnis penerbitan pers apakah itu surat kabar atau majalah. Jika dalam perhitungan bisnis, usaha mendirikan penerbitan pers itu akan dapat menghasilkan keuntungan maka langkah yang akan dilakukan dalam menghitung seberapa besar keuntungan yang diperoleh. Sesuai tidak dengan jumlah yang ditanam, seberapa lama usaha itu mendapat keuntungan, hambatan apa yang akan dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya. Untuk itu, sebelum bisnis penerbitan pers ditekuni, pebisnis perlu melakukan study kelayakan, untuk menentukan laba-rugi pada perusahaannya nanti.
Perhitungan rugi-laba dapat diperhitungkan dengan memperkirakan pendapatan yang bakal diperoleh dari penjualan produk serta berapa biaya produksi dan pemasaran yang diperlukan. Pendapatan dapat diperhitungkan berdasarkan hasil perkiraan dari studi pasar. Sedangkan pembiayaan perhitungannyaberdasarkan besarnya biaya produksi yang meliputi pembelian bahan baku, ongkos cetak, tenaga kerja, promosi, dan pemasaran.
Pendapatan perusahaan penerbitan pers baik surat kabar maupun majalah dapat diperoleh dengan 3 cara, yaitu:
a.       Menjual Produk
Kegiatan menjual produk penerbitan, baik surat kabar/majalah, umumnya dilakukan dengan tiga cara, yakni :
  • Penjualan tetap (langganan)
  • Penjualan tidak tetap (retail/eceran)
  • Penjualan secara barter (tukar barang)
b.      Menjual Kolom
c.       Menjual Jasa

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com